08.

93 17 10
                                    

Ini 1700+ words. Semoga gak bosen. Hehe.

Vomments yaaa

*******

Setelah menonton drama dari laptop, aku membawa diriku kearah kamar dengan coretan di dinding yang awalnya berwarna putih bersih.. Ew, jelek sekali.



Lantas aku mengenggam kenop pintu, dan memutarnya. Dapat aku lihat Taehyung sedang tidur di kasur dengan ponsel berbentuk persegi panjang ditangannya.

"Ya!! Taehyung kau memberikan nomorku ke siapa?!" Bentakku lalu mengambil bantal dan memberikan pukulan bertubi-tubi pada tubuh Taehyung yang hanya dibaluti kaus putih tipis dan celana boxer bergambar Spiderman.



"Hei! Aku sedang bermain game. Jangan menggangguku, pergi sana!" Tukasnya setelah menekan tombol pause dilayar ponselnya.



Aku mengangkat kakiku, menaiki kasur berukuran king size-nya dan mengunci tubuh Taehyung dalam rengkuhan kakiku. Aku tertawa hebat melihat reaksi kagetnya.

"Kau tahukan kalau aku sudah punya pacar? Park Jimin kesayanganku, pacarku. Kenapa kau seenaknya memberi nomorku ke cowok lain? Kau dibayar berapa, hah?" Cerocosku. Tanpa perasaan aku mengangkat tubuhku dan menjatuhkannya keras ke tubuh Taehyung.




Seperti ada suara tulang bergeser.


Taehyung membuka lebar mulutnya, namun tidak ada suara teriakan yang keluar. Ia hanya mendesis.


"Aku tidak memberikan nomormu ke siapapun! Dasar.."


Dengan sekali dorongan ia menjatuhkanku kelantai.


"Tadi Seokjin meminjam ponselku. Tapi aku tidak yakin dia mengirimkan nomormu. Kau, kan, tidak cantik. Badanmu tidak mengalami perkembangan. Aku sampai bingung, Jimin kau kasih apa?" Tanyanya yang sudah bersilah kaki diatas kasur.


Aku masing mengelus pantatku daritadi, ringisan sudah aku keluarkan namun Taehyung tidak peduli.


"Dia bilang aku harus tanya kau! Jadi Seokjin, ya? Akan aku catat namanya di otakku!"

Setelahnya aku berdiri, memandang Taehyung dengan tajam, lalu mendorong pintu kamarnya setelah aku berhasil keluar.


Tidur adalah pilihan terbaik saat ini. Sayangnya aku punya beberapa tugas yang harus dikumpul besok. Aku memijat pelipisku, gara-gara streaming drama aku jadi ngantuk.


Dengan langkah tergontai-gontai aku kekamar mandi dan mencuci muka. Aku memakaikan wajahku moisturizer dan kembali kemeja belajar.



Jinjja, aku sama sekali tidak memahami isi buku catatanku. Apalagi melihat buku matematika dihadapanku yang terbuka dihalaman 169. Soal-soal mengenai logaritma membuatku pusing. Segera kututup buku paket itu. Sampulnya adalah seorang cewek tersenyum sambil menulis rumus matematika dengan tinta berwarna biru.

Apa cewek itu benar-benar menikmati matematika? Senyumnya terlihat tidak tulus.

Aku menghela nafas.


Kuraih ponselku diatas nakas dan mencari kontak Jimin. Apa-apaan dia? Satu hari ini dia tidak membalas pesanku. Di baca saja tidak. Isi pesanku juga penting, seperti "Ayo bawa aku lari, Yoongi menyuruhku membelikannya roti isi daging gratis"



Kembali jari-jariku mengetikkan pesan untuknya.

Namun sebelum aku menekan send, Jimin menelponku.


Two Lines of Park Jimin (On hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang