MOM?

3.6K 321 7
                                    

Seorang pria tampan tengah sibuk membujuk pria kecil digendongannya yang baru ia jemput dari taman kanak-kanak. Yang dipujuk hanya cemberut dan bersiap akan menangis ketika yang menggendong tidak menuruti keinginannya.

“Jihoon-ah, menurutlah pada Appa kali ini.” Ucap pria tampan itu dengan lembut

“Tapi aku ingin ke taman itu Appa! Teman-temanku selalu ke sana setelah pulang sekolah.”

“Lain kali saja yah sayang? Appa sangat lelah hari ini.”

Mendengar jawaban appanya, Jihoon langsung menangis kencang hingga beberapa orang melihat ke arah mereka.

Beruntunglah sekarang mereka masih berada di depan gerbang TK-nya Jihoon sehingga banyak yang mengenal Seungcheol sebagai appanya. Jika tidak, mungkin ia sudah dikira penculik anak-anak. Memikirkannya saja sudah membuat Seungcheol bergidik ngeri.

Mau tidak mau Seungcheol menuruti keinginan anaknya untuk pergi ke taman di sebrang tempat mereka berada. Mereka berjalan dengan Jihoon yang masih berada di gendongan Seungcheol, membiarkan mobilnya terparkir di tempat anaknya menangis tadi. Duda satu anak itu menghela napas lega ketika Jihoon berhenti menangis. Kali ini ia harus mengesampingkan rasa lelahnya. Bukankah memang selalu seperti itu?

Jihoon meronta ingin diturunkan. Ia berlari ke arah dimana beberapa teman-temannya tengah bermain bersama seorang pria cantik yang membawa beberapa ekor anak anjing. Seungcheol terpanah ketika melihat tawa pria cantik itu menaggapi tingkah anak-anak di sekitarnya.

“Jihoon-ah, jangan berlari sayang!” Ucap Seungcheol yang tidak dihiraukan Jihoon.

Seungcheol duduk tak jauh dari keramaian yang dibuat oleh Jihoon dan teman-temannya. Ia memperhatikan apa yang dilakukan oleh mereka. Tatapannya bertemu dengan pria cantik di sana. Seungcheol bisa melihat rona merah di wajah putih pucat itu ketika ia melemparkan senyuman.

Beberapa saat cukup tenang hingga ia menyadari bahwa anaknya tengah menangis dalam gendongan sang pria cantik yang mencoba menenangkannya. Bahkan pria cantik itu melupakan anak-anak anjing yang ia bawa dan membiarkan mereka bermain bersama teman Jihoon yang lain.

“Jihoon-ah? Kau kenapa sayang?” Tanya Seungcheol setelah menghampiri mereka.

“Hiks, Jihoon mau eomma!”

Pria cantik yang menenangkan Jihoon mengernyit tak paham akan masuk bocah dalam gendongannya itu. Seungcheol menghela napas kasar. Jihoon tidak pernah menanyakan eommanya yang bahkan sudah meninggal ketika melahirkan Jihoon. Dan sekarang putranya itu tiba-tiba saja bertanya. Seungcheol tau, saat ini pasti akan tiba.

“Maaf Tuan, apa Jihoon putramu? Sebaiknya kau membawa ia pulang bertemu eommanya.”

Ucapan pria cantik itu membuat Seungcheol tersenyum kecut. Ia tak marah. Bukankah pria di depannya ini tidak tahu kalau ia duda? Keduanya terkejut ketika Jihoon kembali berteriak dengan isakan sambil mengeratkan pelukannya pada leher pria cantik itu.

“Jihoon mau eomma! Eomma hanya punya Jihoon! Soonyoung tidak boleh memiliki eommaku!” Dua orang dewasa itu masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Jihoon.

“Apa yang kau bicarakan sayang? Apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Seungcheol mencoba meraih Jihoon tapi Jihoon malah makin mengeratkan pelukannya.

“Maafkan Jihoon Appa. Sebenarnya Jihoon sering ke sini jika Hansol Samchon yang menjemput. Jihoon memaksa Appa ke sini karena Sonnyoung terus-menerus mengatakan bahwa Jeonghan Eomma adalah eommanya hiks.”

Eomma mau kan jadi eommanya Jihoon? Jangan jadi eommanya Soonyoung, hiks. Jihoon selalu ingin Eomma menjadi eommanya Jihoon. Tapi Jihoon tidak berani mengatakannya.” Lanjutnya lagi.

Seungcheol yang mendengar itu mulai mngerti mengapa anaknya selalu ingin ke taman ini. Sedangkan Jeonghan, ia hanya tersenyum kikuk menanggapi celotehan Jihoon. Sesekali ia mengusap sayang rambut Jihoon. Ia mulai berspekulasi bahwa Seungcheol adalah single parent.

“Kupikir anakku sudah jatuh cinta padamu sejak kalian bertemu. Dan kupikir hal itu juga terjadi padaku. Maaf jika terkesan mendadak, tapi apa kau mau menjadi eomma untuk Jihoon?”

“A-ak-aku..”

“Aku tidak akan memaksamu. Tapi bisakah kau membiarkan Jihoon menganggapmu sebagai eommanya dan membiarkanku membuatmu yakin?”

Jeonghan awalnya ragu. Tapi ia juga tidak bisa berbohong bahwa ia pun tertarik pada pria di hadapannya. Dan lagi, Jihoon yang memang sudah lama dekat dengannya dan tiba-tiba memanggilnya eomma. Ada perasaan dimana ia ingin merawat dan melindungi Jihoon ketika ia mulai mengerti situasi ini. Ia mengangguk pelan membuat sepasang ayah dan anak itu tersenyum senang.

“Yey! Berarti Eomma sudah menjadi eommanya Jihoon! Eomma harus janji, bahwa Eomma hanya akan menjadi eomma Jihoon, bukan Soonyoung atau yang lainnya.” Sorak Jihoon dan memberikan Jeonghan jari kelingkingnya.

Eomma janji sayang. Kau tahu kenapa Soonyoung memanggilku eomma?” tanya Jeonghan setelah mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelingking Jihoon.

“Itu karena Soonyoung keponakan Eomma, dan Eomma yang mengurusnya sedari ia kecil.”

Jihoon mengerti mengapa Soonyoung selalu mengatakan hal demikian. Ia tidak menyesali tangisannya barusan yang meminta Jeonghan menjadi eommanya. Dia malah bersyukur. Mungkin jika dia tidak seperti itu, maka impiannya tidak akan terwujud.

Untuk kali ini pula Seungcheol mensyukuri tingkah anaknya. Karena dengan begitu, secara tidak langsung Jihoon telah mencarikan jodoh untuknya. Meskipun mereka hanya baru dalam tahap saling tertarik, tapi Seungcheol yakin bahwa cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Bukankah cinta ada karena terbiasa? Begitulah pikir keduanya bersamaan.

END

JEONGCHEOL'S STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang