Chap 24

37 5 0
                                    

Pagi menyambut dengan senangnya, sekolahan masih lenggang karena memang masih pagi. Tapi ada satu gadis yang baru saja memasuki halaman sekolah. Tak biasanya teri berangkat sepagi ini. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri. Bahkan dia berjalan mengendap-endap sesekali berlari. Seperti orang yang mau mencuri.

Teri menggerutu sebal, koridor yang biasa ia lewati sedang di pel oleh pak yono. Dengan keterpaksaan teri harus memutar arah menuju kelasnya. Karena kelasnya paling ujung, jadi dia harus melewati jalan yang lebih jauh. Yaitu taman belakang.

Masih setengah berlari, teri menghembuskan napasnya. Kenapa ia menyulitkan dirinya sendiri, biasanya ia akan berangkat sekolah ketika bel 15 menit lagi berbunyi. Dan dari tadi matanya terus dalam keadaan siaga. Seperti tengah menghindari seseorang.

Karena lelah teri memutuskan untuk duduk dikursi yang saling membelakangi. Toh dikelasnya pasti tidak ada siapa-siapa. Ia mendaratkan pantatnya dikursi, mengipas-ngipaskan sebelah tangannya.

"Tumben pagi?" teri melirik ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa-siapa.

Tiba-tiba teri merasakan bulu kuduknya berdiri. Apa kerena ini masih terlalu pagi, jadi penghuni taman masih disini.

Gak bakal lagi gue berangkat pagi-pagi rutuknya dalam hati.

Dengan tergesa-gesa teri beranjak ingin segera meninggalkan taman. Namun, baru satu langkah tangannya sudah ditahan oleh entahlah harus disebut apa. Orang atau makhluk halus.

"Aaaaaaaaa" teri berteriak "tolong ya bapak setan, atau ibu setan. Lepasin saya, saya kan gak ganggu, saya cuma numpang duduk. Tolong lepasin saya" teri terus memohon dengan suara bergetar, tapi ia enggan untuk menoleh. Takut-takut rupanya mirip nenek kebayan.

"Masa pacarnya yang super ganteng kaya gini dibilang setan" suaranya diiringi gelak tawa yang membuat teri terdiam.

Perlahan dia membalikan tubuhnya, benar kan orang ini. Orang yang membuatnya berangkat pagi-pagi. Alasannya karena ia ingin menghindari yahsa, ia malu dan merasa canggung jika bertemu yahsa setelah status mereka berubah.

"Tadi belom dijawab, kenapa berangkat pagi-pagi? Jangan bilang mau menghindari gue" yahsa menarik teri untuk kembali duduk.

Teri celingak-celinguk, dari mana datangnya orang ini. Perasaan tadi hanya ada dia. Ternyata yahsa sudah datang lebih awal, dan ia menunggu bel masuk sambil tiduran dibangku taman. Kedua bangku itu saling membelakangi jadi tidak terlihat kalau dibangku sebelah ada orang yang tidur.

"Em...kebetulan aku bangun pagi. Trus di rumah boring, langsung aja deh berangkat kesekolah" teri merutuki dirinya dalam hati, semoga jawabannya bisa diterima.

Yahsa tersenyum, tapi bukan karena jawaban teri. Melainkan dia menggunakan kata 'aku' yang membuat mereka terlihat bereda.

"Ekehm...sekarang...kita..." teri mendongak, menatap yahsa yang sedang menggaruk tengkuknya.

"Maksudnya...sekarang kita...ngomongnya aku kamu" yahsa menurunkan tangannya.

Teri terpengarah dengan pertanyaan yahsa, apa tadi dia mengatakan

Astaga...nih mulut, kenapa gue sok-sokan pake aku sih

"Ah itu...refleks kak,maaf" teri menggosok-gosokan punggung dan telapak tangannya. Semakin menjelaskan ia benar-benar gugup.

"Kenapa lo minta maaf, gak papa kok" yahsa terkekeh, melihat pipi teri yang bersemu. Apa karena cuacanya dingin, pikirnya.

***

Dari kejauhan terlihat gadis cantik yang sedang menggerutu kesal. Sesekali ia menendang-nendang kerikil yang menghalanginya. Matanya menyipit takala melihat dua siluet yang sangat dikenalinya.

Remora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang