[9/25] Date

49 11 5
                                    

"Jika kau ditanyai apakah kau suka nonton film, katakan padanya jika kau lebih suka membaca buku."

***

"Hei, kau benar-benar akan pergi?"

Sena yang sedang sibuk menyimpulkan tali sepatu pun menoleh. Ia mengangguk sebelum kembali berkutat dengan sepatunya.

Yoongi menghela napas.

"Bukankah ini cukup keterlaluan?"

"Kita sudah membicarakan ini kemarin, Yoongi."

"Tapi tetap saja ini keterlaluan. Aku tahu kau memang aneh tapi ini sudah kelewat batas."

Setelah memastikan sepatunya telah diikat dengan baik, Sena pun akhirnya bangkit. Dia berbalik untuk berhadapan dengan Yoongi yang sedari tadi berdiri bersandar pada tembok di belakangnya.

"Kau tahu 'kan aku memang aneh? Dan kau pasti tahu 'kan kalau aku ini tidak mudah berpaling pada pria lain? Lagi pula, aku hanya akan menyelesaikan ini. Semua hubungan yang dimulai harus diakhiri dengan semestinya."

Yoongi menghela napas. "Tapi tetap saja. Aku tidak rela kau bertemu dengannya lagi. Apalagi atas nama 'kencan'. No. Big no."

Sena merotasikan bola matanya jengah. "Yoongi, cemburu itu sama saja dengan kekerasan. Kau sudah melakukan kekerasan padaku kalau kau terlalu cemburu seperti ini."

"Memangnya siapa yang tidak akan cemburu mendengar kekasihnya berkencan dengan pria lain? Taruhan, kau juga pasti akan cemburu mendengarku berkencan dengan wanita lain."

Sena mendesah, kemudian melirik arlojinya. "Aku sudah hampir terlambat. Sini, kemarikan kunci mobilnya."

Yoongi dengan lugas menggeleng. "Tidak akan. Aku tidak akan membiarkanmu berkencan dengannya."

"Yoongi, kita sudah membicarakan ini semalam," dengus Sena mencoba tetap bersabar. Terkadang kelakuan Yoongi cukup menyebalkan meskipun 5 tahun lebih tua darinya.

"Aku berubah pikiran," balas Yoongi enteng.

"Yoongi!"

Seringaian pun terpampang di wajah manis Yoongi. "Kau baru saja berteriak padaku? Hah. Lihat ini, demi berkencan dengan lelaki lain kau berteriak pada kekasihmu sendiri –yang notabene lima tahun lebih tua darimu. Shireo. Aku tidak akan membiarkanmu pergi."

Sena memijat pelipisnya yang mulai terasa berat. "Yoongi, please. Dia bukan lelaki lain, dia saudara kandungmu sendiri. Dan sebelum menjadi kekasihmu, dia adalah kekasihku. Kaulah yang membuatku berpacaran dengannya, lupa? Dan kau jugalah orang yang merebutku darinya. Kau menyebabkan dia kecelakaan sampai koma berbulan-bulan. Jadi apa salahnya aku mengajaknya berkencan untuk terakhir kali sebelum menikah denganmu? Dia bahkan tidak tahu kalau kakaknya sudah menghianati dirinya. Kau harus tahu kita menjadi seperti ini dengan kesepakatan supaya kau tidak menyakitinya lagi."

Yoongi berhasil dibuat tutup mulut. Tidak ada ekspresi apa pun di wajahnya tapi Sena tahu jika Yoongi kini mulai introspeksi diri. Mungkin pria itu menyadari betapa brengseknya dia sekarang, menghianati adiknya sendiri, Jimin setelah membuatnya kecelakaan hingga koma selama berbulan-bulan. Merenggut kedua kaki dan kekasih Jimin untuk kesenangannya seorang diri.

Ia pun menghela napas. "Baiklah. Kau boleh berkencan dengannya. Tapi dengan satu syarat."

Sena menaikkan kedua alisnya, menunggu kalimat selanjutnya dari Yoongi.

"Jika kau ditanyai apakah kau suka nonton film, katakan padanya jika kau lebih suka membaca buku."

Lantas Yoongi melempar kunci mobil pada Sena, lalu berbalik kembali ke kamar.

"Pastikan kau kembali menjadi milikku seutuhnya, Oh Sena."

FIN

*Kalian pasti bingung sama jalan ceritanya, sementara aku disini bingung sama maksud prompt-nya hmmm...

White Lie [BTS Flash Stories]Where stories live. Discover now