Sesampainya didalam rumah, aku melihat Appa yang sedang bercerita dengan kakakku, Taehyung. Mereka sepertinya sedang memiliki perbincangan serius, terlihat dari wajah Taehyung yang sangat gugup.
Aku mengendap menaiki tangga. Aku tau kalau aku ketauan, ayah pasti juga akan menanyaiku banyak hal yang pasti tidak bisa aku temukan jawabannya. Aku segera memasuki kamarku dan menguncinya.
Setelah melucuti pakaianku, aku segera mandi. Kira-kira selama 15 menit. Setelah itu aku melilitkan handuk ditubuhku.
Aku mengamati pantulan diriku di kaca. Aku memang tidak terlalu tinggi, tapi bentuk tubuhku bagus! Aku ingin mengutuk Jimin yang seenak jidatnya saja membandingkan bentukku dengan sahabatnya itu.
Setelah membongkar lemariku, aku mendapatkan dress selutut berwarna peach bermodel off-shoulder. Aku bahkan baru tau kalau aku memilikinya.
Setelah memakainya, aku melihat kembali pantulan diriku. Dress ini melekat sempurna, mengikuti lekukku. Sebenarnya aku kurang nyaman memakainya, tapi aku ingin membuktikan pada Jimin kalau pacarnya ini bisa seksi.
Aku segera mengambil ponselku. Namun belum beberapa detik terdengar ketukan dipintuku. Aku meletakkan ponselku dan menuju pintu. Taehyung berdiri disana. Mengernyitkan dahinya ketika hanya kepalaku saja yang keluar dari kamar.
"Kau mau kemana?" Tanyanya. Aku segera berpikir keras. Bisa gagal kalau Taehyung tau. Ia akan memberitahukan pada Appa dan Appa pasti tidak senang melihat putrinya pergi diatas jam 8.
"Aku... aku mau ti-tidur! Aku ngantuk sekali. Selamat tidur, Taehyung" ucapku lalu pura-pura menguap. Aku segera menutup pintu, namun Taehyung mendorong kepalaku kebelakang dan memasuki kamarku.
Sekarang ia melipat kedua tangannya didada.
"Memangnya kau bisa tidur dengan nyaman dengan pakaian seperti itu?"
"Kau pasti mau pergi dengan Jimin" lanjutnya.
Aku mengangguk pasrah. Aku segera memegang lengan bajunya dan menarik-nariknya.
"Taehyung... jangan kasihtau Appa ya" ucapku memelas. Taehyung menaikkan sebelah alisnya menatapku.
"Taehyung-oppa" ucapnya.
Aku berdecak. Aku paling malas memanggilnya dengan embel-embel itu.
"Oppa... jangan beritahu Appa dan Eomma ya?"
"Aku akan bilang kau kerja kelompok. Ganti dulu bajumu" ucapnya. Aku tersenyum, berjinjit, lalu mengacak rambut lembutnya. Kalau dilihat, rambutnya lebih lembut dari punyaku.
"Gomawo!" Ucapku lalu mendorongnya keluar kamar. Aku segera membuka dressku dan menggantinya dengan kaus hitam dan jeans panjang. Aku melipat dress tadi dan memasukkannya kedalam tas ranselku. Aku juga memasukkan beberapa buku pelajaran untuk jaga-jaga kalau Appa bertanya. Dan tidak lupa jepit rambut yang pernah aku beli sebelum berpacaran dengan Jimin.
Setelah itu aku menggunakan lipgloss berwarna merah dan memakai makeup sedikit. Tidak lupa dengan blush on yang hanya kusapu mengikuti bentuk tulang pipiku.
Bagian akhir, aku memakai kalung dan gelang berwarna putih.
"Nana is ready" ucapku lalu tersenyum.
Aku meraih ponselku. Aku mengirim pesan untuk menjemputku didepan komplek saja. Jimin tentu tidak akan membantah.
Setelah pergi keluar dengan aman (Taehyung memberi sinyal tadi) aku segera memakai sepatu berhak tinggi berwarna merah. Aku berlari keluar pagar setelah Jimin menelponku. Aku tidak mau telat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Lines of Park Jimin (On hold)
Fanfictionperubahan besar Jimin memang tidak terduga. tapi sebenarnya ia tidak benar-benar berubah. siapa yang tidak benar-benar berubah? Jimin? bukan.