Chap 21

50 5 0
                                    

Hari yang ditunggu bagi tim karate termasuk sekolah pun tiba. SMA N 45 menjadi tuan rumah untuk tahun ini. Mereka menyiapkan dengan sangat serius tak mau dipandang sekolahnya remeh.

Menjadi beban yang cukup berat bagi tim karate, mereka harus menyabet mendali emas. Apalagi sekolah mereka yang menjadi tuan rumah, akan memalukan jika si tuan rumah kalah dengan para tamu.

Yahsa sedang melakukan peregangan, pengalamannya dibidang karate sejak kelas 10 tak membuat dirinya urung dari rasa gugup. Satu sekolahan mempercayai dirinya, sekarang bebean dipunggungnya sangat berat.

Yahsa menghembuskan nafas berat, ia menatap langit. Cuacanya sekarang sesang cerah, semoga pertandingannya secerah langit pikir yahsa.

"Gak usah tegang..."

Suara yang masih dalam masa pubertas membuyarkan lamunannya. Arya duduk dibawah, diatas hamparan rumput hijau lapangan. Yahsa menyunggingkan senyumnya.

"Kenapa tiba tiba sok baik?" yahsa ikut mendudukan bokongya disamping arya.

"Kita lupain dulu masalah itu, sekarang kita satu tim. Kita bakal ada dibelakang lo. Neriakin nama lo" arya menyanggah tubuhnya menggunakan kedua tangannya dibelakang.

Yahsa tersenyum, ia menunduk melihat rumput yang layu karena tubuhnya menimpa mereka.

"Makasih..." yahsa mendongak, menatap arya yang berada disampingnya.

"Belum juga menang udah ngucapin makasih, udah yuk kita ke aula. Sebelum sensei nyariin" arya beranjak, ia menepuk bagian belakang. Memastikan seragam kebesarannya tak ternodai.

Yahsa pun ikut beranjak dan melangkah mengekori arya yang berjan didepannya.

***

"Teri...lo gak nemuin kak yahsa" tiba tiba hani muncul entah dari mana.

Teri sampai terlonjak, obat obatan yang sedang ia masukan kedalam tas sampai terjatuh ke lantai.

"Bisa gak...kalo muncul jangan ngagetin. Gue masih trauma sama yang kemaren" teri memungut obat yang berserakan.

"Hehehe...sorry" hani berjongkok dan ikut memungut obat yang berserakan berkat ulahnya.

"Jawab dong...pertanyaan gue" hani memberikan obat yang ia pungut ke tangan teri.

"Ntar juga ketemu" teri menerima obat itu dan memasukannya ke dalam tas.

"Tapi kan dalam situasi seperti ini, dia butuh suport sebelum bertanding"

"Emang gue siapa nya dia?" teri menatap hani, ia menyampirkan tas obat ke tangan kanannya.

"His...pertanyaannya skak mat" hani memutar bola matanya.

Teri melangkah keluar dari UKS, awalnya dia juga berfikir seperti hani. Tapi mendadak logikanya berkerja. Ia tak mungkin menemui yahsa tanpa alasan yang masuk akal. Pikirkanlah lagi dan ingat kalimat itu KAU BUKAN SIAPA SIAPA.

"Sekarang mau kemana?" tiba tiba hani menggandeng tangannya, ia berlari dari UKS. Entahlah apa yang ia pikirkan sampai tertinggal.

"Emang lo gak punya kegiatan? Dari tadi ngintilin mulu"

"Bentar lagi kan gue pensiun dari anggota OSIS, jadi ngapain gue kerja. Males...gak dianggep ini"

"Ok...hari ini gue kasih lo kerjaan, jadi bodyguard nya teri selama sehari" teri tersenyum menatap hani.

"Ok boss..." hani menaruh tangannya di dahi, memperlihatkan gerakan hormat.

Mereka berjalan di koridor menuju aula. Tawa selalu terdengar dibibir mereka. Saling mencubit satu sama lain.

Remora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang