[2].Bukan dia kan?

59 8 7
                                    

Sampai di depan pintu kelas aku berhenti dan menghembuskan nafas berat.

"Semoga bukan dia. " ucapku dalam hati.

Memasuki kelas dan mendapati kelas telah ramai. Aku mencari partner sebangku namun tidak ada. Hanya ada dua meja yang belum di tempati namun bedanya salah satu meja itu telah di isi oleh satu siswa. Siswa itu sendirian, tapi aku tak berani untuk menjadi partner sebangku dengannya. Alhasil aku lebih memilih duduk di meja kosong yang ada di depannya.

Sepuluh menit berlalu namun belum ada tanda-tanda siswi yang akan datang.Aku sempat berfikir bahwa aku akan duduk sendirian namun pikiran ku salah. Seorang siswi memasuki kelas dan ia langsung menghampiri meja yang ku tempati.

"Sendirian? " tanyanya padaku yang hanya ku jawab dengan anggukan kepala. Menarik kursi di sebelahku dan langsung memasang wajah kesal. Aku mengernyit bingung.

"Eh.. Sorry nama lo siapa? " menoleh ke arah ku dengan senyuman terukir di wajahnya. Aku di buat bingung olehnya.

"G—gue Liliana Maurensyah, biasa di panggil Lili. Nama lo siapa? tanya ku balik.

"Gue Belia Serianata, lo bisa panggil gue Lia atau Belia tapi jangan pernah panggil gue Beli karena gue bukan barang dagangan. " ucapnya yang membuatku terkekeh geli.

"Lo pasti bingung? " tanyanya yang membuat gelombang di dahiku.

"Sorry gue tadi masang tampang jengkel. Karena gue lagi kesel sama orang." tuturnya meminta maaf. Ketika aku tengah asik mengobrol dengannya, kegiatanku terhenti karena kehadirannya.

Kehadirannya yang membuatku menatapnya tak percaya. Ia melangkahkan kaki memasuki kelas. Ia melewati mejaku tanpa menyapa.

Aku memang tak berharap kamu menyapku atau tidak. Tapi bukan kah kita pernah bersama dalam artian pernah satu kelas. Tapi lebih baik begitu dari pada kamu peduli dan setelah ku terjebak dalam pesonamu, kamu akan memberikan bekas yang sulit tuk ku hapus.

Next chapter...

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang