*Bryan McFadden On the Picture
Michelle melangkahkan kakinya keluar gedung dengan tergesa-gesa. Entah apa yang sebenarnya ia rasakan saat ini, apa ia harus bahagia karna ia bisa bertemu dengan Mark, bahkan ia memeluknya dan mengatakan bahwa ia sangat merindukannya walau hanya sebatas sahabat, atau Michelle harus merasakan sebaliknya karna ia masih belum bisa mengatakan perasaannya pada Mark. Lucy mengejarnya dan memberikannya sesuatu.
"Michelle, ini milik Mark. Kuharap kau bisa mengembalikannya" Katanya sembari memberikan sebuah ornamen kecil dan langsung pergi "Sampai jumpaaa lagii" ia tersenyum dan tak sedikitpun membiarkanku menolaknya.
"Ini…ini yang ia sebut sebagai Jimatnya, iya…aku masih ingat. Ornamen kecil ini selalu ia bawa kemanapun ia pergi dan ia masih melakukannya sampai sekarang" Gumam Michelle sambil menggenggam ornamen kecil berbentuk persegi panjang itu dan memasukkannya kedalam tas slempang yang ia bawa
"Sekarang aku harus mencari pekerjaan" Ucapnya menyemangati dirinya sendiri
Michelle berjalan menuju kesebuah Minishop dipinggir jalan dan bertanya soal pekerjaan. Namun ia tidak mendapatkannya disana. Kemudian ia pergi kesebuah toko buku dan tak kunjung mendapatkan apa yang ia cari. Namun ia tak patah semangat dan terus mencari pekerjaan apapun, asalkan itu adalah pekerjaan yang baik."Huufft, Ya Tuhan tidak adakah satu pekerjaan yang tersisa untukku?" Tanyanya sembari menghela nafasnya panjang-panjang.
"Ini sudah siang dan aku belum mendapatkan pekerjaan apapun. Baiklah, mungkin besok aku akan beruntung" Ucapnya dengan semangat
"Dan aku harus mengembalikan benda ini pada Mark" Tambahnya sembari mengeluarkan Ornamen kecil itu dan memandangnya
Michelle tersenyum kecil dan ia mulai pergi melangkahkan kakinya kearah rumah. Ia kembali menikmati perjalanan pulangnya dengan perasaan bahagia. Ia begitu senang dilahirkan di negara ini dan ia merasa begitu beruntung. Akhirnya ia sampai dirumahnya, meletakkan tasnya di meja dan langsung merebahkan dirinya dikasur. Ia begitu lelah dengan usahanya untuk mencari pekerjaan. Dan ia mulai merenungi kejadian yang terlalui seharian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Endless Sacrifice
RomanceCinta takkan lengkap tanpa hadirnya sebuah pengorbanan. Percayalah bahwa masa kelam akan berlalu. ⚠Tahap edit