"Mau kemana?" tanya Arin. Perempuan itu baru kembali dari kasir, sampai di meja hanya ada Jihan seorang dan itu pun hendak pergi. "Kak Chaeyeon mana?"
"Gue mau cari kak ponyo." jawab Jihan. "Kak Chaeyeon ke kamar mandi."
"Terus gue sendirian gitu?" tanya Arin lagi.
"Sebentar doang rin, paling bentar lagi kak Chaeyeon juga balik." kata Jihan, ia masih berdiri di depan kursinya, menunggu telfonnya diangkat Sewoon.
Tapi sampai nada sambungan ke sekian kalinya Sewoon tak juga menjawab, membuat Jihan kesal sendiri.
"Kenapa sih han, posesif banget sama kak ponyo. Pacar bukan." celetuk Arin. Gerah liat temannya itu mendumal pada handphone.
"Jomblo diem aja deh." ujar Jihan, sebal telfonnya tak juga diangkat Sewoon akhirnya ia memutuskan untuk pergi mencari sepupunya itu.
"LAH LO JUGA JOMBLO YA!" teriak Arin tak terima.
Seakan tuli Jihan tak menggubris teriakan temannya, melangkah pasti ke arah kasir. Kalau ia tidak salah dengar tadi sempat ada yang bernyayi dan suaranya terasa amat familiar di telinganya.
Seperti suara Sewoon.
Sampai di kasir Jihan tak berhenti melangkah karna tujuannya adalah panggung kecil yang tak jauh di sebelah kanan kasir.
Sayang panggungnya kosong. Hanya ada beberapa alat musik dan kabel-kabel, selebihnya Jihan tak tau ada benda apa lagi. Tadinya Jihan hendak pergi dari sana tapi sesuatu menarik perhatiannya.
Sebuah gitar coklat dengan stiker merah bertuliskan scientist tergeletak di samping kursi atas panggung.
Itu gitar Sewoon. Jihan yakin itu gitar kesayangan sepupunya. Untuk memastikan Jihan hendak naik ke atas panggung tapi sebuah suara menghentikannya.
"Jihan?"
Yang dipanggil mau tak mau menoleh. Kemudian mendengus begitu saja.
🎸🎸🎸
"Assalamualaikum!"
"Wa'alaikumsalam!"
"Jihan baru pulang?" tanya Mama Dhea, ibu kandung Sewoon. Muncul dari dapur sambil mengelap tangannya dengan serbet biru.
Jihan mengangguk kecil, tanggannya melempar slingbag miliknya ke atas sofa. "Kak ponyo ada ma, udah pulang bel-"
"Apa?" sebuah suara memotong. "Tumben nyariin gue, lo mah nyari gue kalo ada butuhnya doang." kata Sewoon. Menuruni anak tangga sambil merapikan rambut yang berantakan.
"Kamu tuh kebiasaan tau gak!" Mama melempar serbet biru hingga mengenai wajah Sewoon. "Mau maghrib gini malah tidur, udah berapa kali mama bilang pamali."
Sewoon hanya mendengus, menaruh kembali serbet mamanya ke atas meja. "Iya iya maaf, abisnya Sewoon capek."
"Halah, capek juga kamu yang bikin sendiri kan. Lagian kerjaan kamu main gitar sama nyanyi doang apanya yang capek?" dumal Mama.
"Ya emangnya nyanyi sama main gitar gak butuh tenaga???" Aslinya Sewoon mau menjawab begitu tapi yang keluar dari mulutnya, "iya iya aku yang salah. Aku mah salah terus di mata Mama." katanya melas.
"Anak itu kalo dikasih tau pasti gitu, sok sok an pasang muka melas biar gak diomelin lagi." kata Mama, gantian menatap Jihan. Raut wajah sebalnya hilang seketika tergantikan dengan senyum lebar.
"Jihan mau nginep?"
Jihan mengangguk. "Iya. Mama sama Papa undangan ke Bandung sampai lusa."
Bukan hal baru lagi kalau Jihan menginap di kediaman Afandi. Rumah minimalis ini sudah seperti rumah kedua bagi Jihan, bahkan Papa Adi membuatkan satu kamar untuknya. Tepat di sebelah kamar Sewoon.
"Yaudah sana naik ke atas, tadi pagi baru aja kamarnya Mama beresin." kata Mama. "Kalo laper turun aja ya, Mama masak sayur kesukaan kamu."
"Tuh kan, giliran Jihan gak minta dimasakin. Aku dari seminggu yang lalu minta dimasakin capcay gak digubris." protes Sewoon. "Anak Mama tuh aku apa Jihan???"
"Kamu nyebelin, bukan anak Mama." jawab Mama enteng. Di atas sofa Sewoon udah melotot kesel. "Mending kamu mandi sana, udah mau adzan. Solat!"
Sekali lagi Sewoon mendengus. Kalau sudah ada Jihan di rumah ia benar-benar akan diperlakukan seperti anak tiri.
Jihan sih haha hihi aja liat ibu dan anak itu berantem. Bukannya takut tapi lucu aja liat interaksinya.
Seperginya Mama Dhea, Sewoon baru akan melangkah masuk ke dalam kamar mandi tapi Jihan buru-buru menahannya.
"Kak ponyo mau tau gak?"
Sewoon menoleh. "Apaan?"
"Tadi siang gue ketemu Eunjin." kata Jihan. "Mantan pacar kak ponyo yang paling nyebelin."
Dalam hati Sewoon udah ketar-ketir tapi sebisa mungkin pertahanin wajah lempengnya. "Ya terus, masalahnya, apa?"
"Tau gak gue ketemunya dimana?" tanya Jihan balik.
Sewoon hanya mengangkat bahunya.
"Di cafe. Katanya sih cafenya sepupunya, si Yebin atau apalah itu."
"Intinya apa han? Cepetan nanti gua kena omel Mama lagi nih." kata Sewoon.
Mata kanan Jihan menyipit, menatap Sewoon penuh selidik. Pelan-pelan perempuan itu melangkah mendekati Sewoon.
Sampai di depannya Jihan mengacungkan jari telunjuknya, menunjuk Sewoon tepat di hidungnya.
"Kak ponyo gak perlu pura-pura."
Sewoon memundurkan kepalanya. Tapi percuma jari telunjuk Jihan terus maju walau kepalanya sengaja ia mundurkan.
"Sekarang ngaku,"
Entah kenapa sekarang rasanya Sewoon nelen ludah aja susah banget.
"Kak ponyo abis ketemu Eunjin kan? Manggung di cafe Yebin Yebin itu?"
Sewoon diem. Skakmat.
"Tuh kan diem, berarti ben-"
"SEWOON ADA TEMENMU NIH!"
"SURUH TUNGGU MA, SEWOON LAGI MANDI!" sahut Sewoon. Dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi, tak lupa menguncinya rapat-rapat atau Jihan akan menerobos masuk.
Atau yang lebih parahnya menyeret Sewoon keluar karna pembicaraan yang tadi masih jauh dari kata selesai.
Di tempatnya Jihan menghela nafas panjang, kalau Sewoon sudah masuk kamar mandi ya dia bisa apa.
Kemudian perempuan itu berjalan menuju sofa ruang tamu, berniat mengambil slingbag miliknya lalu naik ke lantai atas.
Tapi orang yang duduk di sofa sore itu membuatnya terkejut.
"Loh, kak Chaeyeon!?"
Yang dipanggil menoleh, lantas tersenyum tipis. "Hai Jihan!"
Yang mau liat foto ponyo kemarin ada di mulmed.
Mumpung otak lancar aku mau terus lanjut cerita ini, padahal aku lagi uas, parah yaa wkwkwk.
Kuyy lah yang tahu sewoon pasti tau monsta x juga kan.., yuk mampir ke work baru aku 😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Gujunponyo; Jung Sewoon.
FanficKenapa sih Sewoon harus jatuh cinta sama pacar orang??