Rumahnya?

160 2 0
                                    

“Hei”

Perkataan tadi membuat jantung Fara berdegup kencang, lalu Fara berbalik dan laki-laki menatap Fara sambil tersenyum dengan lesung pipitnya yang manis. Rambutnya basah berkeringat, nampaknya juga ia habis berlari.

“Hei” Balas Fara. Rasanya Fara ingin sekali menutup wajahnya dan berlari kencang, tetapi tidak bisa.

Fara menatap ke arah kakinya. Pemandangan di hadapannya sungguh sempurna. laki-laki berlesung pipit manis menggunakan kaus putih dan celana pendek berwarna hitam dengan keringat di dahinya, sungguh, hal itu membuat Fara berusaha mengabaikan fakta tersebut.

“Lu lari juga?” Tanya Reyhan.

“Biasanya pagi, tapi gue lupa kalo sore hari di Jakarta panas banget kayak gini” Fara berusaha untuk tidak melihat wajah Reyhan.

Reyhan mengulurkan tangan. Fara heran sebelum menyadari ia hanya menyodorkan botol air. Cara Reyhan mengerucutkan bibir menahan senyum membuat Fara gemetar.

“Nih minum, aus kan lu” Reyhan menyodorkan botol air minum ke arah Fara “Keliatannya cape banget”
Biasanya Fara tidak mau pemberian dari orang yang tidak dikenalnya.

Tetapi kali ini Fara meraih botol dari tangan Reyhan dan meminum 3 teguk dari botol itu.

“Makasih” Kata Fara sembari mengebalikan botol air minum itu.

Fara mengelap bibir dan menatap ke arah jalan di belakangnya. “Hmmm.. gue harus pulang ke rumah”

“Hampir 2 kilometer”

“Ha?” Fara bingung dengan ucapan Reyhan.

“Jarak rumah lu sama rumah gue 2 kilometer, rumah lu di Jl. Merak kan?”

Fara terperangah melihat Reyhan.

“Lu tau rumah gue?”

“Iya”

Fara menunggu kata selanjutnya yang akan dikatakan Reyhan. tetapi tidak ada sambungan dari perkataan itu.
Tiba-tiba..

“Fara Anissa, 15 April 1999, Jl. Merak 1. No. 20. Tinggi 156, suka cappucino hangat kalau lagi ujan-ujan”

Fara meundur selangkah, tiba-tiba Fara melihat seorang mata-mata di hadapannya. Fara tersu bertanya kepada haitnyam apakah Reyhan sangat penasaran terhadap Fara.

“Kartu perpustakaan lu, waktu itu gue liat di meja Bu Erna” Jelas Reyhan ketika melihat kengerian dari kebingungan wajah Fara.

Penjelasan itu membuat ketakutan Fara mereda.

“Tapi kan itu sekilas”

“Daya ingat gue kuat”

“Lu mata-matain gue ya?” Kata Fara tanpa ekspresi,

Reyhan tertawa “Gue mata-matain lu? Sadar gak? Lu berdiri di depan rumah gue” Reyhan menunjuk rumah dibelakangnya melalui telunjuknya.

Fara merasakan gemetar lagi. Fara mencoba untuk menahan agar ia tidak melihat ke arah rumah Reyhan..

Secangkir Cappucino CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang