5

17.9K 1K 27
                                    

Gue terus-terusan gelisah sedari tadi. Gue terus memikirkan masa depan yang gue lihat tadi. Ya kali gue nyium cowok duluan. Gue hanya diam menatap ke arah luar jendela tanpa mendengarkan penjelasan dari guru gue.

Tiba-tiba Senju mencolek gue. Gue menatapnya dan mengangkat sebelah alis. Dia menggerakkan matanya ke arah depan. Entah mengapa gue takut sekarang.

Perlahan gue melihat ke arah depan. Teman-teman gue sudah memandang gue sinis. Gue melihat ke arah guru pengajar, yang kebetulan wali kelas gue. Dia nampak menghelas nafas.

"Yeri, kamu tidak mendengarkan apa yang ibu bilang tadi?" tanya Bu Devi penuh kesabaran. Gue hanya tersenyum bodoh. Bu Devi wali kelas gue, jadi dia ga mungkin marah.

"Nanti istirahat, kamu ke ruang guru. Temui ibu," tak lama kemudian bel tanda istirahat berbunyi. Setelah mengucapkan salam, Bu Devi segera meninggalkan kelas.

Tanpa basa-basi lagi gue langsung berlari ke kelas Mark. Untungnya kelas Mark udah keluar duluan. Baru saja gue keluar, gue udah lihat Mark di depan pintu kelasnya.

Gue langsung menariknya ke area yang agak sepi. Dia menatap gue datar. Gue hanya berjalan ke kanan dan kiri di depannya. Arah pandangnya terus mengikuti setiap gerak-gerik gue.

"Jadi, gue di sini cuma lihat lo mondar mandir hah?" Gue menatapnya dengan pandangan melas. Haduh gue bingung.

"Mark ini gila."

"Yah lo emang gila."

"Serius!" ucap gue sedikit keras. Dia tetap menatap gue datar.

"Gue lihat masa depan lagi"

"Hmmm"

"Dan gilanya. Gue...."

"Lo?" Gue memejamkan mata

"Gue nyium Sehun."

"Ya terus," gue menatapnya jengah. Lalu gue  berjalan menuju tembok membentur-benturkan kepala gue di tembok.

"Masa depan ga pernah berubah Mark. Gue harus gimana?"

"Yah cium aja" ucapnya santai. Gue langsung menangkup kedua pipinya. Gue menekan pipinya keras hingga bibirnya manyun.

"Lo gila hah. Gue natap matanya aja ga berani apa lagi nyium dia"

"Lo mau nyium Sehun apa nyium gue?" tanyanya dengan mulut yang masih manyun. Hhh gue menghela nafas dan melepas tangan gue dari pipinya.

Gue menyender di tembok dengan pandangan kosong. Masa iya sih gue sampai nyium Sehun? Aneh banget.

"Yah masa depan emang ga berubah. Tapi lo bisa menghindarinya kan?"

"Oh iya. Tumben lo pinter," gue langsung merangkul lehernya dan mendekatkan ke arah gue. Setelah itu gue memukul-mukul kepalanya.

Gue sudah biasa melakukan ini sejak kecil. Jadi kami hanya menganggapnya sebagai candaan. Mark juga membalas apa yang gue lakukan. Jadilah kami saling memukul satu sama lain.

"Permisi," kami langsung menghentikan kegiatan itu, namun masih saling mengunci. Lalu Mark mendorong gue saat tau siapa yang datang.

Ternyata Senju yang datang. Gue lihat Mark merapikan rambutnya yang membuat Senju tersenyum canggung. Tebar pesona, Setan!

"Lo yang waktu itu kan? Lo gapapa?"
tanya Mark sok perhatian yang hanya dibalas dengan senyuman oleh Senju.

"Gapapa kok. Hmmm kalian udah makan?"

"Su-"

"Belom, yuk ke kantin bareng." Mark memotong ucapan gue dan merangkul Senju berjalan menuju kantin. Gue memutar bola mata kesal melihat tingkahnya.

🌸🌸🌸

Di kantin sangat ramai. Gue lihat Mark duduk di sebelah Jean. Gue dan Senju langsung duduk didepan mereka.

Sambil menunggu pesanan datang, Mark dan Jean sudah saling mengobrol tentang hobi masing-masing. Gue yang pada dasarnya memang pendiam hanya mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

Lalu gue lihat Naya dan teman-temannya mulai heboh yang membuat semua mata tertuju ke arah mereka. Naya mengeluarkan kertas seperti brosur. Entah apa yang mereka bicarakan.

"Kalian tau ga, katanya camping tahunan sekolah diadakan minggu ini loh"

Camping tahunan sekolah adalah acara yang sekolah buat untuk mengatasi pergaulan bebas yang semakin marak akhir-akhir ini.

Acaranya dilakukan per-angkatan. Jadi bisa tiga hari berturut-turut. Siang dilakukan sosialisasi dan malam jelajah. Lebih kaya pramuka, hanya saja pakaiannya bebas.

Dan gue paling anti ikut kaya begituan. Katanya untuk menyadarkan diri dan menguatkan mental. Namun menurut gue itu hanya menghabiskan uang. Toh tak ada perubahan kalau gue perhatikan.
"Lo ikut kan Yer?" tiba-tiba Senju bertanya. Gue lihat Mark dan Jean sudah memperhatikan gue.

"Kayanya nggk deh"

"Tahun kemarin lo ga ikut, masa sekarang lo ga ikut juga" kata Senju dengan nada sedikit sedih. Gue hanya tersenyum.

"Oh iya gue harus ke ruang guru. Duluan yah" gue langsung pergi dari kantin.

🌸🌸🌸

Gue memasuki ruang guru dengan hati-hati. Gue lihat Bu Devi tengah berbicara dengan murid yang duduk di hadapannya. Gue berjalan mendekat dan sekarang gue di belakang anak itu.

"Kenapa kamu membolos?" Tanyanya lembut. Bolos? Pasti anak ini Sehun.

"Kamu kan pelajar, tugas kamu yah belajar" gue lihat Sehun hanya diam.

"Kalau kamu seperti ini terus, kamu bisa dikeluarkan dari sekolah"

"Keluarkan saja. Sekolah pun tak ada gunanya bagi saya" jawabnya ketus.

"Sadarkah kamu? Kamu sudah menyusahkan banyak orang. Bikin onar dimana-mana. Memalukan sekolah. Persis berandal" ucap guru olah raga- Pak Akbar tajam.

"Kalau kamu merasa kamu benar lakukan sesukamu. Jangan setengah-setengah" kata Pak Akbar dengan nada sedikit menyindir.

"Okay, saya akan menjadi berandal seperti yang bapak bilang" setelah itu Sehun langsung pergi. Dia sempat berhenti dan melihat gue. Setelah itu dia terus berjalan sampai menubruk bahu kiri gue.

"Gara-gara lo dia di anggap berandal"

Seketika perkataan Chandra teringiang dibenak gue. Lagi-lagi gue merasa bersalah.

"Bapak kok bilang gitu sih, dia malah tambah berandal itu" Bu Devi mulai memarahi guru Pak Akbar. Namun Pak Akbar hanya mengangkat bahu bersikap acuh.

Bu Devi menghela nafas dan menundukkan kepalanya. Mungkin terlalu lelah menghadapi sikap Sehun. Setelah beberapa saat sepertinya dia sadar keberadaan gue.

"Oh Yeri, sini duduk"

🐼🐼🐼

Who Knows?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang