09.

84 16 18
                                    

Hari ini aku tidak melihat Jimin.


Sudah jam istirahat kedua dan sudah dua kali aku kekelasnya, tapi dia tidak ada.


Kata Jungkook, dia sakit.

Heol, pacarnya siapa? Jungkook atau aku?

Aku merasa mual. Bayangkan saja kalau ternyata Jimin dan Jungkook itu benar-benar sepasang kekasih. Jimin sering pergi malam-malam kerumah Jungkook dengan alasan klasik, belajar bareng. Tapi kalau tern--

"Kim Nana"

Yatuhan, jantungku rasanya copot.

Aku langsung melihat kearah Byun-ssaem yang (ternyata) menjelaskan teori atom Bohr.

"Ada yang mencarimu"


Nugu?



Aku menolehkan kepalaku kearah pintu, menemukan Kim Taehyung yang sedang menjinjing tas hitamnya.


"Bawa tasmu sekalian" titah Byun-ssaem.


Aku memasang wajah sedih, pura-pura membenci diriku yang tidak mengikuti pelajarannya. Sayangnya Byun-ssaem yang memang mengetahui sifatku memegang pundakku, dan menekannya sedikit.

"Kau--"


Namun, tatapannya melunak. Ia malah menepuk pundakku, tepat dibagian yang ia tekan tadi, lalu menjauhkan tangannya.



"Kalau ada tugas, jangan susahkan pacarmu. Dia murid kesayanganku. Arraseo?" Byun-ssaem mengatakannya dengan keras.


Oh, gila.



Darimana guru ini tau kalau aku.. em, memacari Jimin?


Langsung aku tatap matanya, menunduk hormat, dan berjalan bak model mendekati Taehyung yang menatapku jijik.


Tanpa sungkan, aku dan Taehyung segera keluar tanpa menoleh kebelakang.



Seingatku Taehyung punya kesan tak mengenakkan dengan Byun-ssaem. Tapi aku sudah lupa. Ia menceritakannya ketika aku masih SMP. Dan mungkin aku sedang mengantuk waktu itu.



"Ada apa, sih?" Tanyaku. Aksesoris kelinci yang kugantung di ransel biru mudaku bergerak seiringan dengan langkahku. Taehyung malah menggunakan earphone yang baru ia keluarkan dari tasnya.


"Kau lupa? Mengantar bunda ke bandara. Tugas"


Dengan jari panjangnya, Taehyung menekan tombol shuffle, lalu mulai menggoyangkan kepalanya.

Fantastic Baby. Aku dapat mendengar dengan jelas lagu yang ia putar sekarang.

Berapa volume suarayang ia atur?

Aku harap Taehyung tidak tuli. Aku tidak mau punya Taehyung yang seperti itu.


"Kita hanya mengantar bunda dan sudah? Begitu saja?" Tanyaku dengan raut penuh ketidakpercayaan.




"Kau iya, aku tidak"

Sungguh? Taehyung masih dapat mendengar suaraku?



"Kau mau kemana lagi, heh? Mengencani cewek baru lagi?" Tanyaku enteng. Aku bersumpah Taehyung sudah membuat tiga cewek menangis dalam satu minggu ini. Dan ingat, ini masih Jumat.

"Aniyo, aku mau menemani Jin"




Mendengar nama Jin, aku jadi kembali memikirkan kejadian-kejadian yang berlalu begitu cepat.

Two Lines of Park Jimin (On hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang