Mr. Blue

63 10 0
                                    

Si pria mengangkat sebelah alisnya, menanti perkataan selanjutnya yang akan dilontarkan oleh seseorang yang berada di depannya.

"Dia bersedia membantu kita untuk mengenyahkan Charzie."

💍💍💍

"Sungguh aku ingin sekali menghajar kepalanya dan mengoyak isinya!" gerutuku sembari menggerakkan kaki agar tetap berlari.

Guru baru itu! Pria tua itu! Dengan teganya menyuruhku berlari mengelilingi bukit yang berada di belakang sekolah. Apa dia tidak memiliki otak? Ayolah! Bukit itu luas sekali, dan aku harus mengelilinginya? Mengelilingi bukit yang entah berapa hektar luasnya? Padahal ini adalah hari pertama aku berlatih dengannya, tapi dia sudah membuatku ingin menusuk-nusuk perutnya saja hingga mati!

Dan dia bilang apa tadi? Ini baru pemanasan? Bagaimana dengan latihan yang sebenarnya nanti? Jika saja aku bisa menghilang, aku pasti akan memanfaatkan kekuatanku itu ketika berada pada kondisi seperti ini.

"Sudah jangan mengomel terus. Fokus pada langkahmu." Suara bariton itu tiba-tiba terdengar berbisik dengan lembut di telinga kiriku. Sontak mataku terbelalak, langkahku terhenti dan tubuhku bergerak cepat untuk melihat siapa dia.

"Ya Tuhan!" pekiku seraya melangkah mundur. Menjauhi seseorang yang kini tengah berdiri di depanku dengan senyuman terhias di wajahnya.

"Kau bisa membuatku mati karena terkejut pria tua! Dasar menyebalkan!" makiku dengan sedikit berteriak. Napasku masih memburu karena terkejut. Tangan kananku menempel di depan dada, berupaya untuk menenangkan sang jantung agar tidak terus melompat.

"Kau! Bukannya tadi sedang duduk di lapangan depan sekolah? Lalu mengapa tiba-tiba bisa berada di sini?" tanyaku dengan nada yang kubuat setenang mungkin. Sebenarnya aku masih ingin memakinya, tapi kupikir itu tidak ada gunanya. Orang di depanku ini malah nampak senang jika mendapat makian dariku.

Kulihat senyumnya semakin merekah dan matanya semakin menatapku lekat. Uh, rasanya ingin kupecahkan saja mata itu dengan jarum jahit!

"Aku tak akan mungkin membiarkanmu sendirian. Itu terlalu berbahaya dan beresiko." Ia mengedipkan sebelah matanya padaku setelah mengucapkan kalimatnya itu.

"Tidak usah berlaga bahwa kau tengah mengkhawatirkanku! Yang ada, aku akan mati jika terus berdekatan denganmu. Lagi pula aku sudah punya pelindung, jadi aku tidak membutuhkanmu!" ucapku dengan tenang namun penuh penekanan di setiap katanya. Mr. Blue tersenyum miring.

"Kau akan membutuhkanku setelah ia enyah dari sisimu," ujarnya santai sembari melipatkan kedua tangannya di depan dada.

Apa maksud dari perkataannya? Setelah ia enyah dari sisiku? Apa ia berniat membunuh Cruise?

"Apa kau bilang?" Mr. Blue tidak menjawab, hanya senyuman miring yang masih bertengger di sana.

Aku terdiam menatapnya sesaat, lalu kulangkahkan kaki untuk kembali berjalan ke arahnya seraya mengepalkan kedua telapak tangan, bersiap untuk menghajar wajah yang selalu berhasil membuatku muak itu.

Bagaimana aku tidak merasa muak dengannya? Dia selalu saja membuat emosiku yang memang mudah tersulut ini naik.

Ketika jarakku semakin dekat dengannya, aku mengepalkan tanganku lebih kuat. Namun sial, nasib baik sedang tidak berpihak padaku. Ketika aku hendak menghajarnya, kaki kananku menginjak genangan lumpur, sehingga membuatku terpeleset dan jatuh mengenai tubuh seseorang.

Tidak! Lebih tepatnya jatuh pada pelukan seseorang!

Dasar! Pria tua itu mengambil kesempatan dengan memelukku ketika aku terpeleset tadi!

Charzie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang