"Kenapa gue kesel"
.
.
.
Teri segera menggelengkan kepalanya sambil terus memukul pelan."Kepala gue konslet, buang jauh jauh" ia masih menggelengkan kepalanya.
"Lo kenapa?" tanya hani yang heran melihat teri.
"Hm...gak papa" jawab teri cepat
Risa masih menatap orang tersebut, saat orang tersebut duduk dibangku yang tidak jauh dari mereka, resa mendekat ke arah orang tersebut. Tanpa aba aba risa langsung memeluk orang tersebut dari belakang. Sontak orang itu membelalakan matanya termasuk teri dan hani.
"Gue kangen sama lo..." ujar risa
"Sorry...bisa lepasin gak, lo gak sopan banget" orang tersebut enggan berbalik.
"Lo tega banget...ini gue risa" risa melepas pelukannya.
Dia mengingat ingat nama risa, sepertinya ia pernah dengar nama itu. Tapi siapa? Dan dimana? Setelah bepikir lama akhirnya otaknya konek juga.
"Ya ampun...risa" yahsa sangat terkejut.
"Iya ini gue, lo tega banget. Baru juga dua tahun gak ketemu udah lupain muka gue yang cantik ini" risa cemberut.
"Sorry sorry...soalnya lo beda banget, kaya monyet meriang. Super small" yahsa tertawa renyah.
Dari sebrang hani terus menatap ke arah teri, sepertinya ada hal yang tak biasa pada temannya.
"Kenapa lo terus lirik lirik mereka" tanya hani.
"Gak siapa yang liatin mereka, kurang kerjaan" jawab teri.
"Kurang kerjaan tapi masih dilakuin, terus mata lo siwer liatnya ke arah situ mulu"
"Udah ah, lo berisik. Gue ke kelas duluan" teri langsung menyeruput minumnya dan melenggang pergi.
"Eh teri bayar dulu!" teriak hani
"Lo masih punya utang, noh bayarin punya gue" balas teri sambil teriak.
"Geblek...kalo nagih tuh jangan di tempat umum napa, muka gue mau ditaro dimana?" lirih hani.
***
Teri terus melangkah kan kakinya, tapi ia berbelok ke lain arah bukan menuju kelas tapi menuju atap sekolah. Entahlah apa yang ada dipikiran dan hatinya. Yang jelas tidak baik, campur aduk. Ia berdiri disisi paling pinggir pagar atap. Teri menghembuskan napasnya kasar.
"Kalo mau bunuh diri tuh jangan disini, cari kek tempat yang lebih tinggi"
Teri membalikan tubuhnya, ia dibuat kaget dengan sosok yang ada didepannya. Bukannya tadi dia ada di kantin pikir teri.
"Gak lucu kan...kalo ada berita siswi bunuh diri gara gara gak bisa bayar uang kantin. Nanti jadi viral lagi" yahsa terus mendekat ke arah teri.
"Gak lucu" teri menatap yahsa cuek.
"Kenapa lo galau? Diputusin cowok? Muka lo nelangsa banget" tebak yahsa.
"Boro boro diputusin cowok, punya pacar juga kagak" teri menatap lurus kedepan.
"Kode..." gumam yahsa
"Lo ngomong apa?"
Yahsa menatap dalam teri, ia menopang dagu dan memiringkan kepalanya. Teri nampak gugup dengan tatapan itu.
"Lo kenapa?" tanya teri sambil menyelipkan rambutnya yang bebas tertiup angin ke telinga.
"Sedang menatap ciptaan Tuhan yang paling indah" yahsa menjawab tanpa melepas pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remora (END)
Teen FictionBersembunyi adalah solusi yang terbaik untuk saat ini. Mengubur perasaan yang sudah dirajut dengan begitu indah. Maukah kau menjadi hiu dan melindungi remora? Saling bergantung untuk bertahan hidup... . . .