What?

67 9 0
                                    

"Sejak kapan kau berada di sini? Bagaimana bisa aku tidak menyadari keberadaanmu?" tanya Mr. Blue. Wajah itu masih saja menampakkan raut terkejutnya.

"Itu bukan urusanmu. Kau hanya perlu tahu satu. Aku pelindung Charzie, dan aku pasti akan berada di sekitarnya kapanpun dan di manapun, walaupun hal itu tidak kau sukai dan kau inginkan sama sekali." Cruise menyimpan kedua tangannya di depan dada, dagunya sedikit terangkat ke atas, dan matanya masih menatap Mr. Blue lurus nan tajam."

💍💍💍

"Ya sudah. Aku izinkan." Terlihat Mr. Blue kembali menarik napas panjang setelah mengucapkan kalimat yang baru saja ia lontarkan. Cruise mengangkat sebelah alisnya, menantang seseorang di hadapannya melalui tatapan mata dan kedua tangan yang masih terlipat di depan dada semenjak tadi.

"Itu tidak sulit 'kan? Mengapa kau nampak seperti orang bodoh yang perlu berpikir keras untuk menjawab pertanyaan mudah yang tengah diajukan? Lama. Padahal aku hanya memintamu menyetujuinya. Tidak lebih."

Aku mengerutkan kening. Pemandangan yang tengah tersaji di depanku saat ini nampak begitu asing. Wajah yang kaku, tangan yang selalu terkepal kuat walaupun dalam keadaan terlipat, dan mata yang menatap tajam. Aku benar-benar baru melihatnya. Cruise tak pernah seperti itu sebelumnya! Kelembutan yang selalu ia tunjukkan melalui sorotnya, seketika menghilang. Digantikan kegelapan yang dapat membawa kehidupan seseorang yang melihatnya kelam.

Dan ucapannya yang pedas itu. Apa-apaan? Dia biasanya tidak suka berbicara seperti ini kepada seseorang yang memiliki usia lebih tua darinya.

"Hari ini saja. Lain kali aku tidak akan lagi memberikan izin," ucap Mr. Blue setelah kulihat ia sukses mengikuti keinginannya untuk tidak menghajar lelaki songong yang tengah berdiri di hadapannya dengan dagu yang terangkat.

Cruise terdiam menatap guru baruku itu. Sorot menantang begitu kentara di wajah yang biasanya menatap hangat diriku ketika kami tengah berhadapan.

"Aku. Tidak. Peduli." Tanpa menunggu Mr. Blue menjawab perkataannya, tangan kanan Cruise telah menggenggam erat pergelangan tangan kiriku. Membawa --lebih tepatnya menyeret-- tubuhku untuk keluar dari dalam ruangan yang entah mengapa selama beberapa menit ke belakang ini terasa begitu panas.

Aku tidak memiliki nyali cukup besar untuk mengeluarkan suara apalagi menentangnya untuk tidak melakukan ini semua. Aku terlalu takut menghadapi Cruise. Terlalu takut menghadapi ia yang mungkin saja meledak jika kusentuh walaupun hanya dengan menggunakan ujung jari telunjukku.

Cruise masih saja menyeretku sampai tiba-tiba ia menghentikan langkah kakinya ketika berada tepat di tengah-tengah lapangan depan gedung sekolah. Sontak aku pun ikut menghentikan langkah sebelum tubuhku terbentur dengan punggungnya yang aku yakin mampu membuatku kesakitan jika mendarat di sana.

"Guru sialan itu tengah berusaha membuatku buruk di matamu. Asal kau tahu, aku tak pernah merebut apapun dari siapapun. Jadi, aku perintahkan kau untuk tidak mendengarkan semua perkataannya." Nampaknya Cruise tidak ingin merepotkan dirinya untuk memutar tubuh dan menatapku saat mengucapkan kalimat-kalimat yang baru saja ia lontarkan.

Aku sempat terdiam, terkejut dengan nada suara Cruise yang baru saja lewat di dalam telingaku. Ada apa dengannya? Mengapa ia berbicara begitu dingin padaku? Sungguh ini pertama kalinya. Benar-benar pertama kalinya.

"I-iya. A-aku tidak akan me-mendengarkannya," ujarku yang terdengar seperti sebuah cicitan. Haduh! Mengapa suaraku menjadi seperti seseorang yang tengah begitu ketakutan. Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Aku benci terlihat takut!

Charzie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang