Bahagia akhirnya Menerka Raga

335 25 7
                                    

"Kadang sebuah penantian akan lebih nikmat rasanya dengan sedikit resah. Karena dengannya, kau akan tahu bahwa bahagia tak pernah sempurna menerka raga ketika menunggu. Maka, jangan buat siapapun menunggu ketidakpastian dari kabarmu". -S.A-

Pagi ini mataku terpejam beberapa saat setelah mentari hadir dari barat, entah karena bilik yang mulai hangat ataupun karena secercah cahaya yang mengudara dan bergerak indah layaknya ombak. Aku melihat ada bahagia yang menyapa, senja nampaknya akan menemani soreku lagi hari ini setelah berhari-hari hujan merusak harap dan khayalku menantinya.

"Hari ini cuaca dikabarkan cerah.."

Begitu kata google saat kulontarkan sedikit tanya lewan mesin pencarian di handphoneku. Kau tahu artinya? padang gersang itu tak akan kesepian lagi sore ini, aku yakin kaupun akan datang menemani rebahan ragaku di atas kursi tua sembari menyaksikan berkah dan karunia Allah lewat langit yang mulai jingga.

Aku begitu tak sabar, sampai-sampai jantungku tak begitu tenang melodi detakannya. Semakin cepat dan memburu, entah karena rindu akan temu atau mungkin karena khayalku yang kian semu. Entahlah.

Yang aku tahu, aku akan mendapatkan jawab dari tanyaku selama ini tentangmu.

Tak butuh waktu lama untuk aku berangkat menuju padang itu, tepat pukul tiga sore, aku sudah merebahkan ragaku pada kursi tua yang lapuk di padang itu. Dalam benak ada harap yang tak pernah bosan untuk aku adu, tentang temu dan candu yang mendatangkan resah dalam tidurku. Dan itu, adalah senja indah yang sebentar lagi akan memerah dalam benamnya juga bayang-bayang semu akan secercah asa yang dibawa oleh hatimu.

"Hei",

Aku tersentak mendengar kata itu. Bukankah itu sapaan awal jumpamu denganku dan padang ini sore itu?

"(sedikit kaget) Ehh kamu, baru datang juga?".

Dan benar, tepuk pundak itu, sapaan itu benar datang dari lekuk bibirmu. Kau tahu? ini doaku yang kesekian yang terkabulkan tanpa pernah aku bayangkan. Sembari ku siapkan tanya untuk kau beri jawaban, aku memberi tempat untukmu bersandar di kursi tua itu.

"Nggak kok, baru aja. Beberapa hari ini hujan, aku tak bisa menemukan apa-apa jika aku datang ke sini. Iya, kan?", katamu.

"Iya sih, aku juga sebenarnya kesel loh beberapa hari ini hujan terus, akhirnya aku nggak bisa deh nikmatin senja", Jawabku dengan sedikit kesal.

"Nggak boleh gitu lah, hujan kan juga rahmat. Di dunia ini bukan cuma penunggu senja kok yang setia, penunggu hujan juga, hehe".

"Maksudmu?",

"Yaa hidup ini kan relatif yah. Jangan senja mulu' kali. Aku tuh suka banget dengan orang yang tiap kali senja ataupun hujan, ia selalu senang. Kan itu semua rahmat yang harus di syukuri, makanya pasti deh orang itu sangat bersyukur atas semuanya",

"Kau benar".

Aku terdiam sembari mencerna cakap indahmu dalam benak. Dan nyatanya memang benar, syukur itu pondasinya setia. Orang yang seringkali acuh dengan hal yang tak disukainya pasti adalah orang yang mudah bosan dan tak pandai menerka rasa. Hujan dan senja adalah candu, namun tanpa syukur dalam dinamika hidup, semuanya hanyalah bahagia yang semu.

ternyata candamu tentang kesetiaan membuatku ragu, bahwa raga dan hatiku telah hadirkan syukur dalam tiap harapku. Yaa, ini adalah pelajaran besar bagi aku yang selalu resah karena terlalu candu, entah pada senja ataupun dirimu.

Dan pada akhirnya, aku tak segan lagi melontarkan tanya yang membuat resah mengoyak hati beberapa hari ini.

"Ohiya, namamu siapa?", tanyaku dengan sedikit canggung.

"Namaku Fatimah, kalo kamu?", jawabmu dengan sedikit binar pada matamu.

"Panggil saja aku Ali", jawabku dengan sedikit lega akan resah.

Tanyakupun terjawab, setelah hujan merusak embun di kaca jendela kamarku, dan setelah banyak resah aku lalui dalam tiap malam. Aku puas, dan aku yakin ini adalah syukur terindah.

Untuk temu yang akhirnya tak lagi semu, kisah ini akan berlangsung panjang bersama Desember, semoga saja.

(29/12/2017).

******
Don't forget to vote, share and follow my account😊. Thanks for your attention, Jazakumullah Khair.

Catatan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang