Wahai malam yang menangkan, kedamaian dalam sunyimu menentramkan jiwa para pengelana. Keheningan kegelapan yang kau rajai tlah menjaga raga penjelajah malam.
Namun terselip rindu pada terang, terang yang selalu hadir takkala matahari bersinar. Terang yang dulu terasan menyenangkan dan penuh kelembutan.
Wahai penjaga mimpi, bukannya ingin kuberpaling, meninggalkan indahnya bintang di langit malam. Tapi himpitan rasa yang tertumpah menghentakkanku pada siang.
Kutakut akan bayangan yang senantiasa menyertainya. Namun ku rindu terangnya yang menghangatkan jiwa, menenangkan gemuruh didada.
Ingin kumiliki terangnya dan kunikmati damau hangatnya. Tanpa kusadar bayangan setia selalu menggelitik emosi, mempermainkan logika hingga jiwa kembali pada kegelapan.
Dengan sisa rasa di jiwa dan kekuatan terakhir dalam raga. Kuberanikan diri bermandikan cahaya, kunikmati hangatnya matahari. Dengan mataku sebagai bayarannya.
Walau tak dapat kulihat cahayamu, aku tetap mendapatkan kehangatanmu. Kudapat memiliki dan merasa memiliki kehangatannya. Dalam kebutaan hangatmu menentramkan.
Dalam sadar kusandarkan rasa pada kehangatan, satu-satunya yang dapat kumiliki dari siang dan hanya hangat yang memang untukku, memang milikku dan hanya itu yang memang tempat bagiku.
Biarlah terang setia pada bayangan. Ku akan diam dalam kebutaan dan ketulian. Menikmati milikku yang hangat, entak itu siang atau malam bagiku kini hanya kegelapan tiada akhir.
Hanya kehangatannyalah yang dapat kumiliki dan tak tersentuh. Terima kasih tuk setitik harapan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Kata Satu Rasa 2
PoetryKehidupan yang terus berlanjut walau apapun yang terjadi, begitupun dengan ceritaku yang akan terus menemukan ide baru.