6. Special Chapter : Chanyeol POV

746 68 15
                                    

Seoul, 5 maret 2002

Ibuku dan Ayahku adalah sepasang manusia yang saling berusaha melengkapi dan menghidupi keluarganya. Saat mereka baru saja menikah, ayahku kehabisan akal tentang bagaimana cara menghidupi rumah tangganya, dan ayahku pun masih menjadi seorang pengangguran sampai hari dimana aku dilahirkan.

Saat aku masih berumur 2 tahun, mereka sangatmembanggakanku, mereka sangat bahagia akan kedatangan ku di dunia dan kehidupan mereka, hingga mereka lupa bahwa aku pun harus mereka hidupi.

Akhirnya, setelah mencari-cari upaya untuk menafkahikeluarga, ayahku mendapatkan sebuah pekerjaan yang sangat sesuai dengan kepandaiannya semasa kecil, ayahku pun memutuskan untuk mendirikan sebuah perusahaan kebun bunga kecil-kecilan.

Tempat tinggalku pun berpindah dari Busan ke Seoul, karena kabarnya, disana terdapat sebuah lahan kosong yang cukup luas untuk mendirikan usaha kebun bunga ayahku.

Disini, aku menemukan berbagai hal baru yang sebelumnya tidak aku dapatkan; ibuku bersahabat dengan tetangga sebelah rumahku yangsangat sopan pada keluargaku, aku mengenal seorang perempuan yang sangat sesuai untuk kujadikan sahabat.

Awalnya, kami sering dijodoh-jodohkan oleh ibu kami saat umur kami masih 2 tahun, kami juga sering main bersama saat itu, namun, kami masih belum mengerti apa yang sedang kami obrolkan saat itu.

Aku dan perempuan itu pun, saling bertukar nama saat umurku dan umurnya sudah menginjak 4 tahun, kami sudah mengerti cara bermain yang menyenangkan. Dan nama perempuan itu, sangat indah, yaitu Im Nayeon.

Saat itu, aku sudah mulai bisa mendeskripsikan wajah lucunya. Ia mempunyai rambut pirang kecoklatan yang pendek. Alisnya pun berwarna serupa, mungkin keturunan ibunya yang berdarah Kanada. Hidungnya yang tidak terlihat mancung, namun puncak hidungnya terlihat mencuat keatas. Ia juga memiliki bibir yang tebal yang sangat cocok dengan bentuk wajahnya yang imut. Satu lagi, hal yang aku sangat suka dari tubuhnya, Gigi. Ia mempunyai dua gigi seri yang ukurannya lebih besar dan lebih maju dari gigi lainnya membuatnya terlihat seperti kelinci yang sangat manis dan menggemaskan.

4 tahun kemudian, aku sudah menginjak kelas 2 sekolah dasar.Aku sudah mulai bisa berkenalan dengan banyak teman baruku disini. Namun,sayangnya Nayeon dan aku berada di sekolah yang berbeda. Ibunya menempatkannya di sekolah yang cukup elite dan dipenuhi oleh orang-orang terpandang yang dilahirkan dari orang-orang yang berderajat tinggi. Sebaliknya, ibu dan ayahku belum mampu menempatkanku disana bersama orang-orang yang menurut ibuku sering pamer. Aku masih bersyukur, tidak termasuk orang-orang yang hobinya membeli seisi dunia dan menghamburkannya. Tapi kadang, aku merasa jemu tidak dapat berinteraksi dengan Nayeon tiap menit.

Aku berusaha keras merayu ibu dan ayah Nayeon yang cukup dekat denganku agar memindahkan Nayeon ke sekolahku dengan alasan sekolahkumemiliki sebuah guru yang sangat menyenangkan. Nayeon pun setuju dengan usulanku dan ikut merayu kedua orangtuanya. Akhirnya, aku bisa melompat kegirangan bersama Nayeon setelah kedua orangtuanya mengizinkannya berpindah sekolah kesekolahku.

Hari itu, hari yang sudah aku tunggu-tunggu kedatangannya.Hari dimana Nayeon memperkenalkan dirinya di depan kelasku dan duduk disampingku. Entah kenapa, aku sangat menyukai tiap detik aku bersamanya. Akumelewati banyak hari disana bersamanya, kami selalu menaiki ayunan bersama diwaktu istirahat, kami selalu bermain petak umpet bersama di waktu senggang. Danaku sangat menyukainya. Aku menyukai waktu yang kami habiskan, bahkan ketika kami sedang bermusuhan sekalipun. Aku menyukai dirinya.

Suatu saat, saat dimana kami sudah menginjak kelas 6 Sekolah Dasar. Saat itu, aku sudah mengetahui banyak hal, termasuk cinta. Cinta pertama lebih tepatnya. Rasa suka kepada seorang lawan jenis sudah tumbuh di diriku yang terbilang masih belum pantas merasakannya. Dan, lawan jenisku itu adalah sahabat masa kecilku sendiri, Nayeon. Akhir-akhir itu, aku selalu membawanya terbang dalam khayalan lamunanku. Diam-diam aku mulai memberikan perasaan tulusku pada setiap perlakuanku kepadanya. Aku tidak mau seorang pun tahu tentang perasaanku ini, Nayeon sekalipun. Namun, disatu sisi aku ingin ia menjadi milikku seutuhnya. Ini mungkin sedikit ganjil bagi seorang yang masih dibawah umur memiliki perasaan layaknya manusia dewasa yang lekas-lekas menemukan tulang rusuknya. Namun, inilah kenyataannya, cinta pertamaku aku temukan pada usia 12 tahun.

COMPLICATED - Pcy Nayeon FfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang