1

27.5K 1.4K 54
                                    

Di waktu yang masih pagi ini, gue sudah berdiri menunggu bus di halte. Sekarang hari senin, walaupun masih pagi banyak orang yang terburu-buru. Apalagi pelajar dan PNS.

Gue menoleh ke arah kanan dan kiri mencoba untuk tenang. Biasanya jam segini bus-nya sudah datang, tapi sampai sekarang pun bus masih belum ada.

Tiba-tiba saja rok abu-abu gue di tarik oleh seseorang. Gue pun langsung menatap orang yang telah menarik rok gue.

"Kak tolongin aku" ternyata orang yang menarik rok gue itu adalah seorang anak perempuan berusia sekitar enam tahun dengan seragam merah putihnya.

"Ada apa?"

"Ayah aku, bantu aku cari ayah aku," ujarnya dengan mata berkaca.

"Memangnya ayah kamu kemana?" Dia hanya diam, menundukkan kepalanya. Gue menghembuskan nafas sebelum bertanya.

"Terakhir kamu lihat ayah kamu gimana? Hmmm inget pakai baju apa?" tanya gue penasaran.

"Ayah pakai sepatu kaya punya kakak," oh ayahnya pake sepatu fantofel.

"Baju ayah kaya ibu itu," ucapnya sambil menunjuk seorang PNS disebelah gue. Jadi ayahnya PNS. Karna kasihan gue pun menanyakannya kepada ibu PNS itu.

"Permisi bu, ibu tau ayah dari anak ini? Ayahnya PNS, mungkin ibu kenal?" Ibu itu menatap gue bingung sampai alisnya bertaut. Setelah itu dia menggelengkan kepalanya.

Gue berjalan lurus dan diikuti oleh anak tadi. Gue bertanya ke setiap orang yang gue temui. Tetapi nihil, jawabannya sama saja. Tidak ada yang tau keberadaan ayah dari anak ini.

Gue bingung, mana adiknya kasian banget lagi. Jadi gue memutuskan untuk terus berjalan. Tak lama kemudian, di jalan yang akan gue lewati banyak orang yang berkumpul.

"Ayah" teriak anak itu. Gue langsung menoleh ke arah samping. Benar saja, ada lelaki parubaya berseragam PNS dengan sepatu fantofel tengah berdiri disana.

Sang anak pun langsung berlari dan memeluk ayahnya. Ayahnya juga melakukan hal demikian. Mereka sampai menangis saking bahagianya. Gue hanya bisa tersenyum melihat mereka.

Anak itu akhirnya bisa bertemu dengan ayahnya. Walaupun gue tak tau bagaimana rasanya dipeluk ayah. Tapi gue dapat merasakan kedamaian di dada gue.

Kerumunan orang tadi membuat gue penasaran. Gue pun mendekati kerumunan itu. Karna tubuh gue pendek, sementara kerumunan orang itu rata-rata lelaki yang badannya tinggi. Hhh jadi gue ga bisa lihat deh ada apa.

"Pak ada apaan sih?" Gue yang penasaran langsung bertanya kepada orang yang berada di samping gue.

"Ada kecelakaan dek. Dua orang tewas di tempat. Bapak sama anak."

"Ohh gitu. Makasih pak infonya." Bapak itu hanya mengangguk sebagai respon. Kasian, itulah yang gue rasakan sekarang.

Gue menunduk untuk melihat korban kecelakaan itu. Tapi yang gue lihat hanya sepatu fantofel salah satu korban. Tunggu, sepatu fantofel! Tiba-tiba saja gue merasa gelisah sendiri.

Gue melihat ke ayah dan anak yang tadi gue tolong. Sepatu ayah dan korban kecelakaan itu sama. Gue melihat kembali ke arah korban.

Kerumanan mulai sedikit dan gue dapat melihat tubuh korban. Baju PNS, itu lah yang gue lihat. Sekali lagi gue melihat ke arah ayah dan anak itu. Lagi-lagi baju mereka sama.

Setelah itu gue lihat orang-orang menggotong seorang anak. Sepertinya anak itulah korban keduanya. Orang-orang itu menaruh si anak bersebelahan dengan ayahnya.

Orang-orang mulai menjauh dari korban kecelakaan itu. Jadi gue dapat melihat dengan jelas kedua korban itu. Gue bisa melihat wajahnya sebelum ditutup dengan koran.

Wajah kedua korban itu sama dengan anak dan ayah yang gue tolong tadi. Jadi yang gue tolong apa?

Tiba-tiba kepala gue sakit dan...

🍁🍁🍁

Seorang ayah yang membawa anaknya, mengendari motornya dengan kecepatan tinggi. Saat ingin menyalip angkutan umum, dari arah berlawanan ada sebuah truk juga dengan kecepatan yang tinggi.

Karna waktu yang mepet akhirnya, kecelakaan pun terjadi. Si anak terlempar, sementara ayahnya terseret jauh.

Si anak masih dalam keadaan sadar menyaksikan bagaimana truk itu menyeret sepeda dan ayahnya. Si anak bergumam "Ayah... Ayah... Ayah..." berharap ayahnya akan selamat.

Si ayah hanya bisa merutuki kesalahan yang menyebabkan anaknya merenggang nyawa. Sebelum akhirnya ia juga merenggang nyawa akibat kesalahannya itu.

Kecelakaan itu memakan dua korban. Seorang ayah dan anak.

🌸🌸🌸

Flashback dari kejadian itu terlintas dibenak gue. Entah mengapa air mata gue telah mengalir. Gue melihat ke arah ayah dan anak itu.

"Terima kasih" ucap keduanya. Si anak melambaikan tangan ke arah gue. Gue hanya membalasnya dengan senyuman.

Gue merasa lega dan damai setelah menolong anak itu menemukan ayahnya. Pantas saja, dari tadi orang-orang kebingungan saat gue tanya. Ternyata anak yang gue tolong, hanyalah arwahnya.

Setelah itu cahaya terang yang menyilaukan datang seakan menjemput kepergian mereka. Gue hanya bisa mendoakan semoga mereka di tempatkan di tempat terbaik disisi-Nya.

"Kasian banget yah."

"Iya. Maklum sekarang kan senin, Bu."

"Lah, memangnya kenapa kalau senin?"

"Kan upacara. Mungkin si bapaknya takut anaknya telat atau gimana. Jadi ngebut deh."

"Mangkanya Bu, mending pelan-pelan aja yang penting selamat."

"Iyah bener."

Gue memejamkan mata mendengar ocehan ibu-ibu itu. Gue melihat jam di tangan gue. Lagi-lagi gue memejamkan mata frustasi. Udah jam 08.00 gue udah telat dari tadi.

Hduuuuuuu 😣

Who Knows?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang