Beberapa minggu lagi Niar dan kedua sahabatnya akan menjalani Ujian Nasional , mereka berkomitmen untuk saling mendo'akan dan saling mendukung hasil akhir yang akan mereka capai.
"pokoknya kita harus bisa mendapatkan nilai terbaik ya," ucap Niar dengan nada dan ekspresi penuh semangat sambil mengepalkan tangannya ke atas. "merdeka, pokoknya kita harus bisa melawan penjajahan dari soal –soal yang akan kita hadapi nanti ," menimpali ucapan Niar tadi dengan suara lebih keras . "merdeka" teriak mereka bertiga sambil tertawa. Beberapa saat sempat hening kembali sampai Naufal kembali membuka percakapan. "ehm, kalau sudah lulus, kira-kira apa rencana kalian kedepannya?" sambil saling menatap satu dengan yang lain . " kalau aku maunya melanjutkan kuliah di kota ini saja, karena mamahku khawatir kalau harus jauh darinya, mengingat aku anak perempuan," ucap Niar memulai . " aku harus tinggal sementara di tempat bibiku kalau ingin melanjutkan sekolah, karena katanya di daerah tempat tinggalnya banyak universitas yang bagus dan ibuku menyetujuinya," ucap Naufal dengan kata yang sedikit ragu untuk diungkapkan. "kalau aku terserah saja, karena bundaku akan selalu menyetujui apa keputusan anak tampannya ini," dengan sedikit berekspresi cool dihadapan kedua sahabatnya , dan itu berhasil mencairkan kembali suasana yang semula serius. "ah sahabat kesayangan yang satu ini, bikin aku pengen ngasih cubitan maut," Niar terlihat kesenangan melihat Nino yang meringis kesakitan. "kalau aku jadi pengen jitak dia " timpal Naufal ,pletak . Niar tambah kencang tertawa disusul cekikikan Naufal. Tapi melihat kedua sahabatnya tertawa lepas Nino pun jadi malah ikut tertawa.
Lima hari lagi Ujian akan dimulai , dan mereka bertiga menjadi sedikit mengurangi waktu bertemu dan berkumpul karena ingin sama-sama fokus belajar dan mempersiapkan diri .
Trrtt, suara hp Niar bergetar ." iya Nino , ada apa ya tumben nih telepon kangen ya sama orang imut, hehehe,"celetuk Niar menjawab panggilan telepon Nino . "ye, enggak juga kali , tapi ada yang ingin aku tanyakan sama kamu," ucap Nino dari seberang telepon . "oh yaudah, kamu mau nanya tentang pelajaran apa ?" tanya Niar penasaran . "bukan soal itu kok, tapi aku maunya kita ketemuan sebentar saja di tempat biasa kita kumpul,"ucap Nino menyarankan. "okeh, " jawab Niar menyanggupi. "Kenapa ya kayaknya penting sekali, aku jadi penasaran,"gumam Niar dalam hati. "hei, kamu baik-baik saja kan?" ucap Niar. "aku baik, kamu gimana?" ucap Nino. "baik dong makanya bisa datang kesini," dengan mengarahkan pandangan ke beberapa tempat ."eh, aku kira kamu ngajak Naufal juga, kemana dia?" ucap Niar dengan penasaran ."oh, dia nggak bisa ikut katanya, lagi ada pelajaran tambahan di rumahnya," ucap Nino . sebenarnya dia sengaja tidak mengajak Naufal . "aku suntuk banget nih sebenarnya, selalu ada pikiran yang mengganggu fokus belajar akhir-akhir ini," dengan nada sedikit serius dan membuat Niar sedikit heran. "ada apa? cerita dong, kan kita sahabat siapa tahu aku bisa bantu." ucap Niar meyakinkan."iya, karena hanya kamu yang bisa bantu,"ucap Nino yang sedang mencoba menenangkan detak jantungnnya yang mulai dirasa tak karuan dan mencoba mencari kata yang tepat untuk disampaikan namun kalimat itu malah hilang ketika ingin dia sampaikan "apa, ayo jangan buat aku penasaran gini," ucap niar sambil mengguncang-guncang tangan Nino. "iya Niar, aku pengen ungkapin ini supaya kamu bisa tahu dan semoga apapun keputusan akhirnya akan membuat aku fokus kembali sebelum ujian dimulai,"ucap Nino mencoba memulai pernyataan "iya, " ucap Niar tak sabar mendengarkan."aku suka sama kamu, suka dari dulu waktu kita masih kecil , tapi rasa ini bukan hanya rasa suka sebagai seorang sahabat ," ucap Nino dengan nada sedikit ragu. "hemp, memangnya apa yang membuat kamu suka sama aku sampai bisa melebihi rasa sayang sebagai seorang sahabat?" tanya Niar lagi dengan ekspresi menenangkan sambil memandangi Nino dan sedikit melebarkan senyum di bibirnya." Kamu itu lucu, dan yang pasti kamu sudah bisa membuat dirimu berbeda dibandingkan wanita kebanyakan yang pernah aku ketahui," dengan nada yang penuh keyakinan."oh , sebelumnya makasih ya karena kamu sudah mau dan berani mengungkapkan perasaanmu yang sebenarnya,"ucap Niar dengan memberikan senyuman manis ." Jadi bagaimana?" ucap Nino penasaran sambil menatap wajah Niar penuh harap. "aku juga sebenarnya sayang sama kamu karena dibalik sikap konyol dan kocakmu itu selalu membuat aku bahagia dan ceria setiap kali di dekatmu dan itu yang membuat aku yakin kalau kamu bisa selalu membahagiakan aku kapanpun ," ucap Niar dengan nada serius ."terus?" tanya Nino penasaran ."terus apa?"ucap Niar yang sengaja mengalihkan pertanyaan Nino ."terus maju, belok kanan disitu ada persimpangan sampai deh." timpal Nino yang membuat Niar terkekeh. "aku mau kamu selalu jadi kesayanganku, kamu mau nggak?" ucap Nino sambil memegang tangan Niar. "kamu boleh anggap aku kesayanganmu, tapi aku tidak mau terikat dengan siapapun untuk saat ini ," ucap Niar mencoba meyakinkan Nino . "kalau boleh tau, apa alasannya?" ucap Nino sambil sesekali menolehkan pandangannya ke berbagai arah . "karena aku sudah merasa nyaman dengan posisiku sekarang ini ," dengan sedikit nada ragu untuk mengutarakannya. "baiklah, aku paham kok seandainya aku ada di posisimu ,"ucap Nino dengan memberikan senyum penuh ketulusan. "aku ingin semuanya berjalan seperti air yang mengalir , jadi jalani setiap prosesnya mengikuti alur cerita dari sang pencipta," ucap Niar dengan nada meyakinkan. "iya, sebaiknya memang seperti itu," Ucap Nino sambil tersenyum. "makasih ya Nino ," ucap Niar sambil memegang kedua pipi Nino dan menggeleng-gelengkannya . "makasih untuk apa?" ucap Nino heran sambil tangannya memegang tangan Niar yang masih memegangi kedua pipinya ."makasih atas kejujuran perasaanmu, aku akan selalu ingat itu ," ucap Niar."iya, aku juga senang dan lega karena sudah tau perasaan kamu yang sebenarnya sekarang ."ucap Nino tersenyum. "aku sayang kamu Nino". ucap Niar dengan nada dibuat becanda dan mencubit hidung Nino."aku juga Niar". Ucap Nino menimpali dan membalas mencubit hidung Niar .mereka berdua pun tertawa bersama.