Beautiful

143 26 7
                                    

Hal pertama yang muncul di retina Sena sesaat setelah dia bangun adalah wajah seorang lelaki. Lelaki itu menggeleng pelan, kemudian duduk di pinggiran ranjangnya.

"Sekarang apa lagi, hm? Melewatkan sarapan? Micheosseo?"

Bibir Sena langsung mengerucut. "Kau pikir aku mau seperti ini?"

"Lalu ini salah siapa? Salahku?"

"Memangnya salah mau menjadi cantik?"

"Mau jadi cantik apa mayat? Cantik darimananya kalau wajahmu pucat begini, huh?"

Sena membalikkan badannya, membelakangi lelaki itu. "Pergi. Kalau kau datang hanya untuk mengomeliku, lebih baik pergi saja sana."

Lelaki itu, Yoongi menghela napas. Ia menepuk lengan Sena, tapi Sena menggeliat, menolaknya.

"Hei, aku ini bicara demi kebaikanmu. Kau sendiri juga bilang kalau kau tidak mau seperti ini. Kenapa tetap dilakukan? Bukannya malah jadi cantik, kau malah berakhir menjadi mayat. Mau seperti itu?"

"Tapi aku melakukannya juga bukan untukku sendiri."

"Untuk siapa lagi? Untukku? Aku tidak butuh kekasih yang cantik."

Sena lantas menepis tangan Yoongi, kemudian duduk. "Lihat siapa yang bicara ini. Lalu siapa waktu itu yang menyayangkan aku punya badan gendut, huh? Setan? Jadi yang bicara bersama Jimin waktu itu Min Setan?!"

Yoongi mengerutkan dahi. "Aku tidak pernah bicara begitu."

"Hah. Aku mendengarnya, 'tau! Aku dengar semuanya!"

Flashback, seminggu lalu

"Wah ... yang benar saja, sekarang suhunya hampir tiga puluh enam derajat. Sial, panas sekali. Hei Sena, kau punya sesuatu untuk memuaskan dahaga ini?"

Sena tertawa garing sebelum beranjak. "Sebentar, akan kucarikan di kulkas."

Sepeninggal Sena, tersisalah Jimin dan Yoongi di sana. Bergeletakan di lantai, mencoba mencari rasa dingin di sela-sela musim panas yang menggerahkan. Mereka berkumpul di apartemen Sena untuk mengerjakan tugas membuat maket.

Keduanya diliputi diam, sebelum tiba-tiba Jimin memulai pembicaraan.

"Hei, kenapa kau mau berpacaran dengannya?"

"Kau tidak perlu tahu."

"Maksudku, kau ini populer. Banyak yang menyukaimu. Bahkan Dewi Biologi juga menyukaimu. Kenapa kau malah bersama dia yang sudah jelas-jelas seukuran gajah?"

Yoongi menyeringai. "Kau ingin kuhajar? Sekali lagi mengatai dia seperti itu, mampus kau."

"Jujur, kau pasti sangat menyayangkan dia yang seperti itu 'kan? Hm ... dia cantik, pintar, anak orang kaya, tapi sayang sekali...."

"Sayang sekali dia gendut," sambung Yoongi, yang tak sengaja didengar oleh Sena.

"Kalau dia sedikit saja lebih langsing, dia akan semakin cantik," lanjut Yoongi. Sena tersenyum kecut. Ia yang awalnya ingin mendatangi mereka, memutuskan kembali ke dapur, mengisi minuman Yoongi dengan garam. Balas dendam.

"Begitu 'kan maksudmu? Tapi maaf, itu bukan Sena jika ia seperti itu."

Flashback end

"Ah ... pantas waktu itu minumanku asin sekali."

"Jadi ini salah siapa? Sa.lah.mu."

"Kau tahu apa yang kukatakan setelahnya?"

Sayang sekali, gadis itu terlanjur tidak mau tahu. Yoongi pun menangkup pipi tembem kekasihnya dengan dua tangan.

"Dengar, you're perfect just the way you are, baby. Mau sebesar apa pun, kau tetap seorang Oh Sena. Oh Sena pacar Min Yoongi, mengerti? Dan satu lagi, aku lebih suka melihatmu banyak makan daripada banyak tidur karena sakit. Kau kelihatan saaangat cantik saat makan."

"Benarkah?"

Yoongi mengangguk serius. "Jadi, jangan coba-coba menyiksa dirimu seperti ini lagi, oke?"

Anggukan Sena menjadi senyum tersendiri bagi seorang Min Yoongi.

"Gadis pintar."

FIN    

White Lie [BTS Flash Stories]Where stories live. Discover now