Supermoon

193 9 0
                                    

"Ther, gimana ini? Masa iya gue harus jalan sama Diana?" Tanya Devve

There yang sudah jenuh menjawab pertanyaan Devve pun hanya diam saja

"Ther, kok loe diem" bentak Devve sambil menarik lengan There yang sedang asyik menonton TV di sofa

"Devve, tadi kan gue udah jawab pertanyaan loe berkali kali, dan sekarang gue udah bosen jawabnya" jawab There dengan acuhnya

There sudah mulai bosan dengan ocehan Devve dan ia memutuskan untuk tiduran di sofa karena merasa sangat ngantuk

"Yahh kok loe tidur sih, berarti tadi gue ngomong sama setan dong" Devve baru sadar kalau there sudah tertidur dengan lelap dan memindahkan There ke kamar tidurnya.

Esok harinya, tepat pukul 7 malam, Devve menjemput Diana di rumahnya setelah melakukan perdebatan cukup panjang dengan There. Dan sekarang Devve dan Diana berada di sebuah rooftop restoran, dimana dari rooftop itu mereka bisa melihat kemerlip lampu dari rumah warga maupun apartemen dan gedung gedung yang menjulang tinggi di ibu kota Jakarta.

"Devve, loe tetep aja romantis dari dulu" puji Diana sambil menatap mata hazel Devve

Devve menatap Diana dalam dalam untuk memastikan apakah perasaan yang dulu pernah ada di hatinya masih ada atau tidak

"Devve..." Diana menggenggam tangan Devve dengan lembut

"Maaf" ucap Diana dengan lirihnya

"Tak apa Di, lupakan semua yang sudah terjadi, aku telah memaafkanmu" balas Devve dengan tatapan teduhnya

Devve merasa, perasaan nyaman yang dulu selalu ada setiap berdekatan dengan Diana, kini sudah hilang. Yang ada sekarang hanyalah perasaan canggung.

"Aku sungguh menyesal, mengapa dulu aku begitu ambisius dengan dunia modelku hingga aku harus meninggalkan seseorang yang aku cintai, dulu aku berfikir setelah aku berhasil mengejar mimpiku, aku akan kembali kepadamu dan kaupun akan menerimaku, tapi aku tidak tahu, apakah kesempatan itu masih ada untukku?" Diana tidak berani menatap wajah Deve, karena ia tahu jika ia menatap Devve maka, air yang sudah membendung di pelupuk matanya akan jatuh, dan ia tak ingin Devve melihatnya menangis

Devve terdiam cukup lama, hingga akhirnya dia mengeluarkan suaranya, setelah lama ia bergejolak dengan pikiran dan hatinya.

"Dulu, aku tidak tahu kenapa kau tega meninggalkanku. Hingga akhirnya aku bertekad untuk membencimu dan mencoba untuk menghilangkan rasa itu, namun semakin aku membencimu, sepertinya rasa itu semakin besar, hingga 1 tahun yang lalu aku mencoba untuk menghapus dendam itu, dan akhirnya kau tahu sekarang aku bisa tersenyum " jawab Devve dan diakhiri dengan cengirannya yang khas.

"Apakah memang sudah tidak ada kesempatan lagi untukku Devve, aku janji akan berjuang semampuku, untuk menebus kesalahanku"

"Hmm, maaf Di, semua terasa sudah berbeda, dan aku sudah memaafkanmu jauh jauh hari. Kau masih bisa menjadi sahabatku seperti dulu" Devve tersenyum dengan sangat manis

"Apa sudah ada wanita lain di hatimu?" Tanya Diana dengan malu malu.

"Yahh, sepertinya sudah" jawab Devve dengan mantap

"Aku sungguh menyesal, tapi tak apa kau sudah mau menganggapku sebagai sahabat, dan mungkin sebaiknya lusa aku kembali ke Paris, aku mau mengejar mimpiku yang masih tersisa" Devve terkekeh mendengat teriakan Diana, dan akhirnya Diananya sudah kembali, Diana sahabatnya bukan Diana sebagai wanita yang dicintai.

Devve dan Diana menghabiskan malamnya dengan berkeliling kota Jakarta, membeli es krim, membeli arum manis, dan bernostalgia dengan kisah mereka saat masih di SMA.

Diana merasa sangat bahagia karena Devve sudah memaafkannya dan masih mau menjadi sahabatnya, meskipun dalam hati kecilnya ia masih sangat mencintai Devve.

"Semua karena kesalahanku, dan aku akan mengikhlaskanmu bersama dengan wanita yang kau cintai, aku tidak akan merusak kebahagiaanmu, karena melihatmu bahagia, cukup membuatku bahagia. Sudah saatnya kau bahagia, dan biarkan aku saja yang merasakan sakit ini, karena ini memang salahku, aku mencintaimu Devve" ucap Diana dalam batinnya saat ia melihat Devve berjalan ke arahnya dengan dua cone di tangannya.

HijrahkuWhere stories live. Discover now