Di pagi hari yang cerah, seorang lelaki pecinta kegelapan masih saja terlelap dalam mimpinya. Meskipun alarm sudah berusaha memekakkan telinganya sejak 30 menit yang lalu, ia masih saja pulas dalam tidurnya.
Dok! Dok! Dok!
"Binnie Binnie Changbinnie!" kata seseorang yang dengan tidak sabarnya menggedor-gedor pintu kamar milik lelaki kegelapan itu.
"Binnie Seohardja!!" Orang itu kembali menyorakkan nama si empunya kamar. Kamar yang pada pintunya tertempel sebuah kertas dengan tulisan 'I Love Dark'.
Tak juga mendapat jawaban, orang itu mencoba membuka pintu kamar yang ternyata tidak terkunci. Kepalanya menggeleng melihat seonggok daging di bawah selimut yang sedang membuat mahakarya sebuah pulau pada bantalnya.
Setelah mendekat, dia matikan alarm yang masih terus berbunyi. Jarum jam di sana sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Dengan segenap hati, ia melompat ke atas seonggok daging yang masih saja asik bercinta dengan kasur bergambar serigala hitam. Kata sang empunya, agar kesan dark pada kamar ini menguar kuat, padahal di sudut kasur terdapat sebuah boneka kesayangan yang bahkan ia tidak bisa tidur tanpanya. Namanya Gyu.
Karena merasa beban hidupnya semakin bertambah, Changbin, si empunya kamar mengerang sangat keras. Sedang yang menindih hanya tersenyum saja, dia senang karena usahanya dalam membuat Changbin, si adik tersayang, tidak terlambat ke sekolah berhasil.
"Mas!" Changbin berteriak, mengomeli sang kakak. Bukannya merasa bersalah, sang kakak dengan santainya mengorek kuping yang baru saja terkena serangan sekian oktaf dari pita suara si adik.
"Dek, harusnya lo bilang makasih sama gue, bukannya marah-marah. Lihat tuh udah jam berapa."
Mendengar itu, mata sipit Changbin jadi melebar dan berusaha mencari keberadaan si jam beker. Matanya semakin melotot, seperti hendak keluar saat melihat hanya tinggal 15 menit lagi jarum jam itu akan menunjukkan waktu tepat pukul 7.
Changbin segera menyibak selimut bergambar batman, yang lagi-lagi, katanya, agar kesan dark pada kamarnya semakin kuat.
"Mas Hanbin! Kok lo nggak bangunin gue dari tadi, sih?!" omel Changbin yang sedang berusaha meraih handuk yang sialnya, tergantung lumayan tinggi.
Siapa yang ngegantung ni handuk tinggi-tinggi, sih? Nggak mungkin gue. Batin Changbin.
Hanbin yang tidak tega melihat adik kesayangannya kesusahan pun membantu mengambilkan handuknya sambil berkata, "Udah bagus Mas bangunin. Nggak usah mandi, Dek. Gen kita gen terlalu tampan. Mas tunggu 5 menit."
Tanpa sempat memaki Hanbin, Changbin bergegas ke kamar mandi. Untuk cuci muka dan gosok gigi.
Menuruti permintaan sang kakak, Changbin selesai dalam waktu 5 menit. Entah berapa kilometer per detik yang dia habiskan untuk bersiap-siap. Yang jelas, dia tidak ingin ditinggal Hanbin.
"Ih, Binnie Binnie Changbinnie kenapa baru bangun? Papa khawatir kamu kenapa-kenapa," sahut Hardja, sang papa, dengan wajah cemas.
"Apaan, sih, Pa," balas Changbin sembari mengambil roti bakar cokelat buatan si Mama.
"Dek, ayo. Tinggal 8 menit lagi sampai gerbang ditutup. Jarak dari rumah sampai ke sekolah dengan melewati gang-gang sempit serta pekarangan rumah Pak Jarwo, kita bisa sampai dalam waktu--"
"Ayo." Changbin yang sudah sial karena terlambat bangun, tidak ingin menambah kesialannya hanya karena celotehan tidak penting dari Hanbin.
Dua bersaudara itu sudah akan pergi saat sang mama memanggil. "Binnie, susunya belum diminum. Ini Mama salinin ke botol tupperwa*re, botolnya jangan sampe ilang, ya! Hati-hati Hannie, Binnie."
KAMU SEDANG MEMBACA
USAHA | Seo Changbin | Stray Kids
FanfictionIni kisah Changbin yang lagi usaha. Kalo nggak jelas ya maafkan, kalo bikin geli ya maafkan, kalo bikin jengkel ya maafkan, kalo gagal? Ya sudah. Kalo kata pepatah Inggris sih, "His name is also effort." Artinya? "Ya namanya juga usaha." 😤😤😤😤...