“Cheol, tunggu sebentar.”
Seungcheol berbalik menghadap Jeonghan. Shooting hari ini telah selesai. Mereka baru saja akan meninggalkan lapangan itu, namun Jeonghan memintanya untuk menunggu.
Jeonghan tersenyum menjawab mimik wajah kekasihnya yang seolah bertanya ‘Ada apa?’. Eomma Seventeen itu menghadap ke arah tribune di mana para Carat menyemangati mereka sejak pagi.
Jeonghan melambaikan tangannya ke arah para penggemar. Ia terus-menerus berkata bahwa dirinya baik-baik saja.
Seungcheol masih memperhatikan prianya yang bahkan tertawa dengan sangat indah walau dalam keadaan tangan terbalut perban. Ia membenci sifat kekasihnya yang selalu berbohong agar Carat tidak khawatir.
Seungcheol mengerti, fans jauh lebih terluka ketika idolnya terluka. Ia paham itu. Ia juga sering berbohong kepada Carat mengenai kondisinya. Hanya saja, pria cantik dari Seventeen itu tidak hanya berbohong kepada Carat, tapi juga dirinya dan para member.
“Jeonghan-ah, sudah cukup. Ayo pulang.” Sengcheol mengendus kesal karena tidak dihiraukan orang yang membelakanginya.
“Jeonghan-ah.... ayo pulang dan istirahat.” Kembali tidak ada jawaban.
“Jeonghan-ah.... mereka tahu kau berbohong. Jadi, berhenti bilang baik-baik saja.”
Jeonghan berbalik. Ia mencebikkan bibirnya setelah mendengar kata-kata Seungcheol. Sepanjang jalan menuju van, ia masih terus mengoceh jika ia tidak berbohong.
“Sungguh, ini tidak sakit sama sekali.”
Seungcheol sengaja mengambil tempat duduk di paling belakang agar ia bisa menceramahi kekasihnya. Bahkan, member yang satu mobil dengan mereka sudah sangat bosan mendengar kata ‘baik’ dari Jeonghan.“Hyung, apa kau tidak lelah menyembunyikan kondisimu yang sesungguhnya?” Vernon menolehkan kepalanya ke belakang. Membuat Jeonghan bertanya apa maksudnya.
“Menangis lebih baik ketimbang kau terus keras kepala menahan sakitmu, hyung.” Kali ini Wonwoo yang berbicara tanpa menoleh menghadap Jeonghan.
Seungcheol mendapat delikan tajam setelah tertawa pelan menyadari bahwa Jeonghan kalah telak. Ia menarik kekasihnya mendekat. Jeonghan tidak menolak, ia bahkan meletakkan kepalanya di bahu Seungcheol walaupun bibirnya masih mencebik kesal.
“Kau dengar kata-kata mereka? Tidak apa-apa jika kau jujur saat merasa sakit atau lelah. Itu lebih baik daripada menahannya sendiri.”
“Sungguh! Aku ba–“
“Berhenti keras kepala, Jeonghan-ah.”
“Aku memang ba–“
“Baiklah, kau baik-baik saja. Tapi, harus kau tahu, siapa pun bisa melihat lukamu dengan jelas. Kami mengkhawatirkanmu.”
Jeonghan menghitung dalam hati, karena sebentar lagi, Seungcheol pasti akan memulai sesi menasehatinya dan menjelaskan ‘apa itu baik’ dan ‘apa itu tidak baik’. Sementara member lain, mereka telah lebih dulu memasang earphone dengan mengatur volume penuh.
END.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEONGCHEOL'S STORIES
Fiksi PenggemarKumpulan Oneshoot, drabble, & ficlet JeongCheol BxB area! The characters are belong to God and their selves. The story pure of my mind. Happy reading! Hope you like it^^ © Copyright December 2017 Cover from Fansite-nim via Twitter, edited on Canva.