01.

706 54 32
                                    

"Jimin! Bisakah kita duduk sebentar? Aku capek.." aku langsung menunduk, menumpu berat tubuhku dengan kedua tangan yang aku letak diatas lutut.



"Nggak. Aku harus menggunakan waktu seefisien mungkin"

Rahangku jatuh. Mendengar penuturan Jimin (ditambah lirikan elangnya) benar-benar membuatku bertanya-tanya apa sebenarnya status diantara kami berdua.

Aku pacarnya, kan?

"Yang ini saja, cantik kok" ucapku yang dengan asal-asalan mencomot sebuah dress tanpa melihatnya.

"Bagus juga" ucap Jimin.

Aku akhirnya melihat Jimin dengan mata berbinar. Penderitaan ini akan selesai?

"Seleramu bagus" ucapnya lagi.

Ah, dipuji seperti ini membuatku melayang.

Akhirnya aku memberikan dress itu ke Jimin, namun sebelum tangannya sempat menyentuh dress tersebut, aku mendekatkannya lagi pada tubuhku.


Serius? Aku benar-benar baru saja mengambil sebuah summer-edition dress keluaran terbaru Armani-brand terkenal yang tentunya harganya mahal.

"Sepertinya yang lain lebih bagus, ayo kita cari lagi" ucapku yang langsung bersemangat.

"Kau kenapa jadi semangat?"


Aku takkan begini kalau dress itu untuk sahabat perempuanmu, yang meskipun hanya kau anggap sahabat. Dan meskipun AKULAH pacarmu sesungguhnya.

"Kurasa ini terlalu dewasa untuk ukuran cewek baru menginjak usia 14 tahun" ucapku dengan yakin.




"Baiklah" ucap Jimin. Ia melangkah menuju sofa kecil yang berhadapan dengan cermin.

"Tapi kau yang mencarinya"

Aku sejenak menarik napas dan merenggangkan kakiku dengan cara memutarnya kesamping secara bergantian. Aku menganggukkan kepalaku, namun Jimin ternyata sudah memegang ponselnya dengan kedua tangan, ponsel abu-abunya ia putar menjadi horizontal.

Aku langsung menuju sebuah manekin yang berada di sayap kiriku.

Dan dress didepanku terlihat sesuai dengan kriteria cewek berumur 14, warnanya tidak terlalu mencolok, tapi sedikit-banyak hiasan yang membuatnya terlihat ceria. Pembawaannya menyenangkan.



Kemudian aku mengambil sebuah dress yang sama dengan model tadi, karena tidak mungkin bagiku mencomot dress tersebut dari tubuh sang manekin yang tubuhnya... kenapa proporsional sekali?!

Aku mencari lagi model yang lain setelah melihat harga dari dress berwarna biru muda tadi, harganya tidak terlalu mahal.

Setelah mengambil dress hitam yang digantung dan mengamatinya, terutama harganya, aku langsung berjalan kearah Jimin.

Jangan menganggapku yang aneh dan sok atau apa, maksudku, Jimin hanya seorang pelajar, tidak mungkin aku membiarkan uangnya habis hanya untuk membelikan kado. Setidaknya ia bisa menggunakannya untuk kepentingan pribadinya, tugas kelompok, misalnya.

"Jimin! Menurutmu yang paling cantik yang mana? Kiri atau kanan?" Tanyaku seraya memegang dua jenis dress tadi di kedua tanganku. Jimin yang sedang bermain ponselnya mengadah, memperhatikanku dengan malas.

"Tidak keduanya" jawabnya singkat lalu melihat ponselnya kembali.


Hey, ponselmu lebih menarik daripada aku yang kesusahan mencari model?

Two Lines of Park Jimin (On hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang