Temu Berujung Rindu

974 57 3
                                    

"Suatu hari akan ada masa, dimana raga harus kau rebahkan pada goresan pena tua bersama sajak-sajak rindu tak bersekat" -S.A-

Pada temu yang kadang menyelinap dalam angan rindu, selalu saja ada titik jenuh dimana aku harus singgah dalam renung tak berujung dan penuh sendu.

"Hei, sedang apa kau disini duduk sendirian?", tegur sapanya kepadaku hari itu.

"haha, aku sangat suka berada disini tiap kali ragaku sudah menghadap kepada Allah di sore hari, rasanya damai duduk menanti senja sendirian disini", jawabku dengan sedikit canda.

Kisah ini dimulai dari senja kemarin sore. Begitu indah dalam buaian bait-bait sajak penenang hati di senja hari. Begitu hangat dalam peluk mentari yang berada di ujung penantiannya sore itu.

Ada temu yang tak kumengerti hingga detik ini. Temu antara kau dan aku di padang gersang itu, sungguh begitu penuh misteri. Kau seolah memberi hangat padaku, memberi harapan pada hati yang sedang teriris kerana luka, kau memberiku banyak cita dalam bayang-bayang nestapa yang sedang menimpa. Dan anehnya, aku jatuh hati padamu. Sejak hari itu, sejak senja hari itu menemaniku dalam dambaku.

"Besok apakah aku boleh menemanimu lagi disini? ternyata kau benar, senja itu indah", tuturmu sembari merapatkan pundakmu pada kursi tua.

"Iya tentu saja, akupun ingin kau bisa menemaniku tak hanya sekadar untuk menanti benam senja", jawabku sembari sedikit memberi bumbu dalam dialog kita.

"Maksudmu?", tanyamu dengan mata penuh binar.

"Haha, sudahlah. Nanti kaupun akan faham, aku pulang dulu yaa", Aku pergi dengan meninggalkan banyak kisah untuk kugoreskan dalam sajak-sajakku malam ini.

Hingga kemudian rembulan malam tadi, menyelipkan wajahmu dalam khayalku. Menari dalam rindu yang tak kunjung berujung temu. Menggali abstraknya rasaku, yang entah ini cinta atau hanya sekadar angan yang tak berarti apa-apa.

Aku tak tahu, apakah yang salah dari sebuah rasa? Sedangkan aku sungguh masih menyimpanmu dalam tiap khayalku kala senja kembali memberi hangat pada ragaku.

Aku pun tak tahu,
apa yang salah dari sebuah temu yang berujung rindu? padahal kau dan aku tak pernah saling bersua sebelum senja sore itu.

Yang aku tahu,
Sejak temu antara aku dan kau, aku semakin pandai menikmati senja. Menjaga rekahan rinduku tetap hadir dalam tiap khayal penuh sendu. Juga menjagamu dalam bait-bait sajak abstrak yang tertuju untukmu, untuk padang gersang itu, juga untuk senja indah sore itu.

juga, akupun akhirnya tahu bahwa tak ada rasa yang salah. Hanya saja, mungkin aku terlalu tulus merindukanmu. Merekah kisahku dan kisahmu tiap senja sore menyingsing di padang gersang itu.

Terima kasih,
karena telah memberi kesempatan temu antara aku, kau dan senja indah sore itu.Meski singkat, aku menikmati angin dan benam senja hari itu bersamamu.

"Astaghfirullah, aku lupa menanyakan namanya", sesalku dalam benak.

(26/12/2017).

Catatan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang