4

19.5K 1K 52
                                    

"Kok lo tau sepatu ini akan membuat gue tertabrak." Gue terdiam mendengar pertanyaannya. Ga mungkin gue bilang, kalau gue bisa melihat masa depan.

Gue terlalu kesal karna dia tak menuruti apa yang gue katakan. Akibatnya gue jadi marah-marah ga jelas sekarang.

"Itu ga penting. Lo seharusnya bisa jaga diri." Dia tambah menatap gue tajam.

"Yeri. Lo gapapa kan?" tak lama kemudian Mark datang. Gue bangkit dan membersihkan sisa debu di rok gue.

Mark membantu Senju untuk bediri. Gue lihat Senju sedikit meringis. Mungkin tarikan gue terlalu keras.

"Lo gapapa kan?" tanya Mark, yang hanya di balas anggukan olehnya.

Gue langsung pergi meninggalkannya. Entah mengapa, gue kesel banget sekarang. Untung aja dia gapapa.

Setelah itu gue merasakan pipi gue di tusuk-tusuk oleh jari seseorang. Gue tau pasti orang ini Mark.

"Udah dong mba," gue tak menghiraukannya.

"Marah mulu, tambah jelek lho," gue langsung menghentikan langkah. Gue menatapnya kesal. Gue lihat dia bergidik ngeri.

"A..ap...aaa?" Tanyanya terbata-bata. Gue memegang bahunya lalu menunduk.

"Benar kan? Masa depan yang gue lihat itu benar. Masa depan ga pernah berubah Mark. Kenapa Tuhan memberi gue kemampuan seperti ini? Gue ga mau selalu terbayang oleh masa depan orang-orang. Gue ga bisa Mark."

"Yer."

"Senju juga. Udah dibilangin malah ngeyel."

"Yeri."

"Gimana kalau dia kaya anak SMA di bayangan gue? Apa dia ga mikir gimana ora-"

"YERI" bentaknya keras. Gue langsung menatapnya dengan pandangan tak percaya. Bisa-bisanya dia membentak gue.

Saat gue ingin memarahinya, dia meletakkan telunjuknya di depan mulut gue. Gue menepisnya kasar dan langsung berbalik arah. Gue berjalan cepat, namun dia memegang tas gue yang membuat langkah gue terhenti. Gue menatapnya tajam.

"Semakin lo marah, semakin dia penasaran akan kemampuan lo" setelah itu dia melepas pegangannya dan berjalan mendahului gue.

"Lo tau apa hah?"

"Lo harus tetap rahasiakan kemampuan lo, kalau lo ga mau orang-orang memanfaatkan lo," ucapnya dengan nada serius. Dia terus berjalan tanpa menunggu gue.

Kenapa sih tu anak?

🌸🌸🌸

Sampai di rumah gue di kagetkan dengan tatapan tajam bak Airin. Bak Airin adalah satu-satunya keluarga yang gue punya. Orang tua gue sudah lama meninggal. Yang entah apa penyebabnya.

Jadi, Bak Airin harus banting tulang untuk menghidupi kami berdua. Bak Airin itu cantik, tapi sering ngomel.

Dan sekarang, dia menunjukkan sebuah surat. Gue mendekatkan diri untuk melihat isi surat itu.

Astagah! Itu surat panggilan.

"Itu..... Apa?" Mba Airin langsung memukul-mukul gue. Mulai dari lengan, punggung sampai pantat pun juga dipukuli olehnya.

"Apa sih mba, aduh sakit. Kenapa aku di pukulin. Aduh berhenti bak" mohon gue ke Mba Airin.

"Mba di kasih surat panggilan, kamu masih tanya ini apa? Kamu ngapain aja disekolah hah?" tanyanya sambil terus memukuli gue.

"Aku ga ngapa-ngapain mba," lalu mba Airin menghentikan pukulannya.

"Kalau kamu ga ngapa-ngapain, kenapa mba nerima surat ini? Mba tau kamu tertekan, tapi setidaknya kamu ga buat masalah Yer."

"Itu siapa yang ngasih? Kapan di kasih?" Mba Airin menatap gue jengah sambil menghembuskan nafasnya kasar.

"Itu ga penting. Masuk kamar! Belajar yang bener."

Haduuu apa lagi salah gue?

🌸🌸🌸

Gue duduk sendirian di bangku taman yang ada di sekolah. Entah setan apa yang membuat gue jalan sepagi ini. Sekarang masih tak ada murid yang datang.

Gue memilih untuk mendengarkan lagu dengan menggunakan headsets. Gue menyamankan posisi lalu memejamkan mata.

🍁🍁🍁

Gue yang tengah duduk di kelas tersontak saat Sehun memukul bangku gue keras. Gue mendongakkan kepala perlahan untuk menatapnya.

"Lo." ucapnya penuh penekanan

"Lo kan yang ngadu?"

"Gu.. Gue cuma ga.. Ga pengen lo kenapa-kenapa," ucap gue terbata

Lalu dia menarik kerah baju gue yang membuat gue mendekat ke arahnya. Dia menatap gue tajam. Terpancar sekali kemarahan dan kekecewaan di mata tajamnya.

Gue menahan nafas saat ditatapnya seperti itu. Dia menghempaskan gue dan berlalu pergi.

"Gara-gara lo dia di anggap berandal sekarang," kata Chandra. Setelah itu Kevin memukul bangku gue keras. Lalu mereka meninggalkan gue mengikuti langkah Sehun.

🌸🌸🌸

Gue membuka mata lalu menghembuskan nafas berat. Mengapa gue mengingat kejadian itu? Lagi-lagi gue merasa bersalah.

"Hei." gue langsung menoleh ke arah samping. Hhh Senju lagi.

"Lo sendiri aja. Mana Mark?" tanyanya antusias.

"Lo gapapa?" tanya gue ketus

"Gapapa kok. Btw makasih ya. Kalo ga ada lo mungkin gue udah mati."

"Lo ngomong apa sih. Jaga diri baik-baik."

"Iya iya. Ke kelas yuk" ajaknya. Gue mengangguk dan kami pun berjalan menuju kelas.

***

Sampai di kelas gue baru sadar. Kenapa Senju nyariin Mark? Hmmm tercyduklah kau 😏

"Senju."

"Yah?"

"Kenapa lo nyariin Mark?"

"Nggk kok," ucapnya salting sambil menata rambutnya. Padahal rambutnya masih rapi.

"Lo suka ya," tebak gue asal.

"Apaan si Yer," ucapnya sambil tersenyum seperti orang gila. Lalu dia mendorong gue gemas. Gue tersontak dengan dorongannya yang membuat gue tak seimbang.

Gue segera memegang bangku yang ada di depan gue agar tidak terjatuh. Dan sialnya gue menyentuh tangan seseorang. Gue harap masa depannya ga bakal muncul.

Gue mengalihkan atensi gue dari tangannya dan menatap matanya langsung. Alangkah terkejutnya gue saat mata tajam Sehun tengah menatap gue.

🌺🌺🌺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌺🌺🌺

Gue menghimpit Sehun di tembok

Gue menarik kerah jaket Sehun

Gue menutup mata dan mencium Sehun tepat di bibirnya

🌸🌸🌸

Gue langsung melepas pegangan gue dari tangannya. Gue menunduk dan segera pergi ke bangku gue. Gue mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskaannya.

Itu masa depan apaan sih?

🐼🐼🐼

Who Knows?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang