"Seketika harapanku sirna dengan mendengar pernyataan dari orang tuaku sendiri, aku harus hidup dengan orang yang tidak aku kenal? Sama sekali gak mungkin" batinku
"Kenapa sih ayah sama ibu gak pernah ngertiin dita, kenapa?" ucapku sambil masih terisak
"Ini demi kebaikan kamu Dita, demi kamu, Dia pria yang baik nak ayah dan ibu gak mungkin menjodohkan kamu kalau tidak ada alasannya nak kamu harus ngerti sayang" kali ini jawab ibu dengan nada melemah dan terisak
"Karna alasan apa bu? Balas budi ? Iya? Dita gak mau bu dita jadi korban Dita gamau apapun yang terjadi Dita akan menikah sama tomi walaupun tanpa restu kalian denger itu" aku pun berlari dan meninggalkan mereka
Tapi tiba tiba dibelakangku terdengar seperti benda jatuh dan ternyata itu
"Ibu........ Ini semua gara gara kamu Dita! Kalau kamu gak bersikap keras kepala kayak gini ibu gak akan kayak gini pergi kamu" bentak ayahku dengan emosi yang kian memuncak
Ayah pun membawa ibu ke rumah sakit sementara itu aku hanya termenung dikamar karena Ayah bersikeras melarangku untuk menemani ibuku.
"Ah bodoh kamu dita bodoh, kalau ada apa apa sama ibu aku gak akan maafin diriku sendiri gak akan" gumamku sambil melempar semua barang yang ada didalam kamar
Tok .... Tok.... Tok...
"Non ... Non dita kenapa non, non gak papa kan?" tanya bi surti dengan nada amat khawatir"Aku gak mau diganggu pergiiii kamu pergiii"bentak ku sambil mendorong bi surti keluar
"Tapi non.....
"Denger kan kalo lo masih betah kerja disini jangan urusin hidup gue, sekali lagi lo kesini gue bakalan usir lo dari sini" emosiku semakin memuncak
Aku tidak sadar aku bicara dan membentak bi surti padahal selama ini bi Surti yang sudah merawat dan membesanku, karena kesibukan orang tuaku. Hanya ibu ibu dan ibu yang sedang menghantui perasaanku saat ini.
Tiba tiba telpon ku berdering.
Dan ternyata itu ayah
"Hallo yah ? Ibu baik2 aja kan yah ibu gak papa kan yah? Tanyaku sambil terus berlinangan air mata"Cepet kerumah sakit sekarang dita" jawab ayah singkat dan menutup telpon nya
"Yah jawab aku yah hallo.... Hallo yah ?" jawabku panik
Aku langsung turun dan menuju garasi. Aku pun bergegas ke rumah sakit dengan memaksimalkan kecepatan mobilku. Aku tak peduli seberapa banyak kendaraan yang terus membunyikan klakson karna ulahku. Yang aku pikirkan hanya ibu . ibu dan ibu
Setelah sampai di rumah sakit aku langsung menanyakan keberadaan ibuku
#sesampainya diruangan ibu
"Ayah....... Ibu gimana yah?" jawabku terbata bata
"Ibumu kritis nak dia pengen ketemu kamu" jawab ayah sambil terisak isak
"Ibu...... Maafin dita bu dita janji gak bakalan nurutin semua permintaan ibu Dita janji bu Dita janji" sambil menghamburkan pelukan ku pada ibu
"Janji satu hal sama ibu sayang, ini demi kebaikan kamu nak umur ibu gak akan ada yang tau sayang...
Kalo ibu udah gak ada ibu pengen kamu dijaga sama laki laki yang baik nak.. " jawab ibu dengan nafas tersenggal senggal"Ibu gak boleh ngomong kayak gitu bu. Iya dita janji dita bakal mau nikah sama anak om dermawan bu, tapi ibu janji ibu harus kuat ibu harus janji sama dita" sambil terus menangis
"Alhamdulillah nak.. Iya ibu janji ibu ibu bakal ngeliat anak ibu yang cantik ini menikah terimakasih sayang."
Walaupun sebenarnya aku sangat menyesal dengan ucapanku Itu. Dan berarti aku ha.....ruuuus meninggalkan Tomi astaga aku belum siap tapi demi ibu apapun akan aku lakukan selagi aku bis.
*setelah 1 minggu ibu ku dirawat dirumah sakit dan hari ini dokter mengatakan bahwa ibu sudah boleh pulang aku sebenarnya senang tapi itu berarti pernikahannku semakin cepat. Apa? Menikah ? Dengan siapa? Bahkan sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengannya. Kalau dia jelek? Hitam ? Dekil? Ah aku lebih baik mati saja*
'Dirumah'
Tok....tok....tokk"Alhamdulillah nyonya, nyonya sudah sehat" sambut bi surti menyambut kedatangan ibu
"Alhamdulillah bi saya sudah mendingan dan masih diberi umur sama allah untuk melihat sicantik ini menikah " jawab ibu sambil tersenyum super manis melebihi gula 5 kilo dan mengelus rambutku
Aku hanya tersenyum simpul tandanya aku sama sekali tidak bahagia
"Oh iya bi antar ibu kekamar ya saya mandi dulu belum mandi dari kemarin ini" sela ayah ku sambil berjalan menuju kamar mandi
"Baik tuan"
Sesampainya dikamar aku mencoba menyalakan handphone ku yang 3 hari ini aku biarkan saja terbengkalai
"Apa 50 pesan? Dari siapa ini HAH dari doni dan kiara? Apa ? Aku harus jawab apa oh tuhan bantu aku apa yang harus aku katakan??" gumamku semakin cemas
Oh iya semenjak kejadian itu aku bolos kuliah seminggu. Oh astaga pikiranku hanya ibu saat itu aku tak memikirkan hal lain selain itu ahh sial.
Dita sayang kamu kemana? Kok udah berhari hari kamu ngak masuk kuliah kenapa sayang kamu sakit? Maaf aku belum berani ke rumah kamu ngerti ya
Dari sekian banyak notif whatsapp dan sms yang masuk aku hanya tertuju pada whats app terakhir dari tomi, aku merasa bersalah membuatnya khawatir hari itu aku langsung menghubungi tomi
"Hallo sayang"
"Eh iya hallo sayang kamu kemana aja, udah seminggu ini kamu gak masuk kuliah aku tanya ke temen temen kamu tapi mereka ngak tau kamu kemana mana aku hubungin gak bisa bisa lagi aku khawatir banget"
"Hmm iya sayang maafin aku aku udah bikin kamu cemas kayak gini, sebenernya aku gak masuk kuliah seminggu ini soalnya ibu aku sakit" aku pun terus terisak
"Sakit? Sakit apa? Tapi sekarang ngak papa kan ? Udah kamu jangan nangis lagi ya"
"Kata dokter sih jantung nya kumat lagi"
"Apa aku ke rumah kamu aja ya sekarang aku gak bisa liat kamu kayak gini"
"Eh nggak usah ngak usah nanti besok aku juga masuk kuliah kok kita bisa ketemu besok "
"Tapi...ada sesuatu yang harus kamu tau ta"
"Tau ? Tau apa kamu kenapa" jawabku dengan nada semakin khawatir
"Udahlah ini bukan waktu yang tepat, selamat istirahat sayang"
Tut .. Tut...
Ia langsung mematikan telponnya, ntahlah Tomi tak seperti biasanya, ah mungkin itu perasaanku saja karena aku terlalu khawatir padanya.#setelah lama ngecek baru ngeh kalo part ini belum aku revisi ah maaf ya nyesel
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosenku suamiku
RomanceAku tidak pernah bermimpi bahwa orang yang selama ini kukenal sebagai dosenku, pembimbing ku. Dan ternyata dialah orang yang dijodohkan dengan ku ya calon suamiku imamku walau pada awalnya aku menolak semua itu ternyata aku harus percaya bahwa takdi...