12

7.4K 409 7
                                    

Dua hari berlalu sejak Sasuke dan Sakura pulang dari misinya selama tiga bulan. Sakura kembali berkerja untuk rumah sakit sedangkan Sasuke sering ke luar desa namun dia tidak pernah pergi selama satu hari, saat petang dia akan pulang.

"Ino, tolong kau memeriksa pasien ruang 23 pastikan dia makan dengan benar. Aku akan pulang sebentar," ujar Sakura pada Ino yang terus tersenyum padanya.

"Kau tidak tahan untuk tidak bertemu dengan Sasuke, ya?" Ino menaikan alisnya.

Sakura menggeleng, muncul semburat merah di pipinya.

"Bukan seperti itu tapi kata Sasuke dia akan pulang saat tengah hari, di rumah tidak ada makanan apapun jadi aku harus membeli makanan untuknya," jelas Sakura.

"Kenapa bukan kau saja yang memasaknya?" tanya Ino.

Sakura memajukan bibirnya kesal. Sahabatnya itu terlalu cerewet.

"Itu akan membutuhkan waktu lama lagipula masih banyak pekerjaan di sini," jawab Sakura.

"Hm...aku perhatikan sejak kau menikah dengan Sasuke, kau sering pulang lebih awal,"

Sakura menatap Ino tajam.

"Kau juga sering pulang awal setelah menikah dengan Sai!" seru Sakura membuat beberapa perawat yang berada di ruang itu memperhatikannya.

"Sudahlah aku pergi!" Sakura berbalik meninggalkan Ino yang terkekeh padanya.

Sakura berhenti sebentar di kedai sepanjang perjalannya ke rumah. Dia membeli sup tomat, onigiri, dua kantong  ramen instan, beserta susu segar.

"Sasuke-kun!" saat Sakura memasuki halaman rumah Sasuke sedang berada di depan hendak membuka pintu.

"Kau sudah selesai?" tanya Sasuke begitu Sakura di dekatnya.

"Belum, nanti aku harus kembali ke rumah sakit," jawab Sakura.

Lalu Sakura merebut kunci yang di pegang Sasuke dan membuka pintu di depannya.

"Tadaima!" seru Sakura dengan senang walaupun dia tahu tidak ada yang akan membalasnya. Tapi dia salah sesaat kemudian ada yang membalasnya.

"Okaeri!"

Sakura berhenti dengan terkejut juga Sasuke di sampingnya. Kedua orangtua Sakura di depan mereka dengan menunjukan senyum lebar.

"Okaa-san, Otou-san!"

"Bagaimana kalian bisa masuk?" tanya Sakura ragu. Seingatnya dia telah mengunci semua pintu dan jendela.

"Itu yang kau katakan pada orangtuamu setelah lama tidak berjumpa hah?" Mebuki menepuk lengan Sakura dengan keras.

" sakit!"

"Kau lupa mengunci pintu belakang," Kizashi yang menjawabnya.

"Benarkah?"

"Sudah lupakan saja! Aku telah memasakan makanan enak untuk kalian. Kalian pasti lelah kan?" Mebuki menarik Sakura ke meja makan yang berada di dekat dapur.

Sasuke menurut ketika Kakashi juga menariknya.

"Apa ini?" tanya Mebuki setelah membuka kantong yang dibawa Sakura.

"Kau itu ninja medis pasti kau tahu kan ini tak baik untuk kesehatan," Mebuki mengangkat satu cup ramen.

Sakura mengerucutkan bibirnya sedangkan Sasuke yang duduk di sebelah Kizashi tersenyum tipis.

"Selamat makan!"

Mereka makan bersama masakan buatan Mebuki. Namun, Sasuke tetap menghabiskan makanan yang dibeli Sakura.

"Sasuke-kun, kau ingin makan roti ini?" Kizashi menyodorkan roti manis di depan Sasuke.

Sasuke menggeleng dengan sopan.

"Otou-san, Sasuke-kun tidak suka makanan manis," ujar Sakura.

Sasuke memperhatikan interaksi Sakura pada kedua orangtuanya sejak tadi. Istrinya itu keras kepala tapi dia tahu Sakura sangat menyayangi orangtuanya. Mereka semua adalah keluarga Sasuke sekarang. Tanpa sadar Sasuke tersenyum.

"Bagaimana dengan kalian?" tanya Mebuki.

"Bagaimana apa?" Sakura balik bertanya.

Mebuki mendengus "Sakura, kami sudah tua Sakura. Kami ingin kau segera mempunyai anak,"

Kizashi tiba-tiba tertawa.

"Mebuki, jangan paksa anak itu!"

"Aku tak memaksa hanya memberitahu mereka," kilah Mebuki.

Sakura berdiri, telinganya tidak tahan jika Mebuki terus-terusan membahas anak di depan dirinya dengan Sasuke.

"Aku harus kembali ke rumah sakit," ujar Sakura.

Mebuki ikut berdiri.

"Kau berkerja terus, apa kau tidak lelah? Biarkan orang lain yang menggantikanmu,"

Sakura menggeleng, dia tidak bisa.

"Aku pergi!"

BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang