07

16 3 3
                                    

Pagi ini, hujan mengguyur gedung sekolah SMA BANGSA.

"Hai nata"sapa sei dengan wajah yang sok di imut-imutkan.

"Kenapa sei?"tanya nata dengan muka yang seolah olah jijik melihat nata.

Nata adalah laki-laki berparas tampan, tinggi dan mempunyai badan yang atletis, dan juga ia adalah kapten basket di sekolahnya.
Sei dari dulu memang suka dengan nata, dan saat sei mendapatkan surat yang bertuliskan dari nata, ya tentu saja sei sangat bahagia.

"Gue mau bales surat lo"

"Surat apaan sih?"

"Iihhh, masak kamu yang ngasi, kamu yang lupa sih!"sei mengerucutkan mulutnya, dan itu membuat nata semakin jijik dengan sei.

"Apaan sih sei"

"To the point aja ya, love you to nat!"sei dengan muka yang diimut-imutkan mengatakan semua itu di tengah kelas nata yang kondisinya lumayan ramai.

Sontak semua siswa yang melihat sei dan nata serentak tertawa.
Sei bingung melihat mereka, sedangkan nata menutup mukanya dengan buku yang di pegangnya, nata sangaat malu dengan apa yang dilakukan sei.

"Sei, gue enggak pernah nulis surat! Gue. gak pernah suka sama lo! Lo kesini cuman mau buat malu gue? Udah sana pergi! Keluar dari kelas gue sekarang!"jelas nata sambil menatap tajam sei.

Perasaan sei campur aduk, antara sedih, malu, marah. Dengan cepat sei meninggalkan kelas nata.

Sepertinya, apa yang dilakukan sei kepada nata sudah tersebar, saat sei masuk ke dalam kelas, semua siswa yang ada disana serempak tertawa melihat sei, sei sangat malu.

Sementara di kelas alen, alen yang sudah mengetahui kabar tersebut, tak henti-henti nya tertawa bersama shakila.

"Mampus kodok betina! Hahaha"umpat alen sambil tertawa memegang perutnya.

Kringg....

Bel istirahat berbunyi.

"Faisal, parah lo ya, ngasik kontak gue ke bintang!"kesal alen sambil menatap tajam faisal.

"Heheh, maaf, kan si bintang cuman mau kenal lebih deket doang kali"cengenges faisal.

Alen memutar bola matanya malas, meskipun ia berdebat mati matian dengan faisal karena bintang, rasanya semua itu sia sia, karena semua sudah terlanjur.

Kring...

Bel berbunyi, menandakan waktunya pulang. Semua siswa berhamburan keluar sekolah, tak terkecuali alen.

Alen tidak langsung pulang ke rumah, ia pergi ke sebuah toko buku.

"Duh, tinggi banget sih ini buku! Atau gue yang pendek ya" gerutu alen dalam batin.

Tiba-tiba terulur tangan ke atas seraya mengambil buku yang diinginkan oleh alen, alen refleks melihat ke samping, dan ternyata orang itu adalah bintang.

"Nih bukunya"ujar bintang seraya memberikan buku itu ke alen.

"Makasi"jawab alen dengan nada tenang, tumben alen bersikap tenang ke bintang, biasanya alen tidak suka jika ada bintang disebelahnya.

"Lo suka baca buku?"tanya bintang.

"Gak terlalu sih, lo sendiri?"jawab alen sekaligus balik bertanya ke bintang.

"Lumayan"jawab bintang sambil tersenyum ke alen.

Krruukk, perut alen tak bisa diajak kompromi saat ini, dengan enaknya ia berbunyi di saat yang sangat tidak tepat.
Bintang terkekeh melihat alen yang menahan malu karena perutnya yang bunyi.

"Makan yuk"ajak bintang.

"Eh, gak usah, ntar gue makan di rumah aja"jawab alen malu-malu.

"Udah tenang aja, gue yang traktir. Yuk!"sekali lagi bintang mengajak alen untuk makan siang, namun kali ini berbeda, karena bintang menggenggam dan menarik tangan alen.

Alen terpaku, ia bergetar, baru kali ini ia merasakan hal yang berbeda menurut alen.

Alen hanya pasrah kemana bintang membawanya pergi.
Alen dam bintang duduk di sebuah restoran, dan keduanya memesan.

Setelah pesanan mereka datang, alen dan bintang menyantap makanan itu dengan lahap.

"Kalau makan itu pelan-pelan"ujar bintang seraya tangan yang mengelap pipi alen.

"Eh, gak usah"jawab alen dengan muka yang ia mundurkan.

"Gak apa apa, siniin pipinya"

Lagi lagi alen menuruti apa omongan bintang, lelaki berparas tampan itu berhasil membuat seorang alen mematung dan menuruti semua omongannya.

***

Tibalah mereka di depan gerbang, sebuah rumah yang besar dan mewah

"Makasi bintang"ucap alen sambil tersenyum manis ke bintang.
"Lo harusnya enggak usah nganterin gue tang, kan kita sama sama pakek kendaraan sendiri"tambah alen

"Iya, sama-sama, gak apa apa kali al, gue gak seneng kok nganterin lo pulang"balas bintang dengan senyuman yang tak kalah manis.

"Ya udah, gue masuk ya tang, hati hati di jalan"pamit alen.
Bintang hanya mengangguk dan melihat alen sampai benar-benar alen sudah masuk ke dalam rumahnya

"Apa gue suka sama alen? Kok beda ya rasanya? Kan gue deketin alen cuman mau-----" batin bintang di dalam mobilnya.

"Ah, sudahlah" tambah batin bintang.
Bintang melajukan mobilnya, meninggalkan sebuah rumah yang besar dan mewah itu. 

The feeling's goneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang