[10/25] Can You Please Stop?

72 11 5
                                    

    "Sampai kapan mau bermain tarik ulur begini?Perasaanku bukan sekedar permainan, kau tahu?"    


Sena terus kepikiran akan Yoongi selama ia dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dia memang tahu Yoongi sedikit 'sakit' dan dia juga tahu kalau dirinya sangat-sangat aneh.

Perempuan mana yang berani berselingkuh dengan kakak pacarnya saat pacarnya sedang berada pada kondisi antara hidup tidak mati juga tidak?

Sena-lah perempuan itu.

Tapi kalau kalian menyalahkannya, dia tidak akan rela begitu saja. Yang ada dia justru akan melemparkan kesalahan itu pada Min Yoongi.

Yoongi-lah orang yang telah membuat Sena seperti ini.

"Oh? Ini apa, Oppa?"

"Kau tidak lihat? Itu bunga. Dari Jimin."

"Untuk?"

"Hari ini White Day, lupa?"

"Tapi kenapa kau yang memberikannya padaku?"

"Jimin sedang ada les, dia menitipkannya padaku sekalian aku pergi kuliah."

Sena mencebik. "Pembohong."

"Sena...."

"Uh? Ini ... apa?"

"White Day. Kau memberiku cokelat di hari valentine, jadi aku membalasnya dengan ini."

"Tapi tadi...."

"Um?"

"Ti-tidak. Seingatku, aku tidak memberi cokelat padamu."

"Oh ya? Bukankah cokelat itu kau titipkan pada Yoongi hyung, untukku?"

"Benarkah? Ah ... kurasa begitu."

"Jadi ... maukah kau menjadi kekasihku?"

Sena menghela napas. "Dia menyebutku aneh tapi dia sendiri yang aneh."

"Oppa, jujurlah padaku, kau 'kan yang menyebabkan Jimin kecelakaan?"

"Aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan sekarang."

"Jawaban itu hanya dikatakan oleh orang yang benar-benar melakukannya."

"...keurae, memang aku. Lalu kenapa?"

"Kau tanya kenapa? Oppa, dia adikmu. Apa kau sendiri sadar pada apa yang barusaja kau lakukan?"

"Kurasa dia memang pantas mendapatkannya."

"Oppa!"

"Aku tidak suka kau melakukan itu dengannya!"

"Maksudmu?"

"Sex. Aku tidak suka kau melakukan itu dengannya."

"M-mwo? W-wae? Dia kekasihku, apa salahnya aku melakukan sex dengan kekasihku?"

"Jelas salah."

"Mwo?"

"Karena kau seharusnya menjadi milikku. Kau bilang kau menyukaiku tapi kenapa malah berpacaran dengannya?!"

"...kau memberikan cokelatku pada Jimin. Harusnya aku yang tanya kenapa kau melakukannya...."

"Pabo-ya? Sejak kapan aku suka makan cokelat?"

"Dan kenapa saat kau memberi bunga itu, kau mengatakan kalau itu dari Jimin? Kenapa kau tidak jujur jika itu darimu?"

"Itu—"

"Sampai kapan mau bermain tarik ulur begini? Perasaanku bukan sekedar permainan, kau tahu?"

Sena memejamkan matanya sejenak sesaat setelah mobil yang dipinjamnya dari Yoongi berhenti dengan baik di basement rumah sakit. Ia segera turun dan beranjak menuju ruang rawat Jimin setelah pikirannya bersih dari ingatan delapan bulan lalu. Senyumnya merekah saat didapatinya Jimin sedang menonton film dari laptop.

"Oh? Sudah datang?" Jimin lantas melepas headset-nya untuk menyambut kedatangan Sena dengan sebuah ciuman mesra di bibir.

"Sedang menonton film?"

"Hm. Kau juga suka menonton film, bukan? Mau nonton bersama?"

Sena menggeleng. "Sekarang aku lebih suka membaca buku."

"Ah ... begitu ya."

"Jimin."

"Hm?"

Sena memberinya sebuah senyum penuh arti sebelum memeluknya. "Kurasa hubungan kita harus berakhir sampai di sini. Maaf. Sejak awal aku tidak memiliki perasaan apa pun terhadapmu. Bukankah kau juga begitu?"

"Kurasa inilah jalan yang terbaik, Jimin. Kau sendiri tahu 'kan Yoongi mencintaiku? Meskipun kita memiliki perasaan yang sama padanya, bukankah keputusan ada di tangannya? Jadi ... tolong biarkan aku bersamanya. Karena jika tidak begitu, kita bertiga akan terus saling menyakiti."

FIN 

bingung ya? ini pake alur maju mundur, dan sengaja ga tak kasih warning untuk flashback-nya. 

ini masih nyambung sama cerita sebelumnya   

White Lie [BTS Flash Stories]Where stories live. Discover now