"Mama menangis?"
Bibir Seokmin bergetar. Tak tahan untuk menahan sesak ketika melihat mamanya mengeluarkan air mata.
Tangan mungilnya masih setia menggenggam buku gambar. Niat awal ingin menunjukkan hasil coretan berwarna itu, tanpa disangka ia justru mendapati mamanya menangis di atas kasur.
"Sudah pulang? Kemarilah, sayang," alih-alih mendapat jawaban, Seokmin diminta untuk mendekat. Tepukan mama pada sisi di sebelahnya pertanda agar pria mungil itu duduk di sampingnya.
"Sudah berganti baju juga. Mengapa Mama tidak mendengar suaramu ketika tiba?"
Sudut bibir Jeonghan tertarik ke atas. Seokmin menunjukkan hasil tugasnya saat di sekolah, selalu seperti itu. Hanya saja, tugas kali ini tak mampu membuat senyum itu bertahan.
"Ibu guru bilang, gambarku yang terbaik. Hari ini kami ada pemeriksaan tinggi badan, Mama tahu? Aku menjadi yang paling tinggi di kelas!"
Tanpa aba-aba, Jeonghan menarik Seokmin dalam dekapannya. Menghujani putra kesayangannya dengan kecupan. "Anak Mama hebat!" puji Jeonghan. Ia ingin menangis kembali, namun urung. Cukup tadi saja Seokmin melihatnya berlinang air mata.
Masih memeluk sang buah hati, pandangan Jeonghan jatuh pada buku gambar yang masih ia genggam. Baru menyadari jika yang terlukis di sana tidak seperti gambar-gambar Seokmin sebelumnya.
"Minie tidak menggambar Papa?" tanyanya heran. Hanya ada ia dan putranya yang terlihat sedang menikmati piknik bersama.
Seokmin mendongak, mencium pipi Jeonghan sebelum melepas pelukan mereka. "Mama, apa boleh Minie membenci Papa?" lipatan di dahi Jeonghan bertambah, kali ini dengan irisnya yang menatap Seokmin tak percaya.
"Sayang, ada apa? Mengapa Seokmin ingin membenci Papa?"
"Papa melukai Mama, Papa membuat Mama menangis. Aku membenci Papa!"
Jeonghan tersentak. "Tidak, sayang. Jangan membenci Papa."
"Mama bisa meninggalkan Papa. Minie tidak apa, sungguh. Minie hanya ingin hidup dengan Mama."
Jeonghan kembali membawa Seokmin dalam pelukan. Menangis tersedu di atas kepala putranya. Tak menyangka, anak sekecil Seokmin mampu mengajukan hal seperti itu. Memaki diri dalam hati, Seokmin dewasa sebelum waktunya. Dan itu karenanya.
"Jika Mama bertahan untuk Minie, maka Minie minta menyerah saja. Minie hanya butuh Mama, tidak ada yang lain. Hanya Mama."
End.
ok, ini bukan Jeongcheol>.< anggap aja selingan
tapi, pasti udah pada tau kan ya siapa Papanya Seokmin:v
KAMU SEDANG MEMBACA
JEONGCHEOL'S STORIES
FanfictionKumpulan Oneshoot, drabble, & ficlet JeongCheol BxB area! The characters are belong to God and their selves. The story pure of my mind. Happy reading! Hope you like it^^ © Copyright December 2017 Cover from Fansite-nim via Twitter, edited on Canva.