*Kian on the Picture.
Pagi menjelang, Tak seperti biasanya, Matahari tampak sangat terang dan hangat. Sinar kekuningannya menerangi seluruh permukaan tanah dan membuat Bunga-bunga semakin indah dengan terpaan sinarnya. Mark terbangun dari tidurnya dan menyingkirkan selimutnya.
"Michelle..."
"Michelle, kepalaku terasa sangat sakit. Apa kau bisa memijat kepalaku?"
"Elle, dimana dirimu?" Teriak Mark yang masih setengah sadar, ia melangkahkan kakinya ke ruang tamu dan terus memanggil Michelle
"Elle? Elle?"
"Mark, what are you doin'?" Sebuah tangan menyentuh bahu kanan Mark.
"Eh, Kee. Aku mencari Michelle. Apa kau melihatnya?" Mark menggosok matanya, kemudian ia mencari-cari keberadaan Michelle. Semua sisi tak luput dari sorot mata birunya.
"Mark, Michelle sudah pergi…apa kau lupa hal itu?" Tanya Kian yang sudah duduk di sofa empuk berwarna biru tua
"Apa?"
"Michelle kita sudah pergi jauh" Manik biru langit itu menegaskan hal yang barusan ia ucapkan. Sedikit kekecewaan tercampur didalamnya
"Aku lupa hal itu, Kian" Keputusasaan kembali menghantam dadanya. Mark menyentuh dadanya sendiri, merasakan rasa sesak yang menyebar tanpa ampun. Mengurungnya didalam rasa sakit yang tak tertahankan. Ia mengingat sesuatu.
"Ada apa denganmu?" Tanya Kian yang terus menatap Mark yang bergerak dan duduk disebelahnya
"Aku...entahlah...Aku seperti tidak terbiasa tanpa Michelle" Ia menyentuh dahinya, memutar kembali memorinya bersama Michelle
"Lama-kelamaan kau akan terbiasa, situasi ini sesuai keinginanmu yang memintanya pergi" Kata Kian dengan nada pedasnya. Matanya melirik kearah Mark yang tampak kehilangan tenaganya
"Ki...kumohon jangan katakan hal itu lagi, Kau tau, Shane, Bryan, dan Nicky pun tau kalau hal itu adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan" Binar birunya menyiratkan kebencian pada dirinya sendiri. Mark membenci segala yang ada didalam dirinya.
"Kau tidak tau apa saja yang sudah ia alami demi dirimu" Kali ini Kian bertindak dengan emosi yang tertahan lama didalam dadanya. Ia membuka majalah dan mengabaikan apapun yang akan terjadi
"Michelle sangat mencintaiku" Gumam Mark pelan, dengan embusan nafasnya yang terdengar jelas, menggambarkan ketidakberdayaannya yang telah menelannya kedalam kesedihan
"Apapun yang ia lakukan, itu semua demi dirimu" Kata Kian lagi
"Tapi Kian...Jujur saja, Aku tidak mengetahui sebenarnya apa yang kurasakan pada Michelle selama ini" Ia menyadari bahwa selama ini ia sangat bergantung pada Michelle, ia takkan bisa hidup tanpanya.
"Jika kau tidak mencintainya, Setidaknya jangan sakiti dia seperti itu, Mark" Kian memojokkan Mark dengan perkataannya yang pedas.
Mark menundukkan kepalanya, dan entah mengapa ia teringat suatu hal yang membuat kepalanya sakit.
"Kian…" Mark memegang kepalanya sendiri, Mencengkramnya dengan kedua tangan dan memejamkan matanya dengan paksa.
"Mark, ada apa? Ada apa denganmu? SHANE, BRYAN, NICKY! CEPAT KEMARI!" Teriak Kian yang spontan memegangi tubuh Mark yang seketika panas. Tubuh Mark ambruk
"Ada apa?" Tanya Nicky yang datang dengan terburu-buru. Ia berlari kearah Kian dan membantunya untuk menopang tubuh besar Mark
"Kian, ada apa? Mark ada apa denganmu?" Shane berlari mendekati Mark dan Kian
KAMU SEDANG MEMBACA
The Endless Sacrifice
RomanceCinta takkan lengkap tanpa hadirnya sebuah pengorbanan. Percayalah bahwa masa kelam akan berlalu. ⚠Tahap edit