Saat gue terjatuh, gue menggunakan tangan sebagai tumpuan untuk menahan tubuh. Akibatnya, tangan gue memerah karna bergesekan dengan tanah. Sakit, hanya itu yang gue rasakan.
"Lo apa-apaan sih," ucap Senju sambil mendorong Naya. Setelah itu Senju membantu gue untuk berdiri. Gue memejamkan mata, mengumpulkan tenaga untuk bangkit.
"Oh, sudah punya pembela Yer?" tanyanya dengan nada yang dibuat-buat. Gue hanya diam menunduk. Naya mendekat ke arah gue lalu memposisikan tubuhnya ingin menampar gue.
Namun tangan Naya di cekal oleh Senju. "Jangan ganggu dia," ucap Senju penuh penekanan.
"Lo tau, gara-gara si sampah ini kelas kita kena masalah lagi," ucapnya sambil mendorong bahu gue dengan telunjuknya.
"Dengan sok pintarnya dia menjawab soal dipa-"
"Dia memang pintar" ucap Senju memotong perkataan Naya. Naya menatap Senju tajam.
"Lo siapa sih? Jangan ikut campur urusan orang," tanya Jihan-teman Naya dengan nada meninggi sambil mendorong Senju.
"Kelas kita kena masalah bukan karna Yeri, tapi karna kalian. Kalo aja kalian belajar dan bisa jawab perta-" ucapan Senju terhenti karna Naya sudah menjambak rambutnya.
Senju yang tidak terima pun menjambak Naya balik. Mereka pun saling jambak-jambakan sampai rambutnya berantahkan. Gue tak tahu harus berbuat apa.
Anak-anak mulai mengerumuni kami. Bukannya memisahkan, mereka malah semakin mengadu keduanya. Bahkan Maudy merekam aksi saling jambak mereka.
Jean datang dan memisahkan keduanya. Jean adalah ketua kelas sekaligus kapten tim basket. Orangnya baik, ganteng, dan sopan.
Untungnya Jean datang tepat waktu, untuk memisahkan keduanya. Tak lama kemudian guru BP datang. Senju dan Naya di bawa ke ruang BP untuk diminta penjelasan.
🌸🌸🌸
Kini gue di kelas sendirian. Kelas gue di lantai dua. Posisi duduk gue di pojok dekat jendela. Gue hanya melihat keluar jendela dengan pandangan kosong.
Gue hanya memikirkan kilasan masa depan yang gue lihat tadi. Bagaimana kalau kejadian itu menimpa Senju? Apa yang harus gue lakukan?
"Yeri lo gapapa kan?" tanya Mark yang entah muncul dari mana. Gue hanya mengangguk. Kini dia sudah duduk di hadapan gue.
Mark adalah sahabat gue dari kecil. Orangnya baik sih, tapi nyebelin. Tapi gue beruntung punya sahabat seperti dia. Di saat yang lain menjauh saat mereka mengetahui kelebihan gue, tetapi Mark berbeda. Dia akan selalu ada di samping gue
"Syukurlah," ucapnya sambil menghembuskan nafas.
"Mark."
"Hmm."
"Gue lihat masa depan lagi," ucap gue tetap melihat ke arah luar jendela.
"Hmmm."
"Gue lihat ada anak SMA yang tertabrak sampai bersimbah darah. Dan masa depan itu gue lihat saat Senju menggenggam tangan gue."
"Terus."
"Kalau anak SMA itu Senju gimana?"
"Terus."
"Yah gue khawatirlah. Teras terus mulu. Bikin kesel aja!" bentak gue kesal. Dia terlihat kaget dan menunjukkan wajah bodoh sambil sedikit memundurkan tubuhnya.
"Tenang," ucapnya sambil merapikan jasnya.
"Gimana gue bisa tenang, kalau gue harus lihat teman gue sekarat."
"Lo mending minum kaya gini." dia mengambil botol air minum gue. Gue menatapnya jengah. Dia meminum air di botol gue tanpa rasa bersalah.
"Lo lihat. Air putih ini rasanya.." gue terus menatapnya.
"Rasanya kaya air tawar." gue yang kesal pun langsung memukulnya. Dia hanya terkekeh sambil menghindari pukulan gue. Nyebelin banget sih nih orang.
"Ini serius. Lo bisa-bisa bercanda di situasi kaya gini" ucap gue frustasi.
"Itu mungkin bayangan lo doang Yer. Lo tau kan ajal itu di tangan Tuhan"
"Kalo Tuhan menunjukkan masa depan Senju ke gue. Berarti gue harus menyelamatkan Senju kan"
"Yah itu lo ngerti"
"Tapi masa depan ga bisa di ubah Mark." Gue kembali menatap keluar jendela. Entah mengapa air mata gue sudah membasahi pipi.
"Hei ga usah nangis." Mark menangkup pipi gue dan menghapus air mata gue.
"Kalau gue ga bisa menyelamatkan Senju, sama aja kaya gue yang membuat dia..." gue tak bisa meneruskan kalimat itu lagi.
Gue menyembunyikan wajah di tangannya yang masih menangkup pipi gue. Dia menahan kepala gue, memaksa gue untuk menatapnya.
"Semua akan baik-baik aja okay. Jangan dipikirin," ucapnya penuh keyakinan. Gue tau Mark pasti ga percaya dengan apa yang gue lihat tadi.
Tiba-tiba ada yang menendang bangku sehingga menimbulkan suara yang gaduh. Mark melepas tangkupannya dari wajah gue. Gue pun melihat ke sumber suara.
Ternyata orang yang menendang bangku itu Sehun. Gue lihat Sehun berjalan menuju bangkunya dengan wajah penuh amarah. Terlihat sekali dari alisnya yang bertaut.
Chandra dan Kevin yang ada di belakangnya pun sampai terlihat ketakutan. Tak lama kemudian bel tanda masuk berbunyi.
"Gue masuk kelas dulu yah, nanti gue tunggu depan gerbang." Mark mengacak rambut gue sebelum keluar dari kelas.
Gue lihat teman-teman yang lain sudah mulai memasuki kelas. Naya dan Senju juga masuk.
"Lo gapapa kan?" Tanya gue ketika Senju duduk.
"Gapapa kok. Santai aja. Orang kaya Naya emang pantes di kasih pelajaran." Gue mengangguk meng-iyakan.
🌸🌸🌸
Gue berjalan santai menuju gerbang. Kelas Mark masih belum keluar, jadi gue memutuskan untuk menunggu Mark di gerbang.
Sampai di gerbang gue hanya melihat setiap anak yang pulang. Boring bener 😒
"Duluan yah Yer."
"Oh iya." Gue tersenyum saat Senju berpamitan. Sebelumnya ga ada yang pernah kaya gitu ke gue.
Gue terus melihat Senju dari sini. Kenapa Senju tiba-tiba baik ke gue? Hmm entahlah. Gue bersyukur kalau dia mau jadi teman gue. Setidaknya ada yang mau jadi teman gue.
Gue lihat Senju berhenti dan menatap sepatunya. Lalu dia berjongkok di tengah jalan untuk memasang tali sepatunya.
Keadaan jalanan memang sepi kalau gue perhatikan. Tapi tiba-tiba ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Senju masih ada di tengah jalan.
Tanpa pikir panjang lagi gue segera berlari ke arahnya. Gue menariknya untuk menjauh dari jalan. Gue tak bisa menahan tubuhnya yang membuat kami sama-sama terjatuh ke pinggir jalan.
Mobil dengan kecepatan tinggi itu telah melewati kami sambil membunyikan klakson. Telat Pak!
Seketika gue ingat dengan kilasan masa depan yang gue lihat tadi. Jadi benar itu anak SMA yang tertabrak itu Senju.
"Lo gapapa Yer?" tanya Senju khawatir.
"Lo gimana sih? Kan gue udah bilang, ikat tali sepatu lo. Tadi aja lo hampir tertabrak karna tali sepatu lo terlepas." Gue langsung memarahinya. Dia menatap gue dengan alis bertaut seperti sedang berpikir.
"Kok lo tau kalo sepatu ini akan membuat gue tertabrak?"
Karna gue bisa lihat masa depan lo
🐼🐼🐼
Kira-kira sehun marah karna apa ya? Cemburu ka?
Who Knows?
Silakan berspekulasi
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Fanfiction"Kalau gue nolong lo, emang lo mau jadi pacar gue?" "Lo mau memberi perhatian dan kasih sayang lo sepenuhnya ke gue?" "Lo mau menjadi orang yang selalu ada saat gue butuhkan?" Btw itu cuplikan chap berapa yah, lupa. Lanjutnya baca sendri yuk *** G...