Cry

74 14 8
                                    

"Maksudmu?"

Mr. Blue tidak menjawab, ia malah menatapku lekat.

"Semoga kau kembali mengingat peranku di hidupmu sebelum pelindung sialanmu itu datang, kekasihku."

💍💍💍

Kembali kuhentakkan kaki, melangkah lebar seakan berebut kecepatan dengan detiknya sang waktu.

Dua anak tangga pertama aku langkahi menuju dua anak tangga berikutnya. Tak peduli dengan kakiku yang hanya mampu melangkah kecil, aku tetap memaksakannya. Jika saja aku tidak berhati-hati, aku pasti akan menggelinding di atasnya.

Bruk!

Aku tendang pintu di hadapanku dengan kencang, hingga membuat pintu yang nampaknya terkunci itu dapat terbuka dengan lebar. Seseorang yang berada di dalamnya dengan sigap berdiri dari kursi yang sempat ia duduki. Ia tersenyum ke arahku, menutupi raut terkejutnya yang sempat terpampang jelas di wajahnya yang manis.

"Hai Zie! Kau baik-baik saja? Kudengar kau baru saja mendapatkan dua hukuman dari Mrs. Yelena. Tapi tenang saja, Zie. Aku pasti akan membantumu untuk menjalankan hukumanmu. Kau tinggal katakan saja apa tugasku, nanti aku akan melakukannya untukmu," ujarnya seraya berjalan menghampiriku yang sempat terdiam terpaku menatap sosoknya.

Tak peduli. Aku tak akan menjawab pertanyaan bodohnya itu saat ini. Sesuatu yang terus saja bergerak di benakku benar-benar mengusik. Aku perlu ia menjawab semua pertanyaanku sekarang juga.

Kakiku melangkah lebih lebar dan sedikit berlari ke arahnya. Tanpa banyak bicara, aku langsung menghambur ke pelukannya, membuat ia kembali terkejut dengan apa yang aku lakukan.

"Dasar bodoh! Kau benar-benar bodoh!" umpatku padanya. Aku memeluknya erat dengan wajah yang kubenamkan di dadanya. Aku sengaja menyembunyikan wajahku. Aku tak mau ia melihatnya saat ini.

"A-a-ada apa, Zie? Apa aku melakukan kesalahan?" tanyanya dengan gugup. Nampaknya ia masih terkejut, terbukti dengan ia yang masih saja belum membalas pelukanku.

"Kau bodoh!" umpatku lagi tanpa menghiraukan pertanyaannya.

"Zie?" panggilnya seraya menangkup kedua pipiku dengan lembut dan mengangkatnya perlahan, sehingga membuatnya dapat melihat wajah menyedihkanku saat ini.

"Kau menangis?" Kedua bola matanya melebar, terkejut dengan apa yang ia lihat di hadapannya.

Aduh! Jika saja tadi aku tidak berucap dengan nada yang bergetar, Cruise pasti tidak akan pernah menyadari bahwa aku tengah menangis di dalam pelukannya.

"Kau? Apa yang terjadi padamu? Apa ada seseorang yang menyakitimu? Katakan padaku!" Ia menatapku gusar. Aku tahu ia sedang sangat khawatir.

"Kau yang menyakitiku, Cruise. Kau menyakiti hatiku. Kau jahat!" ucapku yang diakhiri dengan menangis kencang. Tangisan itu akhirnya berhasil lolos dari mulutku setelah kutahan semenjak tadi.

"Aku?" Ia mengernyitkan dahinya, menatapku bingung. Dengan cepat aku menarik kedua tangan Cruise yang terdiam di pipiku, lalu segera kupeluk erat dirinya dan kubenamkan kembali wajahku di dadanya.

"Kenapa kau tidak pernah mengatakan bahwa ayahku tengah mempermainkanku? Lalu mengapa dengan bodohnya kau mengalihkan dan membuatnya menyerap energimu? Memangnya dengan membuatnya menyerap energimu kau pikir aku akan baik-baik saja? Tidak! Aku tidak akan pernah baik-baik saja jika sesuatu terjadi padamu!" teriakku sambil mencengkram kuat kemeja belakangnya. Suara isak tangisku keluar beriringan dengan ucapan yang aku lontarkan.

Charzie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang