part 14

18K 383 9
                                    

"Apa? Mau bilang apalagi ?" jawabnya sambil membalikan tubuhnya ke arahku

"Ini salah paham mas, plis kasih aku kesempatan buat jelasin semuanya" lalu aku berusaha meraih tangannya

"Aku butuh waktu dita" jawabnya lalu melepaskan genggaman tanganku

"Mas... Maafin aku" sambil terus menangis.
Lalu aku memeluknya dengan erat. Membenamkan wajahku pada dadanya yang bidang itu, aku tidak memungkiri bahwa detak jantungku saat ini sangat berdetak dengan kencang.
Aku juga tidak menghiraukan berapa banyak pasang mata yang memperhatikanku saat ini. Yang aku tau aku nyaman. Aku tidak mau kalau harus kehilangan laki laki ini, ntahlah aku selalu merasa aman dan nyaman bila ada di dekatnya

Lalu ia membalas pelukanku itu. Sontak saja membuat jantungku hampir saja kehilangan keseimbangan untuk berdetak.

"Aku gak bisa marah sama kamu, aku percaya sama kamu. Jangan nangis, ntar cantiknya ilang lagi" bisiknya lirih. Lalu iapun mengusap pelan air mataku

"Mas.. Malu di liatin banyak orang" ujarku sambil melepaskan pelukannya

"Kamu duluan yang nyosor2 peluk aku, emang gak malu juga ya" jawabnya sambil terkekeh melihat tingkahku yang serba salah itu.

Sontak saja ucapannya membuat pipiku ini reaksi lagi.

"Kamu beneran gak marah sama kan aku?"

"Awalnya ia, aku marah besar tapi gak tau deh pas kamu peluk aku emosinya ilang gitu aja. Mungkin itu obatnya kali ya" ujarnya sambil melirik wajahku yang kian memerah dibuatnya.

Aku tau kamu kecewa sama aku mas. Aku tau itu, sedihlakuin ini karena gak mau bikin aku sedih kan mas, gumamku

"Yaudah yu pergi." ajaknya sambil menggenggam tanganku dengan sangat erat.

"Kemana?"

"Kesuatu tempat. Udah ikut aja"

Lalu aku dan mas Arya beranjak pergi meninggalkan klinik itu.

Sepanjang perjalanan aku terus memperhatikan wajahnya yang memar akibat ulah tomi tadi.
Aku semakin kian merasa berdosa melihat keadaan mas arya saat ini, ini semua salahku.

"Arrggh sialan, kenapa sih disaat gue udah seneng lo muncul lagi tom kenapa? Belum puas lo sakitin gue?" gumamku dalam hati, sambil terus menahan supaya aku tidak menangis disini.

"Gak usah dipikirin lagi ta, mas gapapa kok."

Aku tak menjawab sepatah kata pun saat ini yang aku tau pasti akan ada yang terluka setelah ini, aku pasti nyakitin orang sebaik kamu mas. Dan aku gak mau hal itu terjadi mas, kalau kamu terus ada disamping aku kamu pasti gak aman, Tomi punya seribu cara untuk bisa dapetin apa yang dia mau, dan aku tau itu. Batinku

"Udah sampai."ujarnya membuyarkan Semua lamunanku

"Kita kenapa kesini?." jawabku
Dengan raut wajah penasaran kenapa aku dibawa ketempat ini.

"Kamu tau kenapa aku bawa kamu kesini?" ia lalu mendekat ke arahku

Ini tempat dimana pertama kali aku bertemu dengan Tomi, dulu Tomi yang sering bawa aku ke taman ini. Banyak kenangan yang terngiang dalam benakku saat bersama Tomi disini.

Mataku mulai memanas, entah kenapa seperti ada benda tajam yang sedang menyayat luka yang baru saja sembuh sakit, sangat sakit sekali.

"Kita tenangin diri kita disini, aku tau kita butuh ketenangan kan?."

"Emm.. Mungkin." jawabku sambil melirik padanya

"Kita yakin kan bisa lewatin ini semua? Semuanya akan baik baik aja kan ta?."
Ia terus menatapku dengan pandangan yang sulit sekali aku artikan.

Dosenku suamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang