Sakit hati.
Hanya dua kemungkinan.
Jatuh dan tenggelam.
Atau bertahan dan bangkit.
Dan Jihoon memilih opsi kedua. Ia memilih bertahan dan bangkit. Bahkan lebih kuat dari yang pernah ia kira. Semua rasa sakit dan kenangan pahit dalam hidupnya membuatnya bertahan, dan perlahan bangkit. Meninggalkan dirinya yang dulu lemah dan hanya bisa menangis.
Jihoon hanya tersenyum miris ketika dirinya melintas ke tempat-tempat dimana dulu ia menumpahkan air matanya, hanya karena cinta?
Oh ayolah, apakah tak ada hal yang lebih bodoh dari itu untuk ia tangisi?
Tak terasa hanya tinggal sebentar lagi ia akan segera lulus dari sekolah ini. Lepas dari penjara yang membelenggunya selama tiga tahun. Dan ia akan segera bebas dari semua penderitaannya.
Tentunya ia tak akan bertemu lagi dengan Guanlin.
Sebenarnya Jihoon sampai sekarang masih tak mengerti, apa yang membuatnya begitu membenci Guanlin.
Ia merasa dibohongi?
Tidak. Guanlin tak pernah menyatakan cintanya untuk Jihoon. Jadi siapa yang salah?
Lalu apa yang membuatnya amat membenci Guanlin?
Jihoon membenci Guanlin yang membiarkannya jatuh terlalu dalam untuk dirinya. Dan membiarkan ia mengetahui semua kebenarannya lewat orang lain. Jihoon merasa terkhianati.
Perasaan yang dulu hangat, penuh cinta kini membeku sarat akan kebencian.
Ya, Park Jihoon amat sangat membenci Lai Guanlin.
Lalu apa kabar dengan hubungan persahabatan antara Jihoon, Woojin, dan Hyungseob?
Jihoon meninggalkan mereka. Meskipun Woojin dan Hyungseob tak pernah menyerah untuk kembali mendekati Jihoon, respon yang diberikan tetap sama. Dingin dan penuh kebencian.
Sakit hati yang ia rasakan membuatnya berubah menjadi sebuah mimpi buruk bagi siapapun yang pernah menorehkan luka untuknya.
ㅡ COMPLICATED ㅡ
"Ayah sangat bangga padamu, nak!" lelaki paruh baya itu menepuk dan mengusap pundak putra satu-satunya.
Jihoon hanya tersenyum tipis.
"Jagoan Ibu sekarang sudah besar, itu artinya Ibu juga sudah semakin tua. Entah sampai kapan Ibu bisa mengantarmu ke arah kesuksesan, namun Ibu bahagia bisa jadi saksi berhasilnya dirimu menyelesaikan pendidikanmu," ucap Ibunya mengecup pipi Jihoon.
Suasana sangat ramai, lingkungan sekolah dipadati sanak saudara yang berkumpul untuk menghadiri acara wisuda.
"Ibu membawa hadiah spesial untukmu, Jihoon."
Jihoon tak menjawab, ia hanya menunggu Ibunya menunjukkan yang dimaksud dengan hadiah spesial tersebut.
Tak lama sebuah tangan melingkar ke tubuh Jihoon dengan tiba-tiba. Jihoon terkejut, ia segera menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated [ PANWINK ]✓
Fiksi PenggemarTak pernah sekali dalam hidupnya Jihoon membayangkan dirinya akan berakhir di sebuah boarding school menempuh pendidikan dan tinggal di asrama selama tiga tahun. Menyeretnya dengan paksa untuk keluar dari kehidupannya yang bebas. Oh, dan jangan lupa...