1.

347 74 19
                                    

Haloooo. Ini cerita pertamaku. Dan pertama kali aku perbaiki karena ada yang aneh menurutku 😂 jadi jangan ilfeel ya. Karena ini bener bener pertama kalinya aku bikin fanfiction 😂.
Untuk yang udah pernah baca dan untuk yang mau nungguin cerita ini tolong sabar yaa. Karena lagi aku revisi. Dan aku mohooooooonnn banget kasih tau aku kalau masih ada kesalahan atau kalimat yang kurang nyaman atau kurang enak dibacanya. Aku butuh banget kritik saran yang banyak dari kalian yang nantinya tak buat pelajaran.
Enjoy it!

##########

"Dengan cara apa saya harus mengubahnya, ayah? Meskipun saya merasa kesulitan nantinya, saya akan tetap berusaha menjalankan sesuatu yang akan menjadi kewajiban saya ini. Karena ini bersangkutan dengan hidup dan mati putra semata wayang saya." Ucap Chungha dengan sopan di depan pria paruh baya yang dianggapnya sebagai ayah selama 4 tahun ini. Dan selama itu pula Chungha hidup dengan uang 'ayah'nya tersebut. Maksud hidup disini bukan tinggal satu atap. Tetapi menjalani hidup dengan menggunakan biaya dari 'ayah'nya tadi.

"Saya percaya dengan kamu, nak. Ketulusan dan kegigihan hatimu yang akan meluluhkan hati Daniel nantinya." Kata kata pria paruh baya tersebut cukup menjadi kekuatan bagi Chungha, tak lupa disertai dengan senyum yang mungkin terselip penuh harapan.

Ya. Chungha akhirnya menyetujui perjanjian ini.

~~

Di tempat lain, Alexis Bar&Club. Terlihat seorang pria seperempat abad sedang bergerak mengikuti ritme Electronic Dance Music yang dimainkan oleh Disc Jockey dengan ditemani perempuan perempuan berpakaian minim. Mereka bergoyang sambil saling meraba dan sesekali menarik tengkuk untuk sekedar bercumbu ringan.

Dua sejoli tersebut tak sadar ada sepasang mata sedang mengamati kegiatan yang dirasa menyakitkan. Kenapa menyakitkan? Karena jelas perempuan pengamat tersebut sambil meremas kaos bagian dadanya. Bukankah jelas jika dia sakit hati?

~~~

10.00 am.
Daniel terbangun dengan pening di kepalanya. Dia mengalami Hangover setelah acara mabuk mabukan semalam. Dikerjap kerjapkan mata yang terkena silau surya pagi hari, wangi masakan yang tercium membuatnya semakin tersadar. Makanan penghuni sebelah membuatnya makin merasa lapar. Tunggu. Penghuni? Bukankah tempat tinggalnya memiliki dinding penghubung dengan bahan yang keras dan mahal? Jadi mana mungkin masakan penghuni sebelah bisa tercium sampai kamarnya? Ini aneh.

Dengan jalan yang letoy ia menuju dapur. Sepertinya efek mabuknya belum hilang, sehingga ia berhalusinasi terdapat nasi goreng di atas meja makan.

Yang lebih mengejutkan adalah di dapurnya juga perempuan dengan celemek melekat di tubuhnya, serta rambut yang diikat cepol.
Daniel semakin mengucek mata tak percaya. Semalam perempuannya tidak ikut ke apartementnya. Lalu siapa perempuan ini?

"Ekhm" akhirnya Daniel berdehem untuk memastikan perempuan tadi termasuk halusinasinya juga atau tidak. Dan, bang! Matanya terbelalak menyadari bahwa pemandangan tersebut bukan halusinasi mabuknya.

Mereka sama sama gugup. Si perempuan segera membungkukkan tanda salam. "O-eh. Good morning." Chungha tersenyum kikuk sembari melepas cepolnya. Seumur hidup dia tidak pernah memperlihatkan leher jenjangnya siapapun, kecuali laki laki yang selama ini selalu ini menghantui pikirannya.

Daniel menatap Chungha menyelidik, dan itu membuat Chungha semakin gugup dan gelagapan. "Siapa lo? Kenapa disini? Ngapain pake dapur gue tanpa izin?" Cercah Daniel tanpa jeda.

Chungha terdiam sejenak dan mengumpulkan keberanian karena ia merasa ini akan menjadi panjang "Saya Chungha, pak Branson mempekerjakan saya sebagai pengurus rumah disini. Semoga dapat membantu" perkenalan kecil Chungha membuat Daniel mengerutkan dahi.

"Papa? Papa kenapa kasih pembantu? Udah bertahun tahun gue hidup tanpa pembantu juga gak ada masalah. "Ia berjalan ke lemari pendingin dan meneguk air yang baru saja di ambilnya. "Bentar. Ada yang gak beres nih. Lo boleh pulang sekarang. Nanti gue yang bakal bilang sama papa." Setelah itu, Daniel langsung meninggalkan dapur yang berisi Chungha dan nasi gorengnya.

Setelah melalui perdebatan batin karena takut ini akan menjadi semakin panjang, akhirnya Chungha memilih pergi dari apartement tersebut dan meninggalkan note bertuliskan "Jangan lupa di makan. Saya juga sudah buatkan sup, semoga mabuknya cepat reda."

Daniel kembali ke meja makan berniat untuk minum kopi, bisa dibilang minum kopi adalah hal wajibnya setiap pagi.
Namun disana ia mendapati nasi goreng yang posisinya masih seperti semula, semangkuk sup, secangkir kopi, dan secarik kertas yang bertuliskan pesan untuk memakan makanan yang ada di meja. Ia merasa banyak hal aneh hari ini, mulai papanya yang mengirim pembantu, dan rasa penasarannya darimana pembantu tadi tahu kalau dia mabuk.

Ia mendekati meja makan dan segera menyesap kopi hangat yang sudah menarik perhatiannya sejak 3 menit yang lalu. Namun tiba tiba ia tertegun entah karena rasa atau aroma kopi yang sudah masuk ke dalam indera perasanya. Rasanya Daniel pernah mengenal rasa dan aroma kopi ini, tapi dimana?

Ia mengendikkan bahunya tanda tidak peduli, karena perut nya juga terasa lapar. Ia berniat untuk menyantap makanan yang ada di depannya. Wanginya- tunggu! Jadi ini wangi yang ia cium tadi? Tiba tiba nafsu makannya meningkat dan segera ia cicip nasi goreng

Baru sesuap yang berhasil masuk ke mulutnya, tiba tiba dering handphone terdengar. Tetapi itu bukan miliknya,
ringtone miliknya adalah lagu Blackwidow milik Iggy Azalea ft Rita Ora. Sedangkan yang berdering adalah lagu yang tidak diketahui oleh Daniel, mungkin liriknya seperti 'nayana nayana' atau apalah itu intinya Daniel tak peduli. Ia menggeser lambang hijau tanpa melihat siapa nama yang menelfon.

"Halo, mama? Mama dimana? Sean laper ma. Mama kenapa lama banget sih?" Suara anak kecil ternyata. Apa anak perempuan tadi?

"Mama lo udah pulang barusan, ini handphone nya ketinggalan ditempat gue. Barusan mama lo udah pergi, tunggu aja. Oh iya jangan lupa kasih tau kalau Handphone nya ketinggalan di tempat gue." Click, tanpa membiarkan anak tadi menjawab langsung diputuskan panggilan secara sepihak.

"Bener bener gak beres."

Daniel duduk kembali di meja makan dan melanjutkan kegiatan makan nya. Ia mencicipi sup nya juga.

"Lumayan."

Menurut mulutnya semua rasa masakan Chungha adalah lumayan tapi lidahnya tidak bisa berbohong, masakan Chungha benar benar enak. Sampai ia tak sadar sudah menyikat habis hidangan buatan Chungha tadi.

Choice ━ K d nTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang