part 3 (revisi)

2.6K 143 2
                                    

Semoga Allah meridhoi langkah ku untuk mengupayakan mu.

Autor

Setelah beberapa hari dirumah sakit akhirnya Daniar keluar dari rumahnya sakit dengan wajah sumringah.

"Alhamdulillah aku bisa bebas juga dari si beruang kutub." Katanya didepan kamar rawatnya kelihatan sekali dia begitu bahagia.

"Siapa bilang kamu udah bebas dari aku,jangan lupa kamu mahasiswi ku." Entah dari mana Nathan muncul dengan begitu tiba-tiba, Daniar terkejut dengan kedatangan Nathan.

"Siksa aja dia Nat aku dukung kamu hahah." Kata Yusuf sambil tertawa.

"Nyeblin kamu bang,tega kamu gituin adeq sendiri." Daniar cemberut sambil memalingkan wajahnya

"Aku udah dapat Restu tuh dari abang kamu,gimana nih kelanjutannya." Nathan tersenyum kecil, Nathan berniat menggoda Daniar,dan liahatlah raut muka daniar begitu lucu.

Belum sempat Daniar menjawab malah di dahului olehTulus yang tiba-tiba datang sambil berkata

"Apa-apa ini suf kamu kasih dia Restu terus gimana sama aku." Kata Tulus menuntut kepada yusuf, yang digituin malah ketawa aja,berbeda dengan Nathan dan Daniar yang diam seribu bahasa.

Daniar dengan perasaan dan Nathan dengan perasaan yang begitu tidak nyaman nya.

Pov Daniar

Hari ini aku akhirnya aku keluar dari rumah sakit,terbebas sudah aku dari Berung kutub ini huh subhanallah, aku membuka jendela ruangan ku sambil berkata

"Alhamdulillah aku bisa bebas juga dari si beruang kutub." Ah ku bahagia sekali membayangkan bisa terbebas dari si kutub, kalau aku ingat kelakuannya kepada ku masya Allah bikin kesel.

"Siapa bilang kamu udah bebas dari aku jangan lupa kamu mahasiswi ku." Katanya.

Eh dia datangnya dari mana dia tiba-tiba muncul seperti hantu saja dasar si kutup.

Ingin sekali aku membalas perkataan nya tapi aku didahului oleh bang Yusuf

"Siksa aja dia Nat aku dukung kamu." Nah ni Abang juga kok nyeblin kayak si beruang ya,aku paling kan muka ku kearah lain,malah semakin membuatnya semakin mengejek ku.

Raut wajah ku tak bisa aku kendalikan, siapa yang tidak kesel coba dibully begini.

"Aku udah dapat Restu tuh dari abang kamu,gimana nih kelanjutannya." Katanya dengan senyum itu lagi astaghfirullah nyebli, Restu mata mu itu.

Belum sempat aku membalas ucapannya malah ada yang nimbrung terlebih dahulu.

"Apa-apa ini suf kamu kasih dia Restu gimana dengan aku." Apa maksud dari perkataannya itu,restu apa yang dia maksud,aku hanya diam tak tau harus mau ngomong apa sedangkan abangku tertawa terbahak-bahak.

Ruangan ini hening sejenak,hanya ada deru nafas panjang kak tulus,aku yang masih belum mengerti hanya mempu untuk terdiam,abang yusuf mulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Ente tenang aja,bukan Restu yang sama kayak ente,restu Nathan mah beda." Katanya sambil tersenyum,aku semakin tidak mengerti.

"Kenapa harus dibedakan." Sekarang suara kak Tulus yang terdengar oleh ku,aku hanya mampu menundukkan pandangan ku, aku tidak mengerti apa yang sedang meraka bicarakan.

"Ane ngasih dia Restu buat ngejek Niar aja sedangkan ente kan beda lus subhanallah ente cemburu banget sih." lagi-lagi aku hanya mampu diam,dan aku rasa kepala ku mulai pusing lagi,entah semuanya gelap terasa.

Autor

Tiba-tiba Daniar pingsan, Nathan yang tadi hanya diam menyaksikan perbincangan hendak menggendong Daniar tapi ia urungkan niatnya karena mereka bukan muhrim lalu dia menyingkir dan memberikan jalan kepada yusuf.

"Khitbah lah dia secepatnya." Nathan menepuk pundak tulus lalu berlalu kekamar Daniar untuk memeriksa kondisinya.

Setelah selesai memeriksa kondisi Daniar, Nathan hanya terdiam memikirkan apa yang disampaikan Tulus,tapi tidak jadi karena Daniar yang pingsan terlebih dahulu,sebagai laki-laki Nathan tau apa yang akan disampaikan oleh Tulus.

"Kamu pasti bahagia mendengar pernyataannnya bukan." Kata Nathan,lalu dia berlalu sambil tersenyum kecil.

Tapi mereka sadari ada hati yang terluka dari perkataannya itu,ada hati yang dipatahkan.

"Ya Allah ampuni hampa, karena terlalu berharap lebih ke pada hamba mu." Seketika airnya turun membasahi pipinya.

Afwan ya kalau banya typo dan ceritanya membosankan

Ya Habibi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang