Sekarang sudah saatnya camping. Sekarang hari sabtu, kebetulan nanti malam minggu. Jadi campingnya lebih seru dan menantang gitu.
Disinilah gue sekarang, di aula besar mendengarkan sosialisai yang diberikan oleh para panitia. Karna ini acaranya tentang pergaulan gitu, panitia yang memberi sosialisasi kebanyakan polisi.
Gue duduk di dekat tembok dan disebelah gue ada Senju. Aula sekolah gue cukup luas. Apa lagi cuma kelas sebelas yang ikut camping. Suasana sekolah juga sedikit sepi karna kelas sepuluh dan dua belas di liburkan.
"Remaja adalah masa dimana kalian bla bla bla" gue sama sekali ga dengerin sosialisasi itu. Gue cuma melihat semut di dinding. Semut itu lebih menarik perhatian gue dari pada sosialisasi didepan.
"Lo ga nyatet?" Bisik Senju ditelinga gue.
"Buat apaan?" Senju mengangkat bahunya. Gue melihat ke arah catatan Senju. Senju sudah hampir satu lembar nyatetnya lah gue ga nyatet sama sekali.
"Baiklah sekian sosialisasi yang kami berikan. Acara selanjutnya yaitu outbound. Kalian bisa mengganti pakaian kalian dengan baju olah raga sekarang"
Kami segera keluar dari aula untuk mengganti pakaian. Di kamar mandi wanita dekat aula cukup ramai. Jadi gue dan Senju memilih untuk mengganti pakaian di kamar mandi dekat tangga.
Setelah selesai, gue dan Senju merapikan baju didepan cermin Sampai gue mendengar pintu toilet di buka dengan kasar. Gue dan Senju sontak terkejut mendengarnya.
"Oh lo masih berani main-main sama gue" ternyata itu ulah Naya dan teman-temannya. Dia menyeret Yovna ke pojok toilet dan mendorongnya sampai Yovna tersungkur.
"Sudah gue bilang jauhi Sehun" ucapnya penuh penekanan. Senju ingin menolong Yovna tapi di dorong oleh Naya.
Lalu kran air di depan cermin menyala dengan sendirinya. Suasana seketika mencekam. Kami yang kaget hanya bisa berdiam diri untuk beberapa detik.
Detik berikutnya pintu toilet yang tertutup tiba-tiba terbuka semua dengan serentak. Kran air di setiap toilet juga menyala. Naya dan teman-temannya yang panik langsung melarikan diri sambil berteriak histeris.
Gue dan Senju langsung membantu Yovna yang terjatuh. Gue merasakan energi negatif yang kentera. Gue melihat ke sumber energi. Itu hantu bunuh diri yang duduk bareng gue di lapangan basket beberapa hari yang lalu.
Penampakannya masih sama seperti yang gue lihat waktu itu. Hanya saja energinya terlalu negatif yang membuat gue gelisah sendiri. Dia terlihat sangat marah.
"Ayo cepat kita keluar" ucap gue ke Yovna dan Senju yang diangguki oleh keduanya.
"Kok lo diam aja sih digituin" Senju mulai nyerocos.
"Mau gimana lagi. Naya punya segalanya. Gue masih cukup normal untuk tidak membalas perbuatannya" gue hanya mengangguk-anggukkan kepala.
Gue sebenernya ga terlalu suka sih ke Yovna. Emang dia cantik dan baik, masalahnya dia yang di suka Sehun. Jadi suka cemburu ga jelas gitu ke Yovna.
Gue melihat ke sekeliling. Sampai mata gue menangkap sosok yang sering mengikuti Sehun. Gue jadi penasaran, jadi gue memutuskan untuk mengikutinya.
Baru saja gue melangkah Senju menahan tangan gue. "Aulanya di sana. Lo mau kemana?"
"Hmmm, gue ada urusan bentar. Kalian ke sana dulu"
"Apa?"
"Kepo lo. Udah sana. Sana sana hus hus" gue mengusir mereka. Setelah itu gue mengikuti kemana hantu itu pergi.
Benar saja, hantu itu sedang mengikuti Sehun lagi. Gue berlari untuk mengikutinya. Pergerakannya sangat cepat, sampai gue kehilangan jejaknya. Gue terus berjalan, sampai mentok di toilet pria.
Tuh hantu ganjen banget sih. Masa ngikutin Sehun sampe ke toilet. Gue bersembunyi dibalik tembok dan melihat ke dalam.
Gue mencari keberadaan hantu itu, tapi yang gue lihat.
Sialan! Ini mah lebih serem dari hantu itu.
"Yeri" mati gue. Tiba-tiba ada yang menepuk bahu gue. Gue memejamkan mata sebelum berbalik untuk melihat orang yang menepuk bahu gue.
Jean. Haduh gimana nih
"Lo ngapain di sini?"
"Aaa... Hmmm... Mm Mark. Yah gue nyari Mark"
"Gue tadi lihat dia di depan aula"
"Oh ya udah deh. Gue ke sana dulu. Makasih ya" gue langsung berjalan melewatinya. Malu-maluin banget sih. Ini gara hantu itu, kalo aja gue ga ngikutin dia. Pasti.. tau ah
🌸🌸🌸
Outbound segera di mulai. Namun masih ada pelajaran bela diri yang berikan langsung oleh polisi. Polisi itu memberi tahu, apa yang harus kita lakukan kalau ada orang jahat yang mengganggu kita.
Dari gerakan yang mudah sampai yang sulit. Dari gerakan mengunci sampai melawan. Dari yang memukul sampai membanting.
"Itu yang di pojok coba maju dan praktekkan di depan teman-teman kamu" kami pun menoleh ke arah pojok. Ternyata orang itu Sehun.
"Uuuuu Sehun" ucap Senju yang terdengar menjijikkan di telinga gue.
"Apaan sih lo" gue mendorongnya gemas. Dan mata gue bertemu dengan mata Jean. Jean menatap gue dengan pandangan tak bisa di artikan.
Gue canggung parah setelah acara tercyduknya gue di toilet cowo tadi. Gue takut Jean berpikir bahwa gue mengintip Sehun waktu itu. Hduuuuuu gue malu banget.
"Sepertinya saya ga asing sama kamu" ucap polisi itu saat Sehun maju.
"Oh kamu yang sering bikin onar itu ya" ucapnya sambil menepuk-nepuk punggung Sehun. Kalau Sehun sih cuma datar aja wajahnya.
Polisi itu dan juga Sehun sudah bersiap untuk mempraktekkan cara mempertahankan diri. Polisi itu mulai menyerang Sehun dengan posisi ingin memukul.
Dengan sigap Sehun menahan tangannya dan membanting tubuh polisi itu. Setelah itu terdengarlah tepuk tangan dan kata "wow" dari teman-teman gue. Gue hanya bisa berdecak kagum melihat Sehun.
Kemampuan bela dirinya memang tak bisa diremehkan. Namun, ada yang menarik perhatian gue. Gue menoleh ke arah depan dibalik tubuh Sehun. Dan lagi-lagi hantu itu sedang berdiri memperhatikan Sehun.
Ngeselin banget sih tuh hantu
🐼🐼🐼
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
أدب الهواة"Kalau gue nolong lo, emang lo mau jadi pacar gue?" "Lo mau memberi perhatian dan kasih sayang lo sepenuhnya ke gue?" "Lo mau menjadi orang yang selalu ada saat gue butuhkan?" Btw itu cuplikan chap berapa yah, lupa. Lanjutnya baca sendri yuk *** G...