Tan Mantan

22 3 0
                                    

"NA NA MANTAN LO KERACUNAN!!" Teriak Bagas dari ujung kantin membuat semua orang ngeliat dengan bingung ke arah cowok hitam manis itu.

"HAH? ADLI KERACUNAN? GUE GAK NGERACUNIN DIA KOK, EMANG SIH DIA MANTAN TERINDAH TAPI GUE GAK ADA NIATAN BUAT NGERACUNIN DIA!" Teriak Irena ala Tarzan yang membangkitkan seruan semua orang di kantin.

"eheum"

"gamon tuh gamon"

"cieee kak Irena kak Fadli"

"cuih masih ngarep aja sih neng sama Fadli"

"yaelah gue yang baper"

"samperin ren samperin"

Kurang lebih seperti itu seruan orang - orang yang tadi mendengarkan gonggongan Irena dari pojok kantin.

Ganjar yang duduk di sebelah Irena tanpa sadar berhenti menyuapkan sendok di tangan kanannya, ia terlihat bingung bahwa faktanya cewek bar bar ini bisa memiliki mantan.

Di sisilain Irena yang terlihat cemas langsung berdiri dan hendak menghampiri mantanya itu yang sedang tersedak sedak seperti kekurangan nafas.

Irena berfikir pasti mantanya atau biasa Irena panggil "Adli" itu tak sengaja memakan udang atau sejenis seafood - seafood-tan.

"Adli, lo gak papa?" Dugaan Irena ternyata benar mata Adli tampak berkaca mukanya merah dan penuh keringat dingin di sekujur tubuhnya nafasnya tersenggal tak beraturan, persis seperti kejadian saat Irena memaksa Adli makan udang bakar buatannya.

Adli masih tidak menjawab dia mengalihkan pandangan matanya yang bertubrukan dengan mata coklat Irena. Dia tak berani melihat cewek yang dulu ia sia - siakan tapi sekarang malah khawatir kepadanya.

Adli mulai merasa pusing dan mual nafasnya semakin susah seperti lubang hidungnya menyempit. Tidak ada pilihan lain akhirnya Adli berucap sesuatu "O...bat na" katanya susah payah dan terbata - bata.

Tanpa babibu lagi Irena segera mengambil ancang - ancang dan mengangkat roknya tinggi - tinggi kemudian berlari sekuat tenaga menuju kelas Adli.

Dari jauh Ganjar masih menatap Irena bingung. Nafsu makanya telah hilang namun ia enggan baranjak dari kantin, ia masih melihat orang yang membuat cewek bar bar itu begitu cemas dan gelisah. Ganjar masih diam tidak beranjak 1 centi meter pun dari duduknya ketika Irena beranjak pergi dari kantin dan berlari tergesa - gesa tak beraturan.

Irena yang dengan buru - buru mengambil obat alergi Adli pun sempat berpapasan dengan Ana, Santi, Wina dan Tami namun dia tidak memperdulikan mereka karena kondisi Adli sedang emergency.

"Air Gas air" Seru Irena memasuki wilayah kantin.

"Air apa gas non?" Tanya ibu kantin yang ikutan panik juga karena Adli adalah salah satu langganannya.

"Air mineral plis cepetan!" Kata Irena yang mulai terlihat matanya berkaca - kaca.

"Ini" Sebuah tangan menyodorkan air minum kemasan dan langsung di sambar oleh tangan mungil Irena.

"Buka mulutnya nih cepet minum!" Perintah Irena pada Adli namun hanya di balas gelangan dan gumam tak jelas.

"Adli jangan aleman cepet minum!" Kata Irena lagi sedikit teriak dan terisak. Irena menangis karena mengingat kejadian waktu itu dan melihat Adli dengan keadaan seperti ini lagi.

Adli akhirnya menurut dengan susah payah Adli berusaha memasukan obat yang berada di tangan Irena kedalam mulutnya dan menengguk air secara perlahan.

Bel tanda masuk telah berbunyi siswa - siswi yang sedari tadi menghabiskan waktu istirahat di kanti dan menyaksikan Adli keracunan pun tersadar dan kembali ke kelas masing - masing.

Irena masih menangis dan mengusap - usap hidungnya yang mulai mengeluarkan sedikit air ingus.

Sejurus kemudian dia berdiri dan berkata "Gas bantu gue bawa Adli ke UKS" katanya yang masih menangis tersedu - sedu. Entah mengapa Irena merasa bersalah saat Adli seperti ini.

"Biar gue bantu" Kata seseorang yang tadi memberi air kemasan pada Irena.
Irena tidak bisa menolak karena demi kesejahteraan bersama, dia juga tak mungkin kuat memapah Adli. Adli di gotong susah payah oleh ke 2 laki - laki itu Bagas dan juga Ganjar yang telah menawarkan bantuan.

Irena berjalan di belakang sambil membawa obat yang berada dalam kemasan dan air mineral yang tadi Ganjar berikan. Irena meremas kedua benda itu dan berkata dalam hati.

"lah gue bingung"

Setelah sampai di UKS mata Adli terlihat terpejam mungkin dia lemas atau efek samping obat yang membuatnya mengantuk. 2 pria yang sedari tadi membantu membopong Adli pun sudah meletakan Adli di tempat tidur pasien UKS.

"Kalian balik kelas aja gih" Suruh Irena ke pada 2 pria yang terlihat serius itu.

"Kagak gue mau nungguin sohib gue sampe dia mendingan" Kata Bagas menolak prrintah Irena.

"Balik ke kelas aja bilangin ke guru yang udah masuk kalo Adli ada di UKS, jangan jadiin Adli bahan bolos pelajaran dong Gas, lagian nanti kalo jamkos lo tinggal balik ke sini lagi paling nggak elo kabarin ke temen - temen kelas elo keadaan Adli" Kata Irena panjang lebar.

"Yaudah iya bawel banget" Kata Bagas lalu beranjak dan sejenak menepuk pundak Ganjar.

"Elo juga, sekarangkan mapelnya pak. Satono ijinin gue bilang kalo gur di UKS" Kata Irena yang sekarang tengah sibuk mencari selimut di lemari kecil UKS untuk Adli.

"Nggak" Kata Ganjar sambil membantu Irena mencari selimut.

"Ganjar pli.."

"Gue gak mau ninggalin elo sama dia ber duaan" Katanya yang sekarang menatap mata Irena yang terlihat sedikit sembab.

"Yaudah gue yang ke kelas" Kata Irena setelah menyelimuti Adli.

Ganjar membuang nafas kasar membalikan badannya menuju pintu UKS lalu mulai berjalan cepat. Tetapi setelah berada di depan pintu Ganjar berbalik lagi dan merogoh sesuatu dari kantong celananya.

"Nih elap ingusnya, jijik gue liatnya" Translate (Elap air matanya gue gak mau liat elo nangis) Katanya memberikan sapu tangan berwarna merah maron itu.

Irena menerimanya dengan terpaksa agar Ganjar segera menuju kelas.

My BestieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang