4

5.7K 257 1
                                    

Ayah segera ke ruangan tempat Kania dan guntur berdiri karena tanganya ditarik-tarik oleh Vinia.  Ayah merasa menyesal pergi dari tempat tadi karena melewatkan lamaran Guntur pada Kania yang diteriakan Vinia tadi.  Kalau dipikir-pikir ayah,  Guntur adalah pria yang baik walau dapat dibilang sangat pemalu dan segenan terhadap orang lain.  Kania dan Guntur mungkin bisa cocok.

"Guntur,  beneran kamu lamar Kania?" Tanya ayah pada Guntur yang tadinya gugup, jadi semakin gugup dan salah tingkah karena ditanya seperti itu.

"Ehhm...  Maaf pak,  tadi ... Tadi saya" Kata Guntur terbata-bata,  ia bingung bagaimana menjelaskannya.

"Tadi kak Kania nanya yah "berani lamar saya mas? " ke Mas Guntur gitu,  trus Mas Guntur jawab "berani" gitu yaah" kata Vinia menjelaskan dengan semangat pada ayahnya.

"Itu pak...  Ehmm..  Maksud saya" Guntur ingin menjelaskan sesuatu tapi kata-katanya dipotong oleh Pak Irmawan.

"Sudah-sudah,  enggak apa-apa nak Guntur,  hahaha,  saya lucu liat kamu gugup gini" kata Pak Irmawan sambil menepuk pundak Guntur. "Yaudah kita ke meja makan aja yuk,  Bi mah buatin mie goreng tuh,  enak kalau makan sama-sama"

"Ehm..  Pak,  maaf pak,  saya mau permisi,  saya ada janji makan malam sama klien saya pak" kata Guntur. Sebenarnya makan malam dengan klien itu jam 20.00, sekarang masih jam 17.30. Guntur hanya tidak sanggup untuk melihat wajah Kania lebih lama lagi,  karena malu dan sedari tadi Kania menatapnya dengan sinis.

"Loh loh loh mas,  kok langsung pergi,  Bi Mah udah masak banyak loh mas" kata Vinia.

"Iya nak,  ayok nak sebentar aja,  rugi kamu nanti,  masakan Bi Mah enak tenan loh" Kata Pak Irmawan sambil terus membujuk Guntur.

"Udah ah yah,  kalau enggak bisa,  ngapain dipaksa" kata Kania,  selesai berkata seperti itu Kania menatap sebentar ke arah Guntur lalu pergi ke meja makan. Sebenarnya Kania merasa malu dan canggung juga,  hanya saja ia tak ingin memperlihatkannya.

"Yasudah,  kalau kamu enggak bisa,  mari,  saya antar ke depan" kata ayah.  Vinia sudah mengikuti kakaknya ke meja makan. Guntur hanya mengangguk saat berjalan dengan Pak Irmawan ke depan.

"Pak, maaf tadi pak, saya enggak ada maksud gimana-gimana, saya juga bingung kenapa saya bilang begitu tadi." Kata Guntur saat ia dan Pak Irmawan sudah di teras rumah. Pak Irmawan hanya tersenyum. Guntur takut Pak Irmawan mengira di sedang mempermainkan anaknya.

"Menurut kamu Kania gimana? "

"Kania, emm.... Kania cantik pak, diaa.. "

"Maksud saya,  Kania gimana tadi,  marah apa enggak, kalau enggak ya ngapain kamu minta maaf". Guntur langsung melihat ke arah Pak Irmawan dan mengerjapkan matanya, ia sangat malu karena salah menangkap maksud pertanyaan ayah Kania tadi. Pak Irmawan yang melihat Guntur yang malu itu menjadi tertawa terbahak-bahak.

"Tuurr.. Tur,  anak saya memang cantik,  tapi cerewet, biar kamu tau aja" Pak Irmawan kembali tertawa.

"Maaf pak..,  saya kira.. "

"Kamu suka dengan Kania? " tanya Pak Irmawan,  lagi-lagi memotong perkataan Guntur.

"Saya...ee.. " Guntur bingung ingin menjawab apa.

"Kamu enggak perlu takut sama saya, kalau kamu memang suka, bilang saja, toh itu kan lumrah kalau laki-laki suka dengan perempuan."

"Saya... Saya suka liat senyum Kania pak, wajahnya kalau lagi kesal juga lucu bagi saya dan.. dan saya suka, dia menarik buat saya pak, saya enggak tahu saya suka atau enggak dengan Kania pak. Saya belum pernah begini sebelumnya" selama berbicara Guntur tidak melihat ke arah Pak Irmawan, tapi setelah selesai berbicara, ia baru melihat ke arah ayah Kania itu dan mendapati beliau sedang tersenyum.

Actually,  I Love You "Guntur & Kania" (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang