Sejauh apapun aku melangkah tetapi kamu tak pernah hilang dari mataku
-Fabian Ardana
_______________________________Rintik hujan mengisi suasana sepi malam ini. Di kamar bernuansa warna putih, Bian tengah duduk bersandar di depan meja belajarnya lengkap dengan buku buku tebal yang selalu setia menemaninya.
Bian menghabiskan waktu setengah jam untuk membaca 6 buku tebal yang kini menumpuk disampingnya. Merasa haus ia menghentikan kegiatannya membaca buku buku itu dan beralih menuju dapur.
" Bian, mau ke mana ? "
" mau minum ma " Bian hanya berlalu melewati ruang keluarga
Setelah mendapat air, cowok itu segera kembali menuju kamarnya tak lupa membawa sebotol Air penuh dan beberapa camilan.
Kali ini Bian tak langsung menempati meja belajarnya namun beralih menuju balkon, tidak dengan buku tetapi ia sedang menatap hujan yang turun dengan deras. Matanya beralih menatap ke arah jendela rumah disampingnya yang sekarang sedang tertutup. Tatapannya kian mendalam,
Ahh mengapa ia hanya berani menatap jendela kamar itu, mengapa ia tidak berani menatap mata pemiliknya.Line!!
Notif line membuyarkan fikirirannya, segera ia mengecek ponselnya
Mama : beli martabak gih
" mama ? "
Bian_Ardana : kenapa mesti lewat chat ma ?
Mama : biar gaul 😎
Mamanya memang luar biasa, Bian terkekeh geli melihat jawaban Lina dan segera turun ke bawah
" Kalau hujan akang martabak yang di depan nutup ma " jelas bian setibanya di ruang keluarga sambil mengenakan jaketnya
" Mama tahu kok "
" heh? "
" terus kenapa suruh Bian beli ? "" yaudah, kamu keluar aja deh kemanapun, yang penting kamu keluar rumah gitu "
" hah ? " lagi lagi jawaban lina membuat Bian cengok, ia tidak pernah tahu apa yang difikirkan oleh mamanya ini
" mama ngusir Bian "Tak langsung menjawab, Lina Malah tertawa kencang, wanita paruh baya itu bahkan sampai memegangi perutnya dan beberapa kali menghapus air matanya yang keluar
" nggak lah, pokoknya keluar kemana gitu " kata Lina yang masih terkekeh
" tapi kenapa " cowok bermata teduh itu mengernyitkan alis
" kalau gitu kamu ke mini market di depan aja "
" memangnya mau beli apa ? Lagi pula sekarang mungkin sudah nutup "
" Kalau kamu belum ke sana mana tahu nutup. Kamu beli apa aja deh, udah sana cepetan jangan lupa bawa payung, yang gede aja yang muat berdua "
Bian hanya menggeleng kepala dan segera keluar rumah tak lupa dengan payung besarnya. Entah apa yang direncanakan mamanya yang jelas ia merasa tak enak.
" sukses " pekik Lina kegirangan setelah melihat anak semata wayangnya sudah keluar
❤❤❤
" ishhh ke mana sih bang Dion, payung juga dibawa lagi sama dia. Bunda sih nggak mau beli payung lagi, tau sendiri payung dirumah cuma Satu " gerutu keyzia sambil berjalan
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU MY BOY
Teen FictionIni bukan tentang aku, kamu dia atau mereka.. Tapi tentang kita yang mencoba untuk kembali seperti dulu sebelum beranjak dewasa