“Aku menyukaimu.” Sebuah kalimat tiba-tiba terbang dari mulutku dan mendarat ditelinganya membuatnya mendongakkan kepala menatap terkejut ke arahku.
“Lo kenapa, chan? Kok tiba-tiba pake bahasa baku?” Nayeon mungkin terkejut atas perkataan yang baru saja keluar dari mulutku.
“Ya, itu benar, aku menyukaimu.” Aku masih berusaha meyakinkan keseriusan dari perkataanku.
“Apa yang barusan lo bilang?” Nayeon masih saja tidak percaya. Seolah ia sedang berkhayal.
“Lo punya gangguan telinga? Gua suka sama lo, Nay.” Kali ini, aku memakai bahasa yang sering kami pakai. Mungkin, ia bisa mempercayaiku kali ini.
“Ehem.” Ia berdeham, berusaha menghilangkan kecanggungan diantara kami.
“… Udahan yok. Gue laper, udah sore juga. Ayo beresin.” Nayeon berusaha keras, menghilangkan suasana canggung ini, diantara kami. Aku pun memakluminya, mungkin ia masih tidak bisa mempercyai apa yang baru saja aku katakan.
❇❇❇
Hari sudah mulai berakhir. Bulan sudah menampakkan sinarnya, setelah matahari terbenam.
Aku dan Nayeon sedang menyantap semangkuk ramyeon instan saat ini. Kami makan dengan sangat lahap, namun tak ada satu pun kata yang keluar dari mulutku. Begitu pun dengn Nayeon. Ia masih enggan membahas perihal tadi.
Aku mulai menyadari ada yang kurang dari acara makan malam ini. Tetapi, bukan ibu. Ibu memang tidak terbiasa makan pada waktu malam hari. Saat ini, ia pasti sudah tertidur di kamarnya.
Kurasa, aku belum memotongkannya wortel. Ia tidak bisa makan Ramyeon tanpa wortel. Tapi anehnya, ia tidak inisiatif menyuruhku memotongkan wortel untuknya seperti biasanya. Kini, ia terlihat canggung dengan lamunannya.Aku pun segera mengambil sepotong wortel dari dalam kulkas. Lalu tanganku menyusuri rak yang terbilang tinggi untuk tinggi badanku saat ini, berusaha menemukan sebuah pisau.
Aku memotong wortel untuknya setelah menemukan pisau.
“Nay, emang sekarang lo bisa makan ramyeon tanpa wortel?” aku berusaha mencairkan suasana.
“Ha?” ia nampaknya terkejut setelah aku membuka pembicaraan diantara kami.
“… Oh, em… gue lupa Chan. Hehe.” Ia menyeringai seraya melihat ke arahku dan segera menghentikan aktivitasnya.
“Dasar, pelup…” aku tidak melanjutkan perkataanku, saat mata pisau melukai jari telunjukku.
“Aw!” teriakanku berhasil membuatnya lari ke arahku dan memeriksa keadaanku.
“Aduh. Ceroboh amat! Sini jarinya!”
Nayeon meraih jari telunjukku yang sudah mengeluarkan cairan berwarna merah. Lalu mengisapnya dengan bibirnya.Aku tertegun beberapa saat, saat ia sedang mengisap darah yang keluar dari jariku. Kurasakan bibir manisnya menyentuh permukaan jariku.
Lo perhatian juga ke gua, Nay. Batinku.
Ia mendapatiku yang sedang menatap kearahnya.
“Kenapa lo natap gue gitu? Ini darurat, maaf kalo gue gak kumur-kumur dulu abis makan, jangan jiji.” Ucapnya.
Tatapan lembutku berubah menjadi tatapan jijik kepadanya. Aku segera melepaskan jariku dari cengkramannya dan segera membershikan jariku di wastafel.

KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED - Pcy Nayeon Ff
FanficAku sudah lelah. Sangat sangat lelah. Aku ingin meninggalkanmu. Namun, bagaimanpun keadaannya aku selalu kembali padamu. Bodoh. Sebab sebanyak apapun upaya melepaskannya, selalu ada alasan untuk menemukan dia. Mereka hanya bisa bilang, "lepaskan", "...