16

7.8K 385 6
                                    

Sasuke beranjak dari tempat duduknya menuju ke sumber tangisan seorang wanita yang memasuki rumahnya. Sakura menangis tersedu sambil bersender di pintu.

"Kau kenapa?" tanya Sasuke khawatir. Dia menyentuh bahu Sakura dengan lembut.

Sakura memandang mata Sasuke dalam-dalam lalu dia memeluk tubuh suaminya tersebut dengan erat. Sasuke mundur ke belakang dua langkah karna pelukan Sakura yang tiba-tiba. Sakura terisak makin keras ketika kepalanya berada di dada Sasuke.

Tangan kanan Sasuke balas memeluk pinggang ramping Sakura.

"Aku tahu," ujar Sakura sambil menitikan air mata.

Sasuke mengusap rambut Sakura yang sekarang agak panjang dengan lembut. Dia sama sekali tidak tahu, apa yang Sakura ketahui?

"Kau akan meninggalkanku," tambah Sakura .

Tubuh Sasuke menegang, dia sangat terkejut. Ya, dia memang akan pergi melanjut kan misinya lagi. Tapi dia tidak tahu kapan itu dan dia belum mengatakan nya kepada Sakura.

"Sakura?"

Sakura mendongak, matanya sembab.

"Kau pasti bingung kenapa aku menangis seperti ini kan?" Sakura mengusap air matanya dan melepaskan diri dari Sasuke.

"Walau kau tidak mem beritahuku kapan kau pergi-aku sudah menyadari sejak kau menjelaskan semuanya dulu, kau akan pergi dan hatiku bilang kau akan meninggalkanku dalam waktu dekat,"

Sasuke merasa menjadi pria brengsek di depan Sakura, di depan wanita itu dia tidak ada apa-apanya.

"Sakura," Sasuke memegang bahu kanan Sakura, sedikit mencengkram.

"Dengar kau sudah paham kan lalu kenapa kau menangis?"

Air mata Sakura semakin keluar dengan deras setelah Sasuke mengatakannya.

Sasuke ingin membunuh dirinya sendiri. Dia mati kutu sekarang, dia salah memilih kata-kata dan memperburuk keadaan Sakura. Memori Sasuke tiba-tiba mengingat perbincangannya dengan Naruto tadi sore di bukit:

"Wanita hamil akan lebih sensitif"

Sasuke kini paham. Dia menggiring Sakura untuk pergi ke kamar walau istrinya itu memberontak beralasan dia ingin sendiri lebih dulu tapi Sasuke pura-pura tidak peduli. Setelah sampai di kamar Sasuke menguci pintu dan menarik Sakura untuk duduk di tempat tidur.

Sakura terisak, dia tidak mengerti apa yang akan dilakukannya. Dirinya agak merinding mendapati mata Sasuke sedikit menajam ketika memandangnya. Dia tambah tidak mengerti saat Sasuke berjongkok dan menempatkan kepalanya di paha Sakura.

"Aku paham aku ini bukan pria yang romantis -aku bahkan belum pernah membelikanmu sebuah perhiasan_

"Kau tahu!" Sakura mendapat keberanian karna men dengar kalimat Sasuke.

"Aku tidak butuh perhiasan!"

Kepala Sasuke gatal untuk tidak membenturkannya di di dinding. Dia tidak tahu menahu dengan kata-kata yang tepat digunakan untuk wanita hamil yang sekarang sangat sensitif dan emosi berubah-ubah di depannya ini.

"Kau tahu, aku sedang hamil," Sakura berucap sembari matanya mengeluarkan air mata lalu membasahi rambut hitam Sasuke di bawahnya.

Benar kan, emosi yang berubah-ubah!

"Aku hanya ingin kau berada di sampingku selama aku mengandung, aku tidak ingin kau pergi!" isakan Sakura tambah keras dari sebelumnya.

"Ya, aku tahu!"

Sasuke diam, dia memberi kesempatan Sakura menumpahkan isi hatinya.

"Aku sudah paham dengan tugasmu itu, aku tahu bukan hanya orang-orang di luar sana tapi juga untuk diriku dan bayi di dalam perutku. Kau ingin menjaga kami dengan caramu sendiri"

Semua yang dikatakan Sakura benar. Sasuke sampai terenyuh mendengar per kataan Sakura. Dia mengerti Sakura membutuhkannya tapi dia tidak boleh egois.

"Sasuke-kun," panggil Sakura pelan.

Sasuke menatap Sakura dalam-dalam.

"Apa aku boleh meminta sesuatu?" tanyanya seraya berusaha menghentikan tangisannya.

Sasuke mengangguk tanpa berpikir lagi. Apapun itu akan Sasuke kabulkan. Dia sadar dia bukan suami yang sempurna bagi Sakura tapi setidaknya dia tidak membiarkan Sakura kecewa lagi.

"Aku akan ikut dalam misimu nanti. Dan jangan berpikir untuk menolaknya!"

BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang