Jika menurutmu Cinta itu egois, maka kau harus mendengar kisah ini...
Matahari terbit dan memancarkan sinar kemerahannya yang sangat lembut. Menerpa permukaan tanah dengan kilauannya. Membuat hari setiap Insan benderang dan menyenangkan. Tak terkecuali diriku yang hari ini sangat senang karna untuk pertama kalinya aku bisa datang ke Studio TOTP untuk menonton Boyband kesayanganku, Westlife. Sudah berkali-kali aku mencoba, namun karna membludaknya orang-orang yang mendaftar untuk bisa menonton Live Show mereka, aku menjadi sulit untuk bisa mendapat kesempatan menonton mereka secara langsung. Dan hari ini, pagi-pagi sekali aku harus bersiap untuk datang dan menyaksikan mereka bernyanyi. Dengan antusias aku mempersiapkan diriku sembari asyik menyanyikan lagu terbaru mereka yang berjudul "Forever" Side-b dari "EP Swear it again" ini berhasil membuatku merasakan sesuatu dihatiku, kepada seseorang yang akan sulit kuraih.
"I'll be loving you, forever"
"Lirik ini membuatku selalu mengingatmu. Dan apa kau ingat? Saat itu aku menemanimu untuk bermain Go-Kart karna kekasihmu tidak diizinkan ikut oleh orangtuanya. Mereka takut kalau kau akan mengajak putri mereka untuk kebut-kebutan. Haha, memang benar, Kau sangat suka kebut-kebutan ketika bermain Go-Kart. Dan...apakah bisa kukatakan, bahwa kau belum sekalipun menemuiku sejak hari itu. Aku sangat merindukanmu, dan kerinduanku akan segera terobati ketika aku bisa melihat wajah bahagiamu itu dihadapanku, secara langsung."
Dengan segera aku pergi keluar rumah, mengunci pintuku dan bergegas pergi dengan berjalan kaki ke terminal. Aku menyusuri indahnya pemandangan Kota Sligo dengan beberapa lagu Westlife yang meraih genderang telingaku dengan lembut. Aku harus sampai ke Terminal dan pergi ke Dublin untuk sampai ke Gedung TOTP. Dan ketika sampai, aku langsung masuk kedalam Bus bersamaan dengan beberapa orang yang juga akan pergi ke tempat yang sama. Didalam bus, Aku kembali mengingat sesuatu. Dimana aku dan kau pernah naik kedalam bus untuk pergi ke Artane Road, tempat dimana nenekmu tinggal. Kau membawaku pada keluargamu dan mereka malah mengira bahwa aku adalah kekasihmu. Aku tak bisa menjawab opini keluargamu tentangku, namun saat itu kau yang mengatakan kepada mereka bahwa aku hanyalah...'seorang teman'. Apa kau tau? Saat itu hatiku benar-benar sudah hancur dan aku tak bisa berbuat apapun. Dan dihari itu aku telah mempelajari satu hal baru. Dimana kita harus belajar mencintai tanpa pamrih. Dimana kita harus mengataskan ketulusan untuk orang yang kita cintai. Selama ini aku telah mencintaimu begitu dalam. Dan apa yang kau miliki saat ini akan membuatku semakin sulit untuk bisa ada didekatmu, bukan sebagai pemilikmu, aku hanya ingin bisa melihatmu tersenyum tanpa sekecil apapun luka yang mampu menyakitimu.
Kuarahkan pandanganku ke jendela bus dan suasana semakin menekan hatiku kala rintik air turun sedikit demi sedikit. Kukeluarkan selembar foto lama yang kusimpan sebaik-baiknya dan memandangi foto itu. Didalamnya telah tergambar jelas wajah ceriamu dengan manisnya senyum yang terukir dibibirmu. Sungguh, aku tak pernah jemu untuk memandang foto lama ini. Didalam foto itu ada Aku, kau, dan kekasihmu. Dan maafkan aku yang dengan sengaja telah merobek bagian kanan fotonya sehingga hanya kita berdua yang berada didalam foto itu. Aku sibuk tersenyum dengan foto itu dan tanpa kusadari airmata sudah lebih dulu mengalir dari kedua mataku. Aku merindukanmu, sungguh. Percayalah padaku, pada apa yang kukatakan. Dan jika kau memintaku untuk memberikan segalanya padamu, maka akan kukatakan "Iya"
"Nona, apa kau sedang merindukan seseorang?," Tanya seorang remaja yang usianya tak jauh dariku, ia menaruh tasnya didekatku dan duduk tepat disampingku.
"Iya, aku sangat merindukannya, dan akan sulit bagiku," Jawabku pelan sambil menghapus airmata dan mengembangkan senyuman untuk menyapu piluku.
"Siapakah orang yang kau rindukan itu?," Tanyanya lagi.
"Seseorang yang kukenal," jawabku sembari meletakkan foto berhargaku kembali kedalam tas.
"Dan...kemana kau akan pergi?," Tanyanya untuk yang ketiga kalinya, dengan senyum yang tak pernah berhenti mengembang dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Endless Sacrifice
RomantizmCinta takkan lengkap tanpa hadirnya sebuah pengorbanan. Percayalah bahwa masa kelam akan berlalu. ⚠Tahap edit