▪ 14

14K 2.1K 298
                                    

"Gue nggak nyangka ya lo ternyata emang gini. Brengsekㅡ"

"Taehyung, bentar, ini nggak kayak yang lo kira. Gue bisa jelasin."

Taehyung menepis tangan Jeongguk yang terulur ke dia. "JELASIN APAAN, JEON?! Udah jelas tadi lo... sama dia..."

"Udah gue bilang bukan gitu, sayang. Lo percaya sama gue kan?" Jeongguk memegang pundak Taehyung erat, tidak peduli Taehyung meronta minta dilepaskan.

"Gimana mau percaya kalau lo udah lakuin ini berkali-kali. Lo manfaatin rasa sayang gue, lo jadiin gue pelampiasanㅡARGH GUE NGGAK SANGGUP!"

Jeongguk tertawa kencang melihat Taehyung berjongkok sambil menutupi wajahnya, setelah gulungan naskah yang ia pegang terlempar entah kemana. "Lagian siapa sih yang bikin ide picisan gini? Pffft, gue kudu ngintip nih pas giliran elo."

Taehyung merengut parah, memukul  paha Jeongguk yang masih sibuk tertawa. "Katanya nggak bakal ngetawain gue pas nemenin gue latihan drama. Ini apaan."

"Hehe, maaf deh, habisnya lo lucu banget, gue nggak tahan kan." Jeongguk menepuk-nepuk puncak kepala Taehyung pakai gulungan kertas. "Udah bagus kok, serius."

"Oke..."

.
.
.

"KITA PUTUS, JEONGGUK! AKU NGGAK BISA TAHAN LAGI SAMA KELAKUAN KAMU! KITA BERAKHIR!"

"Bentar!" Jeongguk mengangkat tangan dan Taehyung mengernyit, karena itu bukan berasal dari naskah.

"Apaan? Aneh ya nada gue?" Taehyung bertanya cemas.

Jeongguk menggeleng, menatap Taehyung dengan raut memelas. "Nggak, cuman rasanya kok gue sakit hati ya dengernya?"

Taehyung mingkem. "Musnah aja, tolong."

___|||||||___

asramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang