7

16.1K 926 15
                                    

"Tolong dia" gue menoleh ke arah kiri dimana suara itu berasal. Ternyata di samping gue adalah hantu bunuh diri yang sering bergentayangan.

Orang yang melakukan bunuh diri, arwahnya akan selalu melakukan tindak bunuh dirinya setiap hari di jam yang sama sampai ajal yang sesungguhnya datang.

Gue melihat jam ditangan gue. Sekarang sudah saatnya dia pergi ke balkon atas sekolah dan menjatuhkan dirinya. Namun, mengapa dia masih disini? Mana dia juga ngeliatin Sehun lagi. Huh 😒

"Ngapain lo masih di sini?" Tanya gue ketus, tanpa melihat ke arahnya. Penampakan hantu bunuh diri di samping gue tak terlalu menakutkan. Dia hanya terlihat pucat dan transparan.

Tapi gue ga tau kalau dia sudah menunjukkan penampakan aslinya. Mungkin gue udah pingsan duluan. Energi yang gue rasakan pun penuh dengan kesedihan, kebencian, dan dendam. 

"Mungkin kamu tau mengapa aku sudah tak melakukan 'itu' lagi" gue berpikir sejenak. Apa ajalnya sudah datang? Mengapa dia masih di sini?

"Ajal lo udah nyampe?" dia tak menjawab. Tiba-tiba gue merasa gelisah sendiri.

"Lindungi dia" ucapnya lirih. Apa sih maksudnya?

"Hanya dia yang bisa menolong kami" ucapnya menunjuk Sehun.

Hantu ini kenapa sih?

"Maksudnya?"

"Hanya dia yang bisa membebaskan kami" gue menoleh ke arahnya. Gue ga ngerti apa maksudnya.

"Membebaskan? Apa kalian dijebak? Apa itu sebabnya lo masih disini sekarang?" 

Tanpa menjawab pertanyaan dari gue dia sudah menghilang. Meninggalkan gue yang masih kebingungan dengan apa yang dia tuturkan.

Kenapa gue harus ngelindungi Sehun. Orang dia gapapa ini kok. Gue menoleh ke arah Sehun. Gue lihat Sehun menyibak-nyibakkan bajunya. Detik berikutnya dia membuka bajunya, memperlihatkan otot six packnya.

Mata gue. Haduh mata gue.

Gue membelalakkan mata melihat kejadian itu. Gue jadi inget masa depan, dimana gue nyium Sehun duluan.

Gue menggeleng-geleng kepala pelan. Setelah itu gue memutuskan untuk pulang sebelum mata gue yang polos ini tambah ternodai.

🌸🌸🌸

Sampai di rumah gue lihat bak Airin sedang memasak. Gue membersihkan diri selagi bak Airin memasak. Entah mengapa gue merasa jadi orang yang paling membebankan.

"Bak" gue mencoba untuk menyapanya. Bak Airin masih berkutat dengan piring-piring kotor.

"Kamu ikut aja campingnya" ucapnya seakan tau isi pikiran gue.

"Biayanya mahal mba. Aku ga mau bebanin mba" bak Airin menghentikan aktivitasnya.

"Tugas kamu itu cuma belajar. Kamu jangan sibuk mikirin biayanya. Mba akan usahakan, biar kamu ga dikucilkan terus di sekolah kamu"

"Ga ikut camping pun aku tetap dikucilkan. Ga ada pengaruhnya mba"

"YERI" bentaknya keras

"Apa mba tau perlakuan mereka selama ini gimana? Mau aku ga bikin masalah pun mereka tetap akan membuatku seperti orang yang bermasalah. Keperluan kita lebih penting dari pada camping ini mba"

"Kamu ikutin aja peraturan dari sekolah. Jangan banyak ngebantah. Jangan egois"

"Bener kan aku cuma jadi beban" ucap gue lirih

"Masuk ke kamar kamu sekarang" perintahnya ketus

"Kapan sih mba mau dengerin aku?" Setelah itu gue masuk ke kamar dan menutup pintu dengan keras.

Gue kesel banget. Gue ga mau bebanin mba Airin. Eh dianya malah gue pengen ikut camping gila itu.

Gue membaringkan tubuh di kasur dengan nyaman. Gue hanya memandang langit-langit kamar. Lama-lama gue rasa kantuk mulai melanda. Gue pun memejamkan mata secara perlahan.

🌸🌸🌸

Gue terbangun saat mendengar suara tangisan keras di samping gue. Gue melirik jam di dinding yang ternyata masih menunjukkan jam dua belas.

Ini jelas bukan suara tangisan hantu,  ini suara bak Airin. Kenapa dia nangis-nangis gini? Gue merasakan tangannya merapikan dan mengelus rambut gue.

"Kamu bukan beban buat mba"

"Mba seperti ini, karna mba ga mau kamu merasakan apa yang mba rasakan dulu"

"Mba tau kamu selalu di bully. Mba tau semua. Tapi apa yang mba lakuin.." dia menjeda perkataannya sambil terisak.

"Mba ga bisa ngelindungi kamu. Mba ga bisa berbuat apa-apa buat kamu" lalu bak Airin merengkuh gue membawa gue ke pelukannya.

"Cuma kamu yang mba punya. Maaf mba ga bisa ngertiin kamu. Mba sayang kamu Yeri. Mba ga mau kehilangan kamu" setelah itu mba Airin mengecup kening gue.

Entah mengapa air mata gue mulai mengalir. Gue merasa bersalah sekarang.

🌸🌸🌸

Sekarang waktunya istirahat dan gue hanya berdiam diri dikelas. Gue sendirian, Mark ga masuk. Entah kenapa.

Gue cuma liatin anak yang main basket di bawah sana. Sampai gue merasakan bangku gue di tendang. Gue menoleh ke arah si penendang. Siapa lagi kalau bukan Naya pelakunya.

"Gue denger lo ikut camping juga ya" ucapnya sambil tersenyum sinis.

"Lo tau kan orang kaya lo ga pantes ikut begituan" gue hanya diam dan menunduk. Lalu dia menjambak rambut gue memaksa gue menatapnya.

"Dan lo tetap akan ikut? Maksud lo apa hah? Lo mau nyaingin gue di acara cerdas cermatnya?" Ucapnya penuh penekanan. Gue hanya bisa meringis dan menahan tangannya agar tak menarik terlalu keras.

Tiba-tiba Maudy dan Jihan membawa Yovna ke kelas. Yovna yang di seret pun memberontak. Tapi mereka berdua menahan Yovna lebih keras dan akhirnya pun Yovna tak berkutik.

"Jaga di depan kelas jangan sampai ada yang masuk" perintah Naya dan langsung mendorong gue.

Setelah keluar dari kelas gue pun menutup pintu. Gue menghalangi setiap anak yang ingin masuk dengan tetap menunduk. Jadi gue ga lihat orangnya.

"Jangan masuk" itulah yang gue ucapkan saat ada yang ingin masuk. Mereka sepertinya sudah tau akan hal ini. Karna mereka tak menolak saat gue melarangnya masuk.

"Jangan masuk" ucap gue. Tapi kali ini anak itu tetap diam di hadapan gue. Gue pun menatapnya.

Sehun

Yovna kan cewek yang dikejar Sehun. Haduh gimana nih?

"Minggir" ucapnya ketus tanpa melihat gue.

"Ta.. Tapi Naya ga bolehin siapa aja masuk" cegah gue saat dia melangkahkan kakinya.

Setelah itu dia mencondongkan wajahnya pas di depan wajah gue. Reflek gue pun memundurkan wajah dan membelalakkan mata. Untuk beberapa detik gue terpaku pada mata coklat indahnya.

"A..aa ap" gue terbata hanya untuk mengatakan 'apa'. Lidah gue serasa kelu.

"Minggir" ucapnya sambil menggeser gue. Lalu dia memasuki kelas, setelah itu gue tak tau apa yang terjadi di dalam sana.

"Yeri. Lo sama Sehun ngp-" gue langsung menutup mulut Senju.

"Sssttt" gue meletakkan telunjuk di depan mulut untuk mengingatkannya.

"Gue lihat semuanya" kata Senju sambil menunjukkan wajah panikknya.

Ya Tuhan jantung gue


🐼🐼🐼

Who Knows?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang