2. Dewa Yunani

193 19 0
                                        

Verren mengendarai mobil dalam diam, suasana mobil sunyi. Tidak ada yang memulai pembicaraan sedari tadi. Bahkan, Verren tidak bertanya dimana alamat rumah Virra. Matanya fokus menatap jalan melalui kaca depan mobilnya.

Verren sebenarnya ingin bertanya rumah gadis di sebelahnya. Tapi dia memilih diam. Karena , dia tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu pada orang asing.

Hampir tiba di pertigaan, Virra angkat bicara. " Pertigaan belok kiri Kak." Ucap Virra gugup.

Verren tidak menjawab, dia membelokkan mobilnya ke kiri. " Rumah pagar hitam kak, nomer 17." lagi-lagi Virra mengeluarkan suaranya.

Kini mereka sudah tiba di depan gerbang rumah Virra. Keduanya masih diam. Virra menoleh kearah Verren.

"Makasih ya Kak." Virra tersenyum manis.

Verren meliriknya sekilas lalu mengangguk. Verra membuka pintu mobil dan keluar dari mobil Verren. " Gak mau mampir sebentar Kak?" tanya Virra sebagai formalitas.

"Gak." Verren melajukan mobilnya. Meninggalkan Virra yang melongo.

"Ish! Gue kan nawarin baik-baik. Biarpun cuma basa-basi. Seenggaknya kan gue sopan gitu. Lagian mana boleh gue ngajak cowok ke rumah. Untung Abangnya Verra." Virra membuka pintu , lalu membuka sepatunya.

"Assalamualaikum." ucap Verra saat memasuki ruang tamu. Disana ada Papa , Mama dan Verro yang sedang nonton sepakbola.

"Waalaikum salam." ketiganya serempak menoleh.

Virra menyalami mereka semua, Papa dan Mamanya mendapatkan satu ciuman manis di pipi dari Virra. Sedangkan Verro, dia hanya disalami.

Verro mengernyit bingung, tumben sekali adiknya itu tidak mencium pipinya. Biasanya, Virra tidak mencium pipinya saat Verro melakukan kesalahan. Tapi, dia salah apa?

"Virra keatas dulu ya, mau tidur." ucap Virra.

Virra mengunci pintu kamarnya, dan menghempaskan tubuhnya pada kasur empuk miliknya. Virra menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya tertuju pada Abang sahabatnya. Yaitu Verren.

Heran sekali, selama ini Virra berpikir, kalau cowok dingin cuma ada di novel yang pernah dia baca. Tapi , Verren berhasil mematahkan pikirannya itu.

Virra mengambil ponselnya yang bergetar, ternyata chat dari Verra.

Verra : Abang gue gak galakin lo kan?

Virra terkekeh geli, Verren tidak galak. Dia bahkan cuma mengeluarkan satu kata pada Virra. "Gak!" hahaha. Entah kenapa, Virra jadi gemas pada sikap Verren. Baginya, sikap cuek Verren itu lucu.

Virra : Gak galak kok. Hehehe.

Virra mengernyitkan dahinya saat terdengar suara dari luar kamarnya. Ternyata Verro yang mengetuk pintu kamarnya. Virra memutar bola matanya malas, dia sedang kesal pada Abangnya itu.

Dengan gontai Virra berjalan menuju pintu. Dia memutar kuncinya ke kanan 3 kali. Lalu membuka pintunya. Di sana, terlihat wajah bersalah Verro.

"Dek, maafin Abang ya?" Verro memegang tangan Virra. "Hp Abang dicharger dari tadi. Abang nonton tv sama Papa Mama."

Virra masih enggan menjawab, dia bahkan tidak menatap wajah Abangnya itu. Intinya dia kesal. Yah, walaupun dengan Verro yang tidak menjemputnya dia bisa diantar pulang cogan malam ini. Eh? Virra jadi ngaco kan. Dasar Virra!

"Ayolah, kamu jangan ngambek dong, Abang kan udah minta maaf. Abang janji deh, kalo kamu pergi bakalan pantengin Hp." kali ini, Verro bahkan mengeluarkan tampang memelasnya.

Kalau saja teman kampusnya melihat bagaimana ekspresinya sekarang, pasti tidak akan percaya. Kalau sahabatnya sih akan tertawa terbahak-bahak. Kalau para fansnya pasti mimisan deh. Yakali, dia cogan yang cool jadi kayak hello kitty. Hell no!

"Es krim 5 ,sama coklat 5 sama beliin Virra kuota buat sebulan ." ucap Virra ketus.

Verro menganga seketika, Adiknya ini memang jago memoroti uangnya. Untung saja Verro bukan Abang perhitungan. Demi maaf dari Virra, dia bahkan rela makan durian, buah yang paling Verro benci.

"Oke! Besok pulang sekolah Abang jemput, terus langsung ke mini market." mendengar itu, Virra tersenyum cerah.

Dia menatap Verro senang, dia mendekat, lalu mencium pipi kanan Abangnya itu. Sedetik kemudian dia balik badan, masuk kamar dan tak lupa menguncinya. Bahkan dia menutup pintu di depan wajah Abangnya.


Verro mengerjapkan matanya kaget, sedetik kemudian dia memutar bola matanya malas. Typical Virra. Dia memutar badannya dan masuk ke kamarnya, tepat di sebelah kamar Virra.

"Untung Adek, kalo bukan udah gue sleding kali." gerutu Verro.

*****

"Pagi semua!" Virra tersenyum pada teman sekelasnya yang sudah datang. Dia meletakkan tasnya lalu berjalan ke depan kelas. Sambil membawa ponsel serta charger. Dia lupa kalau ponselnya lowbat. Dia bahkan tidur tanpa mengganti baju .

"Pagi Virra cantik." Fahmi mengedip genit kearahnya. Seketika senyum manis di bibirnya luntur. Dia melolot kearah Fahmi.

"Apa lo hah!" Virra bawaannya kesal kalau bertemu cowok satu itu. Temannya yang lain tertawa geli melihat betapa kesalnya Virra kalau bertemu Fahmi.

Sudah sebulan dia menjadi penghuni kelas 10 Mipa 3. Dan satu hal yang Virra kesali. Fahmi. Cowok itu dengan centilnya sesalu saja mengganggu Virra. Seperti saat ini.

"Pagi-pagi udah melotot aja , ntar cantiknya ilang loh." Fahmi tetap saja mengeluarkan kalimat receh yang dia kumpulkan dari hasil ngamen. Itu uang receh ding!

"Gue bacok lo ya, minggir gak usah ganggu gue!" Virra makin melotot. Doakan saja kawan-kawan, semoga itu biji mata gak lompat keluar.

Sebagai teman yang baik, Verra yang baru saja datang langsung memukul pundak Fahmi keras. "Dasar sempak kuda lo! Minggir!"

"Mak lampir dasar!" Fahmi langsung pindah ke bangkunya saat mendapat pelototan dari Verra.

Virra menghela nafas lega, dia menatap Verra yang membawa kantong kresek hitam. "Apaan tuh Ver?" tanya Virra.

"Biasa, Banana milk dari Aldo." jawab Verra.

"Dia tiap hari ngasih lo susu, kapan jadiannya?" goda Virra.

Verra mendengus, lalu duduk di bangku belakang Virra. "Kalo dia udah tobat jadi playboy."

Virra tertawa geli, dia sudah tau sepak terjang Aldo di dunia per-playboy-an. Haha. Jelas saja, setiap harinya Verra bercerita tentang Aldo yang suka mainin hati anak gadis orang. Dan dia sering melihat Aldo jalan berdua ke kantin dengan cewek yang berbeda tiap harinya.

"Tugas Sastra Inggris udah belum?" tanya Verra. Dia sih sudah, dibantu Verren semalam.

"Sudah dong, oh iya. Raisa kemana ya? Tumbenan agak siang?" tanya Virra.

"Pagi Virra, pagi Verra." suara Raisa membuat mereka menoleh. Panjang umur sekali si Raisa ini.

*****

Virra mengernyitkan dahinya bingung, di lapangan basket terjadi keributan. Raisa dan Verra tidak bersamanya sekarang. Dengan tingkat penasaran yang tinggi, Virra ikut berbaur dengan sekumpulan orang yang tampak mengerumuni lapangan basket.

"Kyaa! Liat deh, itu keringatnya Kak Verren netes gitu, pengen deh gue ngelapin." Siswi di sampingnya memandang berbinar kearah tengah lapangan.

Virra mengikuti pandangannya, dan tanpa sadar matanya membulat kaget, Virra bahkan menahan nafasnya.

"Allahu Akbar! Ini gue lagi ngeliat Dewa Yunani apa gimana?" gumam Virra tanpa sadar.

Jember, 11 Februari 2018

alftn17

InfinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang