Part 22

77 11 0
                                    

Lucy merasa puas dengan hasil kerjanya. Ia menghela nafasnya, meminta Michelle untuk berdiri dan memutar tubuh Michelle kearah Mark. Mark yang meyadari hal itu spontan menegakkan tubuhnya dan melangkahkan kakinya tiga langkah lebih dekat dengan Michelle. Ia menatap Michelle seolah tidak ada jarak yang menghalangi, perasaannya semakin tak tertahan, ingin rasanya ia katakan bahwa ia sangat mencintai wanita itu, memeluk, dan menciumnya. Seorang bidadari telah menampakkan diri dihadapannya, membuat hatinya merasakan kebahagiaan sekaligus kesedihan.

Sekali lagi Mark menatap Michelle, ia tarik nafasnya perlahan "Michelle, can I say something? I guess I should say this to you, Please"

"Katakan saja, Mark" Michelle tampak gugup, perlahan ia mendongak dan melihat wajah Mark yang tampak sangat sumringah

"You're so beautiful today, perfectly amaze my eyes" Ucap Mark sedikit berbisik, membuat Michelle merasakan setiap embusan nafasnya

Untuk sejenak Michelle mematung, baru pertama kalinya Mark berbicara seperti itu padanya
"Terimakasih, Mark"

"Aku akan menemanimu untuk Photoshoot hari ini, Can I?" Mark mengukir senyum tipisnya, mengulurkan tangan sebagai tanda bahwa ia bersedia mengantar Michelle ke lokasi Photoshoot itu berlangsung

"Apakah yang harus kulakukan? Haruskah aku meraih tangannya? Lalu bagaimana jika aku acuhkan saja dia? Tapi...ada Lucy disini, bagaimana jika Mark harus menanggung rasa Malu karnaku? Aku tidak boleh melakukan itu"

Untuk sejenak Michelle terdiam, membiarkan semua pikiran negatifnya berlalu. Perlahan ia kembangkan senyumannya, kemudian ia meraih jemari Mark yang langsung menggenggam jemarinya dengan lembut.

Mark menuntun Michelle yang telah menggunakan gaun panjang keatas podium kecil. Dengan hati-hati Michelle menaiki pijakan itu dengan dibantu oleh Mark yang setia menggenggam tangannya yang kini lebih erat. Lalu Mark menyingkir, membiarkan sang Fotografer mengerjakan tugasnya. Tanpa henti ia pandangi wajah Michelle yang sedang serius berpose ala Supermodel. Ia tunjukkan ibu jarinya ketika Michelle melihat kearahnya, memberi semangat pada tambatan hatinya.

Selang beberapa menit pengambilan gambar, Michelle turun dari podium. Mark yang mengetahui hal itu seketika beranjak dan menyambangi Michelle. Tak sengaja Heels Michelle tersangkut properti--Berupa kain yang menjuntai--dan ia nyaris terjatuh. Untungnya, Mark dengan sigap meraih tubuhnya, dan langsung memposisikan Michelle didalam pelukannya, seolah ia takkan membiarkan apapun menyentuh dan menyakiti Michelle.

"Are you okay?" Ia bertanya pada Michelle yang masih berada didalam pelukannya

Michelle meringis, rasa sakit menjalar dipergelangan kakinya. Kakinya terasa lemas dan sulit untuk digerakkan. Sesekali ia merintih dan tentunya hal itu menimbulkan respon khawatir dari Mark. "Kurasa kakiku sedikit terkilir"

"Elle, setelah ini jika kau ingin memukulku atau membunuhku, aku akan izinkan, tapi maaf aku harus melakukan hal ini" Mark menyentuh tangan Michelle mengalungkannya tepat dilehernya, mengembalikan Michelle didalam peluknya, kemudian
membopongnya, dan membawanya ke klinik darurat yang tersedia di studio

Michelle benar-benar terpaku menatap Mark yang sangat perhatian dan tulus padanya. Untuk sejenak ia melupakan usahanya selama satu setengah tahun untuk menjauh dari Mark. Dan setelah ingat pun, ia rasanya tak ingin mengingat hal itu lagi.

Mark meletakkan Michelle diatas kasur klinik darurat. Mencoba mencari obat yang bisa digunakan untuk membuat kaki Michelle terasa lebih baik.

"Mark, Michelle tidak apa-apa kan?" Cassey dan Lucy datang. Nada kekhawatiran terdengar dari mereka berdua.

The Endless SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang